Ilustrasi orang menggunakan media sosial (Sumber foto: Pexels/Karolina Grabowska)

Stop Oversharing di Media Sosial, Begini Bahayanya Bagi Kehidupan Pribadi

21 May 2024   |   06:00 WIB
Image
Amanda Syavira Mahasiswi Universitas Negeri Jakarta

Media sosial telah menjadi suatu hal yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Banyak dari kita menggunakannya untuk tetap terhubung dengan keluarga, teman, hingga orang tersayang. Bukan hal yang aneh lagi jika media sosial telah menjadi bagian integral kehidupan manusia pada saat ini.

Lewat media sosial, kita dapat mengetahui kehidupan pribadi seseorang hingga apa yang terjadi dalam kehidupan orang tersebut. Semua orang juga bisa meninggalkan berbagai komentar dan opini mengenai peristiwa atau kondisi yang tengah terjadi.

Baca juga: Media Sosial Jadi Ancaman Tersembunyi Kesejahteraan & Karier Anak Perempuan

Terlebih, platform tersebut juga digunakan oleh para influencer atau pengguna media sosialnya sebagai ladang cuan yang menjanjikan melalui postingan atau sponsorship

Namun, kita semua juga perlu tahu jika media sosial adalah tempat yang bisa membuat seseorang menjadi ketergantungan. Kita juga harus membatasi media sosial agar tidak hanyut dalam keadaan oversharing karena oversharing memiliki dampak negatif terhadap kehidupan. Berikut adalah penjelasannya. 


Apa itu oversharing dan apa penyebabnya?

Dilansir melalui Forbes, oversharing adalah keadaan ketika seseorang memberikan terlalu banyak informasi pribadi atau tidak pantas, terutama ketika informasi tersebut tidak relevan atau tidak diharapkan dalam situasi tertentu. Oversharing juga bisa terjadi secara online maupun offline dan sering kali menimbulkan ketidaknyamanan atau kecanggungan bagi mereka yang menerima informasi tersebut. Bahkan, tak sedikit juga pengikut yang berhenti mengikuti orang yang dianggap oversharing
 

Ilustrasi oversharing di media sosial (Sumber foto: freepik)

Ilustrasi oversharing di media sosial (Sumber foto: freepik)


Peneliti juga menunjukkan bahwa orang yang oversharing di media sosial dikaitkan dengan faktor psikologis seperti perasaan cemas, mencari perhatian, dan kecanduan media sosial. Individu yang oversharing tersebut sering kali menggunakan media sosial untuk mengatasi perasaan kesepian dan menjalin pertemanan online ketika mereka sulit untuk berinteraksi secara
langsung. 

Oversharing juga bisa terjadi ketika seseorang sedang dalam kondisi emosional yang kuat dan merasa perlu untuk meluapkan perasaannya. Dalam hal ini, oversharing di media sosial bisa menjadi cara untuk mengekspresikan diri dan mencari dukungan dari orang lain. 

Faktor lainnya adalah sifat narsisme. Individu dengan kecenderungan narsistik mungkin merasakan keinginan akan perhatian dan kekaguman dari orang lain untuk memuaskan egonya hingga ia mencari validasi secara terus menerus melalui apa yang di unggah. 

Terlepas dari faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi oversharing, tentunya hal ini bisa berbahaya karena kecenderungan untuk mengungkap informasi sensitif yang membahayakan privasi dan keamanan. Oversharing di media sosial memungkinkan penjahat dunia maya mengetahui lebih banyak tentang kalian dan menggunakan informasi tersebut untuk melawan kalian. Berikut adalah bahaya dari oversharing di media sosial. 


1. Pencurian identitas

Ketika seseorang banyak membagikan kehidupan pribadinya di media sosial, penjahat dunia maya bisa saja mencuri identitas orang tersebut. Dilansir melalui laman Keeper Security, pencurian identitas adalah kejahatan dunia maya di mana pelaku mencuri informasi milik korban tanpa izin dan menggunakannya untuk menyamar hingga melakukan penipuan. Penjahat dunia maya dapat mencuri informasi ini melalui serangan dunia maya, pelanggaran data, atau profil media sosial seseorang. 
 

2. Pelecehan di dunia maya

Pelecehan dunia maya adalah perilaku online yang tidak pantas, kejam, atau tidak nyaman. Hal ini sering kali melibatkan cyberstalking dan cyberbullying. Cyberstalking adalah jenis penguntitan yang dilakukan pelaku dengan menggunakan teknologi melalui pesan tak senonoh hingga pemantauan aktivitas korban. Selain itu, cyberstalking dapat membuat korban takut akan keselamatannya melalui pelecehan atau ancaman.
 

3. Phishing

Ketika kalian sering membagikan kehidupan pribadi di media sosial, pelaku kejahatan dunia maya bisa saja merancang email atau pesan yang seolah-olah berasal dari sumber tepercaya. Padahal pesan tersebut berisi tautan berbahaya yang dapat dengan mudah memberikan informasi korban. 
 

4. Ancaman reputasi

Ketika sebuah perusahaan sedang menilik informasi para kandidat, biasanya mereka mempertimbangkan media sosialnya. Postingan yang terlalu pribadi, kontroversial, atau menyinggung dapat membuat perusahaan memiliki keraguan ketika merekrut kandidat tersebut.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Tiktok Uji Coba Fitur Unggah Video Berdurasi 60 Menit

BERIKUTNYA

5 Rekomendasi Jenis Jendela yang Paling Optimal Alirkan Udara

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: