Museum Benteng Vredeburg (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Bersolek Tampilkan Wajah Baru

27 April 2024   |   18:18 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Like
Bunyi “tok tok tok tok” terdengar nyaring ketika Hypeabis.id tiba di halaman Museum Benteng Vredeburg pada Sabtu pagi, (27/4/2024). Bangunan bersejarah berbentuk bujur sangkar yang memiliki selekoh di setiap sudutnya itu sedang dalam tahap revitalisasi.

Sudah sejak awal Maret 2024, bangunan yang terletak tak jauh dari titik Nol Kilometer Yogyakarta itu juga ditutup sementara untuk umum. Museum Benteng Vredeburg tengah bersolek untuk mempercantik diri, tanpa meninggalkan aspek-aspek vital dalam hal pelestariannya. 

Baca juga: Revitalisasi Hampir Selesai, Ruang Pameran Tetap Galeri Nasional Bakal Dibuka Agustus 2024

Transformasi wajah baru Museum Benteng Vredeburg dilaksanakan di bawah naungan Indonesian Heritage Agency (IHA), sebuah Badan Layanan Umum (BLU) Kemendikbudristek yang bertanggung jawab pada aset museum dan cagar budaya Indonesia.
 

Museum Benteng Vredeburg (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Museum Benteng Vredeburg (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)


Plt Kepala Indonesian Heritage Agency (IHA) Ahmad Mahendra mengatakan Museum Benteng Vredeburg saat ini tidak hanya dikenal sebagai pusat kajian sejarah perjuangan Indonesia, tetapi juga destinasi wisata yang ikonik di Yogyakarta.

Terletak di lokasi yang strategis, dekat dengan Malioboro dan Titik Nol Kilometer Yogyakarta, museum ini memiliki potensi yang begitu menarik. Revitalisasi ini, kata Mahendra, adalah bagian dari upaya memperbaiki fasilitas serta meningkatkan pengalaman pengunjung.

"IHA berkomitmen untuk mengubah persepsi dan fungsi tradisional museum, menjadikannya ruang komunal yang dinamis guna mendorong interaksi antara pengunjung dengan museim itu sendiri," terang Ahmad Mahendra, Sabtu (27/4/2024).

Untuk memperkuat gagasan tersebut, pihaknya mengadopsi pendekatan reimajinasi untuk mengubah persepsi dan fungsi tradisional museum dan situs cagar budaya ini. Strateginya ialah dengan melakukan reprogramming, redesigning, dan reinvigorating.
 

Museum Benteng Vredeburg (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Museum Benteng Vredeburg (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)


Mahendra ingin inisiatif ini nantinya bisa berdampak luas yang tidak hanya memprioritaskan peran museum dalam masyarakat. Lebih dari itu, Mahendra juga ingin meningkatkan interaksi pengunjung dengan warisan budaya.

Hal tersebut bisa terjadi melalui penelitian, program pendidikan, dan tentu saja, bagi masyarakat awam, adalah dengan menyuguhkan pengalaman yang lebih interaktif saat berkunjung ke museum.

Untuk itulah, transformasi Museum Benteng Vredeburg ini akan meliputi revitalisasi infrastruktur dengan pembaruan dan pemeliharaan di bagian area terbuka serta ruang tata pamer museum. Setelah itu, dilanjutkan dengan pembangunan fasilitas pengunjung, seperti museum shop dan ruang anak. Ini dilakukan untuk mengoptimalkan pengalaman publik yang lebih edukatif dan interaktif.


Apresiasi Sejarah dalam Ruang Publik Komunal

Ketika Hypeabis.id berkeliling, proses revitalisasi di Museum Benteng Vredeburg benar-benar berlangsung menyeluruh. Dimulai dari  pembangunan lahan parkir, taman hijau di halaman depan benteng, jalur plaza pintu masuk sisi barat, area ticketing, area edupark, area pagar jagang, hingga pembuatan Taman Patriot.

Sarana dan prasarana publik, seperti toilet, musala, dan pembenahan lingkungan dalam juga tak luput jadi fokus utamanya. Untuk menjawab kebutuhan publik pada ruang komunal, museum juga akan menghadirkan coworking space, coffee shop, hingga merchandise shop.

Penanggung Jawab Unit Museum Benteng Vredeburg M. Rosyid Ridlo mengatakan proses transformasi ini bukan hanya untuk perbaikan fisik, tetapi juga mengupayakan untuk memperkuat peran museum.

Tak hanya sekadar sebagai pusat kebudayaan yang dinamis, inklusif, dan menarik, tetapi juga mempromosikan apresiasi terhadap keberagaman budaya. Pada akhirnya, tujuannya ialah untuk meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya pelestarian sejarah.

Untuk lebih menarik atensi publik, dirinya juga akan menghadirkan sentuhan teknologi yang akan berpadu apik dengan bangunan sejarah tanpa mengganggu pelestariannya. Salah satunya ialah dengan menghadirkan instalasi video mapping pada malam hari. 

Dengan memanfaatkan tembok benteng yang panjang, suguhan video mapping ini akan jadi hiburan yang menarik lengkap dengan sound lighting yang terkonsep. Selain itu, museum yang memiliki parit di area depan ini juga akan diberi sentuhan baru.

Dari parit tersebut, pihaknya akan menyuguhkan pertunjukan water fountain atau air mancur menari. Dengan perubahan yang dinamis ini, Rosyid percaya kalau museum akan selalu tetap relevan di masa depan dan dibutuhkan masyarakat.

"Dengan menggali lebih dalam makna dari transformasi ini, kami berharap dapat memperkuat apresiasi terhadap keberagaman budaya Indonesia dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian sejarah dalam menjaga identitas nasional," imbuhnya. 

Baca juga: Dorong Pengakuan dari UNESCO, Candi Muaro Jambi Kembali Direvitalisasi

Menurutnya, Proyek revitalisasi yang sedang dilakukan saat ini berjalan sesuai rencana. Targetnya akan rampung dan dibuka kembali untuk publik pada awal Juni 2024. Dirinya juga memastikan proses revitalisasi Museum Benteng Vredeburg dilakukan secara transparan, melibatkan berbagai pihak terkait dan memperhatikan kebutuhan serta aspirasi masyarakat.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

OOTD Berkain Pakai Wastra yang Trendi di Titik Kumpul Festival 2024

BERIKUTNYA

Wisata Malam Vredeburg: Menikmati Museum dengan Sensasi Berbeda

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: