Aktivitas Vulkanik Meningkat, Jalur Pendakian Gunung Slamet Ditutup Per 13 Mei 2024
13 May 2024 |
22:27 WIB
Jalur pendakian ke Gunung Slamet ditutup hingga batas waktu yang belum ditentukan. Penutupan ini merupakan imbas dari meningkatnya aktivitas vulkanik dari gunung yang dijuluki sebagai Atap Jawa Tengah itu. Akibatnya, banyak pendaki yang terpaksa gagal untuk summit alias muncak di Gunung Slamet.
Seperti diketahui, meski baru resmi ditutup pada 13 Mei 2024, jalur pendakian Gunung Slamet telah ditutup sejak Minggu (12/5/2024) malam. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh salah satu pengelola lewat akun Instagram @slametmountain, sebanyak 1.000 pendaki gagal summit ke puncak Gunung Slamet lantaran kenaikan level gempa vulkanik di gunung tersebut.
"Saat ini status pendakian Gunung Slamet sementara ditutup di semua jalur. Keselamatan adalah hal utama dalam pendakian. Semoga Gunung Slamet lekas membaik," tulis pihak pengelola.
Sebelumnya, pada 10 Mei 2024, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat adanya peningkatan aktivitas gempa selama sebulan terakhir pada Gunung Slamet yang berada di Jawa Tengah. Aktivitas vulkanik di sana kembali mengalami peningkatan sejak akhir 2023, sehingga statusnya ditetapkan berada pada Level II (waspada) per 19 Oktober 2023 sampai saat ini.
"Aktivitas kegempaan didominasi oleh gempa hembusan dan gempa tremor menerus yang mengindikasikan aktivitas pergerakan fluida di sekitar permukaan," kata Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid dalam keterangan resminya.
Baca juga: 4 Pegunungan Berwarna Paling Cantik di Dunia, Salah Satunya Punya 14 Rona
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Kabar penutupan jalur pendakian Gunung Slamet disampaikan oleh salah satu pengelola pendakian gunung tersebut, Lingkar Gunung Slamet. Melalui akun media sosial, pengelola menyampaikan kegiatan jalur pendakian jalur lingkar Gunung Slamet ditutup per 13 Mei 2024 sampai batas waktu yang belum ditentukan.
Baca juga: 5 Gunung dengan Jalur Pendakian Tersulit di Indonesia, Semuanya di Luar Jawa
Baca juga: 5 Gunung dengan Jalur Pendakian Tersulit di Indonesia, Semuanya di Luar Jawa
Keputusan itu diambil oleh sejumlah pengelola jalur pendakian Gunung Slamet lantaran terjadinya peningkatan aktivitas vulkanik di gunung setinggi 3.432 di atas permukaan laut tersebut. Akibatnya, sejumlah pendaki yang terlanjur hendak summit, terpaksa harus menghentikan langkahnya di area camp.
"Permohonan maaf juga kami sampaikan karena langkah kalian harus terhenti di area camp pada tanggal 12 Mei 2024. Namun segala kemungkinan terburuk bisa saja terjadi sewaktu-waktu. Oleh sebab itu, pengelola mengambil langkah cepat untuk mengurai resiko hal tersebut," demikian pernyataan pengelola dikutip dari akun Instagram @official_lingkargunungslamet.
Seperti diketahui, meski baru resmi ditutup pada 13 Mei 2024, jalur pendakian Gunung Slamet telah ditutup sejak Minggu (12/5/2024) malam. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh salah satu pengelola lewat akun Instagram @slametmountain, sebanyak 1.000 pendaki gagal summit ke puncak Gunung Slamet lantaran kenaikan level gempa vulkanik di gunung tersebut.
Baik pendaki yang telah bersiap summit dari Pos 4 Amreta via Guci maupun via Bambangan diwajibkan turun dan harus menerima gagal muncak demi alasan keselamatan. Adapun, sehari sebelumnya, pada 11 Mei 2024, pendaki masih diperbolehkan summit ke puncak Gunung Slamet.
"Saat ini status pendakian Gunung Slamet sementara ditutup di semua jalur. Keselamatan adalah hal utama dalam pendakian. Semoga Gunung Slamet lekas membaik," tulis pihak pengelola.
Sebelumnya, pada 10 Mei 2024, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat adanya peningkatan aktivitas gempa selama sebulan terakhir pada Gunung Slamet yang berada di Jawa Tengah. Aktivitas vulkanik di sana kembali mengalami peningkatan sejak akhir 2023, sehingga statusnya ditetapkan berada pada Level II (waspada) per 19 Oktober 2023 sampai saat ini.
"Aktivitas kegempaan didominasi oleh gempa hembusan dan gempa tremor menerus yang mengindikasikan aktivitas pergerakan fluida di sekitar permukaan," kata Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid dalam keterangan resminya.
Gunung Slamet merupakan gunung api strato berbentuk kerucut dengan tinggi puncaknya 3.432 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, gunung berapi tipe A itu terletak dalam lima kabupaten di Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Pemalang, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Purbalingga.
Gunung Slamet yang saat ini masih berstatus waspada atau level II dipantau secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunungapi (PPGA) yang berada di Desa Gambuhan, Gajah Nguling, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
Badan Geologi pun memaparkan perkembangan aktivitas vulkanik Gunung Slamet hingga 10 Mei 2024. Berdasarkan pengamatan 1 sampai 15 April 2024, Badan Geologi mencatat ada 197 kali gempa hembusan, 1 kali gempa vulkanik dalam, 1 kali gempa tektonik lokal, 12 kali gempa tektonik jauh, dan gempa tremor menerus dengan amplitudo 0,5 hingga 1 mm (dominan 0,5 milimeter).
Lalu pada 16 sampai 30 April 2024, Badan Geologi merekam 701 kali gempa hembusan, 1 kali gempa terasa, 8 kali gempa tektonik jauh, dan gempa tremor menerus dengan amplitudo dominan 0,5 milimeter.
Kemudian, periode pengamatan 1 hingga 9 Mei 2024 tercatat ada 902 gempa hembusan, 15 kali gempa vulkanik dalam, 3 kali gempa tektonik jauh, dan gempa tremor menerus dengan amplitudo 0,5 sampai 3 milimeter (dominan 1 milimeter).
Adapun, kegiatan pemantauan deformasi menggunakan electronic distance measurement menunjukkan fluktuasi memendek-memanjang yang cenderung stabil dengan perubahan jarak relatif kecil. Hasilnya, pada 1-10 Mei 2024 tidak teramati adanya perubahan hasil pengukuran jarak miring yang signifikan.
Selain itu, Badan Geologi juga melakukan pemantauan deformasi dengan menggunakan tiltmeter di Stasiun Cilik yang berada pada elevasi 1.500 mdpl, Stasiun Bambangan pada elevasi 1.875 mdpl, dan Stasiun Sawangan pada elevasi 2.000 mdpl. Hasilnya, pada periode 1-10 Mei 2024 pemantauan deformasi tiltmeter Gunung Slamet dari Stasiun Sawangan menunjukkan pola relatif meningkat pada komponen Y (radial).
Wafid memaparkan bahwa hasil pengamatan data-data pemantauan menunjukkan adanya peningkatan tekanan di bawah tubuh Gunung Slamet yang dapat memicu munculnya gempa-gempa dangkal maupun terjadinya erupsi.
Potensi ancaman bahaya saat ini, paparnya, adalah erupsi freatik maupun magmatik yang dapat menghasilkan lontaran material pijar yang melanda daerah di sekitar puncak di dalam radius 2 kilometer. "Hujan abu dapat terjadi di sekitar kawah maupun melanda daerah yang ditentukan oleh arah dan kecepatan angin," jelasnya.
Oleh karena itu, Badan Geologi meminta masyarakat untuk tidak berada atau beraktivitas dalam radius dua kilometer dari puncak kawah Gunung Slamet, mengingat status waspada yang saat ini masih tersemat sejak 19 Oktober 2023.
Baca juga: 4 Pegunungan Berwarna Paling Cantik di Dunia, Salah Satunya Punya 14 Rona
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.