Ilustrasi calon dokter spesialis. (Sumber gambar : Freepik/Snowing)

Ribuan Calon Dokter Spesialis Mengalami Gejala Depresi, Begini Kata Pakar Kesehatan

16 April 2024   |   19:01 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Masalah kesehatan mental ternyata tidak hanya menyasar masyarakat umum, tapi juga para tenaga medis. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat sebanyak 2.716 calon dokter spesialis mengalami gejala depresi, mulai dari ringan, sedang, hingga berat. 

Temuan ini didapat dari hasil skrining kesehatan jiwa program pendidikan dokter spesialis (PPDS) yang dilakukan di 28 rumah sakit vertikal pada Maret 2024. Menggunakan kuesioner Patient Health Questionnaire-9 atau PHQ-9, total peserta mencapai 12.121 PPDS.

Dari data tersebut, sebanyak 1.977 calon dokter spesialis mengalami gejala depresi ringan, 486 gejala depresi sedang, 178 gejala depresi berat, dan 75 calon dokter ini mengalami gejala depresi berat. Spesialisasi terbanyak yang mengalami gejala depresi yakni pada bidang Ilmu Kesehatan Anak dan Penyakit Dalam. 

Baca juga: Pentingnya Work Life Balance untuk Kesehatan Mental dan Fisik Pekerja

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama menilai dari data tersebut, setidaknya ada empat hal yang perlu menjadi perhatian. Pertama, akan baik jikalau ada pembanding. Artinya, metode yang sama dilakukan juga pada para peserta pendidikan yang lain, mgk termasuk Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) dan universitas ternama dengan mutu pendidikan yang tinggi. 

“Kalau ada pembanding maka kita tahu apakah tingginya angka depresi memang hanya pada peserta program pendidikan dokter spesialis atau memang dunia pendidikan pada umumnya,” ujarnya melalui pesan singkat, Selasa (16/4/2024).

Kedua, metode penilaian depresi yang sama juga dilakukan pada masyarakat umum. Berita tentang tekanan ekonomi dan sosial di masyarakat mungkin akan memberi gambaran depresi pula. Menurutnya, bisa saja data pada peserta program pendidikan dokter spesialis menggambarkan data pada populasi secara umum.

Ketiga, dengan ditemukannya gambaran depresi seperti hasil evaluasi Kementerian Kesehatan ini, perlu dilakukan analisa kualitas untuk melihat faktor penyebabnya. Tjandra menilai analisa kualitatif dan rinci sangat penting agar masalah yang ada dapat terlihat secara gamblang, baik faktor utama, penunjangnya, maupun faktor lain yang terkait.

“Dengan melakukan hal pertama, kedua dan ketiga ini maka baru kita akan dapat suatu data yang evidence based untuk keputusan tindak lanjutnya,” sarannya.

Keempat, untuk mereka yang depresi maka tentu perlu ditangani segera. Kalau depresi ternyata juga terjadi di berbagai Program Pendidikan lain atau bahkan masyarakat umum, Tjandra berpendapat perlu program pengatasan depresi yang lebih luas lagi. 
 

Mengenal Depresi

Mengutip laman Siloam Hospital, depresi merupakan gangguan suasana hati yang menyebabkan seseorang merasa sangat sedih dan kehilangan minat pada hal-hal yang disukai. Pada dasarnya, seseorang dapat dikatakan mengalami depresi saat merasa sangat sedih, hampa, dan putus asa selama lebih dari 2 minggu.

Gejala depresi dapat dilihat melalui dua kondisi, yaitu psikis dan fisik. Untuk gejala psikis, selain disebutkan di atas, ada pula rasa tidak berharga, khawatir dan cemas berlebihan.

Mereka yang mengalami depresi bisa sangat sensitif, seperti mudah marah, tersinggung, atau sedih. Gejala lainnya yakni sulit untuk memusatkan fokus dan konsentrasi, kesulitan untuk berpikir dan mengambil keputusan. Lalu, cenderung menutup diri dari lingkungan sosial, serta tidak ada ketertarikan, minat, atau motivasi untuk melakukan apa pun.
 
Adapun, gejala fisik meliputi terlalu banyak tidur atau insomnia, peningkatan atau penurunan nafsu makan secara drastis, mudah lelah dan tidak bertenaga. Kemudian, nyeri pada bagian tubuh tertentu tanpa diketahui penyebab pastinya (gangguan psikosomatik), hingga penurunan gairah seksual. 
 

Mengatasi Depresi

Ada beberapa cara sederhana untuk bangkit dari depresi. Selain berkonsultasi dengan profesional seperti psikolog atau psikiater, sebaiknya penderita depresi tetap melakukan rutinitasnya, menetapkan tujuan walaupun kecil, berolahraga secara rutin, melakukan hobi, menerapkan pola makan sehat. Kemudian, tidur yang cukup, detoks media sosial, mengekspresikan perasaan, dan latihan berpikir positif. 

Latihan berpikir positif sangat penting karena perasaan depresi cenderung menyebabkan penderitanya mengambil keputusan dengan gegabah. Oleh karena itu, sebaiknya berusaha menenangkan diri dan berpikir jernih, seperti melakukan self-talk untuk mendorong pikiran positif pada diri sendiri. 

Baca juga: 15% Orang Dewasa Usia Pekerja Alami Gangguan Kesehatan Mental, Begini Saran Psikiater

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Mengenal Gejala & Penyebab Post Holiday Blues, Perasaan Sedih Seusai Liburan

BERIKUTNYA

Sinopsis Drakor Chief Detective 1958, Tayang Minggu Ini di Disney+

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: