Ilustrasi teknologi di dunia medis (Sumber foto: freepik/DC Studio)

Mengenal Bioprinting, Terobosan Ilmiah Untuk Pencetakan Organ Manusia

22 May 2024   |   22:12 WIB
Image
Amanda Syavira Mahasiswi Universitas Negeri Jakarta

Teknologi memiliki peran yang sangat penting dalam berbagai bidang, termasuk di dunia medis. Teknologi yang terus berkembang di bidang kesehatan juga lahir untuk mempermudah pasien dalam pengobatan. Dengan adanya perkembangan teknologi kesehatan ini, dokter dan para tenaga medis lainnya manjadi lebih mudah dalam menangani pasien.

Sejalan dengan semakin banyaknya para peneliti ilmiah bidang kesehatan, muncul pula sejumlah terobosan baru yang dapat mempermudah pengobatan pasien. Salah satu terobosan itu adalah teknologi bioprinting, sebuah inovasi medis yang revolusioner.

Dilansir melalui News Medical & Life Sciences, teknologi bioprinting adalah pencetakan 3D yang menggunakan file digital sebagai blue print untuk membuat komponen biomedis yang meniru karakteristik jaringan alami. 

Baca juga: Kenali Gejala Low Vision yang Sulit Disembuhkan secara Medis

Dr. Pietradewi Hartrianti, selaku Dekan School of Life Sciences di Indonesia International Institute for Life-Sciences dan pemenang program L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2023, menjelaskan jika teknologi bioprinting bertujuan untuk mempermudah proses penemuan obat.

Jika yang tadinya penemuan obat dilakukan uji coba pada hewan, tapi bioprinting dapat melakukannya dengan merekayasa jaringan atau yang disebut dengan tissue engineering. 
 

Dr. Pietradewi Hartrianti dalam acara perayaan Beauty That Moves: Women in Science (Sumber foto: Hypeabis.id/Amanda Syavira)

Dr. Pietradewi Hartrianti dalam acara perayaan Beauty That Moves: Women in Science (Sumber foto: Hypeabis.id/Amanda Syavira)


“Contohnya di Amerika, mereka tidak mewajibkan lagi uji dengan hewan, sudah dihilangkan sama sekali apabila memenuhi ketentuan tertentu, jadi salah satu caranya dengan organ buatan ini,’ ujar Dr. Pietradewi di Jakarta Selatan, Rabu (22/5/2024). 

Dalam melakukan penelitian, pencetakan jaringan biologis dapat menjadi alternatif yang lebih terjangkau dan fleksibel untuk pengujian obat-obatan, termasuk pengujian keamanan dan efektivitasnya. Bahkan, teknologi ini juga digunakan dalam penyelidikan patologi dan pertumbuhan kanker. 

Secara klinis, bioprinting dimanfaatkan untuk mencetak organ yang disesuaikan dengan individu untuk digunakan dalam proses transplantasi yang dilakukan secara digital di laboratorium.

Beberapa penelitian hingga saat ini telah membuat rekayasa jaringan manusia menggunakan bioprinting. Beberapa diantaranya yang pernah dibuat adalah organ, paru-paru, hati, kulit, tulang, mata, bioprostesis ovarium, dan penelitian kanker.


Kelebihan bioprinting

Dr. Pietradewi juga menjelaskan jika bioprinting ini dapat membantu mempermudah pengobatan dengan membuat rekayasa jaringan sendiri tanpa harus melakukan transplantasi organ.

Meskipun transplantasi organ memang umum untuk dilakukan, tetapi keberhasilan pasca-transplantasi bisa mengakibatkan krisis kekurangan organ karena permintaan akan organ jauh melebihi pasokan.

“Sekarang ini kan serba transplantasi, bioprinting ini dapat membantu mempermudah pengobatan dengan membuat rekayasa jaringan sendiri, di cetak, di printing, dan di transplan,” ujar Dr. Pietradewi. 

Sifat yang bisa disesuaikan dari pencetakan 3D memungkinkan perawatan yang lebih akurat bagi pasien. Mulai dari proses biopsi ekstraksi, dokter dapat membiakkan sel-sel pasien sebelum mencampurkannya dengan bioprint, yang kemudian digunakan untuk mencetak organ atau jaringan yang diinginkan. 

Jaringan dan organ yang dibuat ini disesuaikan secara khusus untuk setiap pasien menggunakan DNA pasien itu sendiri sehingga mengurangi risiko penolakan oleh tubuh.

Oleh karena itu, potensi untuk menghilangkan ketergantungan pada donor organ untuk transplantasi, sekaligus mengurangi risiko penolakan transplantasi dengan menggunakan bioprinting merupakan sebuah terobosan baru yang sangat praktis digunakan dalam dunia medis. 


Perkembangan bioprinting di Indonesia

Namun sayangnya di Indonesia sendiri terobosan ilmiah dalam bidang bioprinting masih jarang karena keterbatasan biaya dan teknologi, serta tingkat prioritas yang diberikan oleh pemerintah yang lebih mengutamakan hal lain. 

Bioprinting di Indonesia tentu saja sangat jarang karena penelitian organoid masih sangat minim, tapi di luar negeri sudah banyak sekali teknologi bioprinting,” ujarnya. 

Untuk itu, beliau berharap akan lebih banyak orang yang terinspirasi untuk meniti karir di bidang ilmu pengetahuan khususnya bagi para perempuan. 

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Konser Kolaborasi Danilla, ERK, Barasuara, Sore & Perunggu Siap Gebrak Lintas Resonan

BERIKUTNYA

Warner Bros. Merilis Trailer dan Poster dari Film Sekuel Beetlejuice

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: