Taylor Swift. (Sumber foto: x.com/taylorswift13)

Lagunya Kembali ke TikTok, Taylor Swift Bergerak Sendiri?

14 April 2024   |   09:29 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Berbeda dengan musisi lainnya di bawah naungan Universal Music Group, lagu-lagu Taylor Swift yang ditarik oleh label dari TikTok beberapa bulan lalu tercatat telah kembali ke media sosial tersebut. Kondisi ini pun memantik berbagai diskusi daring terkait hak cipta dan publishing rights musik

Kabar kembalinya lagu Swift ditulis oleh The Hollywood Reporter. Media tersebut menyebutkan bahwa kehadiran swift’s library di TikTok terjadi sekitar satu minggu sebelum album baru berjudul The Tortured Poets Department akan rilis pada 19 April 2024.

Baca juga: Kronologi Universal Music yang Bakal Tarik Semua Lagu Artisnya dari TikTok

Alasan kembalinya lagu Swift ke TikTok masih belum jelas. Namun, terdapat dugaan karena Swift telah memiliki hak penerbitan atau publishing rights sendiri atas karya-karyanya sejak 2019.

Dugaan ini muncul lantaran pengguna menadapati beberapa album tidak ada dalam platform tersebut, terutama yang tidak dimiliki sepenuhnya oleh sang artis. Dalam kesempatan lain, dara cantik kelahiran 1989 itu mengumumkan akan merekam ulang audiobook lagunya agar dapat memiliki rekaman masternya.

Lagu Taylor Swift merupakan salah satu dari sejumlah karya yang ditarik oleh label dari media sosial tersebut. Selain Swift, lagu Lady Gaga, Drake, dan sebagainya juga menghilang dari platform tersebut pada 1 Februari 2024.

Jika lagu dari Swift sudah kembali, tidak dengan karya dari musisi lainnya. Setidaknya, sampai informasi ini dibuat, hanya karya dari Swift yang sudah berada di TikTok.

Penarikan lagu sejumlah musisi dari TikTok terjadi pada bulan dua tahun ini tidak terlepas dari perselisihan antara label dengan platform.

Dalam sebuah pernyataan terbuka dari UMG, mereka mengungkapkan telah menekankan 3 isu penting saat melakukan diskusi pembaruan kontrak. Pertama adalah kompensasi yang sesuai untuk artis dan penulis lagu yang berada dalam naungan label.

Kedua, artis manusia perlu mendapatkan perlindungan dari dampak bahaya kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Ketiga adalah keamanan daring bagi pengguna media sosial tersebut.

Dalam pembicaraan tersebut, kedua belah pihak tidak dapat mencapai kesepakatan, sehingga mengarah kepada keputusan untuk menghentikan distribusi musik yang berada di bawah label kepada platform media sosial.

UMG menyebutkan bahwa platform tersebut mengusulkan untuk membayar artis dan penulis lagu dengan tarif yang jauh lebih kecil dari tarif yang dibayarkan oleh platform serupa terkait dengan kompensasi artis dan penulis lagu.

Sayangnya, label tidak menuliskan berapa besaran tarif itu. Namun, manajemen UMG menuliskan sebagai indikasi kompensasi yang diberikan TikTok kepada artis dan penulis lagu adalah kontribusinya yang hanya 1 persen dari total pendapatan label.

Padahal, basis penggunanya sangat besar dan terus berkembang, pendapatan iklan meningkat pesar, dan ketergantungan terhadap konten berbasis musik mengalami peningkatan.

“Pada akhirnya TikTok mencoba membangun bisnis berbasis musik, tanpa membayar nilai wajar untuk musik tersebut,” demikian tertulis.
 

Taylor Swift. (Sumber foto: x.com/taylorswift13)

Taylor Swift. (Sumber foto: x.com/taylorswift13)


Terkait AI, UMG menuliskan bahwa TikTok membiarkan platformnya dibanjiri dengan rekaman yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan. Tidak hanya itu, media sosial ini juga mengembangkan alat untuk mengaktifkan, mempromosikan, dan mendorong pembuatan musik AI di platform itu sendiri.

Kemudian, TikTok juga disebut menuntut hak kontrak yang memungkinkan konten ini terdilusi secara besar-besaran. “Kumpulan royalti untuk seniman manusia, dalam sebuah langkah yang mensponsori penggantian artis dengan AI,” tulis UMG.

UMG menilai platform media sosial ini juga hanya melakukan sedikit upaya untuk menangani sejumlah besar konten di platformnya yang melanggar musik artis dan tidak memberikan solusi yang berarti terhadap meningkatnya masalah kedekatan konten, apalagi gelombang pasang ujaran kebencian, kefanatikan, dan lain-lain.

Manajemen juga menuliskan bahwa platform itu berupaya agar label menerima kesepakatan yang nilainya lebih rendah dari kesepakatan yang lama saat negosiasi berlanjut. Nilai itu diklaim jauh di bawah nilai pasar wajar dan tidak mencerminkan pertumbuhan eksponensialnya.

Di sisi lain, UMG mengungkapkan  perusahaan berupaya mengatasi masalah kecerdasan buatan dan yang terkait lainnya dengan mitra platform berbeda. Sebagai contoh, inisiatif Artist-Centric yang dirancang untuk memperbarui model remunerasi streaming dan memberikan penghargaan yang lebih baik kepada artis atas nilai yang mereka berikan terhadap platform.

Dalam beberapa bulan sejak dimulai, label mengeklaim bahwa inisiatif ini telah diterima dengan sangat positif dan dimanfaatkan oleh berbagai mitra, termasuk platform musik terbesar di dunia.

Selain itu, manajemen mengungkapkan telah melibatkan sejumlah mitra platform untuk mencoba mendorong perubahan positif bagi penggunanya dan juga artis yang berada di bawah naungan label dengan mengatasi masalah keamanan daring.

Di satu sisi UMG menarik lagu-lagu yang berada di bawah naungannya. Di sisi lain, mereka membuat kesepakatan dengan platform Spotify guna memperluas kemitraan, termasuk melakukan lebih banyak promosi.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Cara Memulihkan Tubuh yang Pegal dan Nyeri Setelah Mudik Jarak Jauh

BERIKUTNYA

5 Daftar Pemeriksaan Sepeda Motor Setelah Dipakai Mudik

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: