Begini Cara Gramedia Mempertahankan Eksistensi di Industri Penerbitan
28 March 2024 |
08:00 WIB
Di tengah banyaknya toko buku yang berguguran dalam beberapa tahun terakhir, Gramedia mampu mempertahankan eksistensinya. Kini, jaringan toko buku terbesar di Indonesia itu sudah berusia lima dekade. Apa yang membuat penerbitan ini tetap eksis?
General Manager PT Gramedia Asri Media Made Ruswidhi Sultrawan mengungkapkan di tengah industri perbukuan yang masih menantang, Gramedia masih mencatatkan pertumbuhan yang positif sampai saat ini. Made mengungkapkan pihaknya masih mengalami persentase pertumbuhan penjualan buku dalam beberapa tahun terakhir.
Baca juga: Pameran Sampul Manusia dari Ribuan Sampul Buku Era 1970-an Hadir Kompas Gramedia
"Orang-orang bilang tren [industri buku] lagi menurun, tapi kalau dari sisi Gramedia, masih tumbuh. Growth [pertumbuhan penjualan] di toko sekitar 15 persen setiap tahunnya. Minimal growth-nya itu 10 persen sudah pasti," katanya kepada Hypeabis.id saat ditemui di Gedung Kompas Gramedia, Jakarta, Selasa (26/3/2024).
Sampai saat ini, Gramedia tercatat memiliki sebanyak 123 toko yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Bahkan, sekitar 15 toko baru ditargetkan bakal dibuka pada tahun 2024, diantaranya di Malang, Pontianak, dan Sorong. Made menerangkan sekalipun ada gerai Gramedia yang tutup, itu merupakan hal yang biasa dalam dinamika bisnis.
Hal itu menunjukkan bahwa toko tersebut tidak mencatatkan penjualan yang positif, sehingga pihak perusahaan akan mengevaluasi sekaligus membuka gerai baru di lokasi yang lebih proporsional dan potensial. "Gramedia juga tumbuh dengan toko-toko fisiknya," ucap Made.
Karya Penulis Lokal Makin Diminati
Made menyampaikan kini masyarakat Indonesia lebih menggandrungi buku-buku karya penulis lokal ketimbang bacaan terjemahan dari penulis luar negeri. Sementara dari segi demografi, pelanggan Gramedia saat ini didominasi oleh kalangan Milenial dan Gen Z dalam rentang usia 18-35 tahun.
"Kalau melihat trennya sekarang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, buku-buku dari penulis luar negeri itu sudah mulai turun [penjualan]," terangnya.
Fiksi masih menjadi kategori buku yang paling diminati di Gramedia. Menurut Product Specialist Manager PT Gramedia Asri Media Mardhiana Koesumawati, buku-buku fiksi paling diminati lantaran secara konten lebih mudah untuk dipahami oleh berbagai kalangan pembaca. Selain itu, rentang pilihan bacaan fiksi juga cukup luas mulai dari buku anak, novel, hingga dongeng.
"Bahkan sekarang [buku] non fiksi pun dikemasnya seperti fiksi, baik dari gaya sampul maupun gaya bahasanya sehingga lebih mudah untuk dipahami," katanya.
Lantaran buku-buku karya penulis lokal lebih diminati oleh masyarakat, Gramedia pun melakukan berbagai upaya untuk menjaring para penulis berbakat, salah satunya dengan membuat program Gramedia Writing Project (GWP). Program itu memfasilitasi para penulis muda untuk mendapatkan pelatihan dan bimbingan dari para editor di Gramedia.
"Jadi bisa masukin naskah, dan kalau misalnya butuh untuk pengeditan, akan didampingi selama proses pengeditannya. Apabila sudah layak terbit, nantinya akan diterbitkan," kata perempuan yang akrab disapa Diana itu.
Diana menambahkan proporsi penulis baik yang direkrut maupun yang mengirimkan karyanya secara mandiri di Gramedia terbilang seimbang. Biasanya, pihak Gramedia akan menawarkan kepada para penulis yang telah menerbitkan buku sebelumnya, untuk mengirimkan lagi karya barunya.
Sementara bagi penulis baru biasanya mereka akan memulai menerbitkan karyanya melalui program GWP atau langsung menghubungi dan mengirimkan karyanya ke sekretariat Gramedia. "Jadi, akuisisi naskah atau penulis baru, dan mendorong kemampuan penulis yang sudah ada untuk terus produktif berkarya. Jadi ada dua sisi," katanya.
Aktivasi & Inovasi
Made mengatakan di tengah industri perbukuan yang masih potensial, saat ini penerbit dituntut untuk bisa menghadirkan aktivasi dan inovasi konten dalam berbagai bentuk alih-alih hanya menerbitkan buku cetak. Dia mengungkapkan saat ini kebanyakan pelanggan yang didominasi oleh kalangan anak muda menginginkan adanya ragam kegiatan aktivasi yang lebih interaktif.
"Gen Z itu menuntut ada aktivitas atau kegiatan bersama. Tantantangannya sebenarnya di situ, kami harus menghadirkan event yang sesuai dengan minat mereka," katanya.
Merespons kondisi tersebut, Gramedia pun kini gencar melakukan berbagai inovasi turunan produk konten buku dan menyajikannya dalam berbagai platform baik cetak maupun digital, mulai dari film, podcast, dan YouTube dengan menggandeng para penulis dan berbagai komunitas. Termasuk, membuat kegiatan guna meningkatkan minat membaca buku dan kesadaran berliterasi dalam Gerakan Nusa Membaca.
Gerakan Nusa Membaca dibuat bertujuan untuk menjadikan membaca sebagai kegiatan yang menyenangkan di kalangan masyarakat, alih-alih membosankan. "Gandeng komunitas, bikin event di toko, itu hal-hal yang kami lakukan untuk menjaga ekosistem perbukuan ini tetap hidup," kata Diana.
Baca juga: 5 Fakta Menarik Frankfurt Book Fair, Pameran Buku Tertua & Terbesar di Dunia
Editor: Dika Irawan
General Manager PT Gramedia Asri Media Made Ruswidhi Sultrawan mengungkapkan di tengah industri perbukuan yang masih menantang, Gramedia masih mencatatkan pertumbuhan yang positif sampai saat ini. Made mengungkapkan pihaknya masih mengalami persentase pertumbuhan penjualan buku dalam beberapa tahun terakhir.
Baca juga: Pameran Sampul Manusia dari Ribuan Sampul Buku Era 1970-an Hadir Kompas Gramedia
"Orang-orang bilang tren [industri buku] lagi menurun, tapi kalau dari sisi Gramedia, masih tumbuh. Growth [pertumbuhan penjualan] di toko sekitar 15 persen setiap tahunnya. Minimal growth-nya itu 10 persen sudah pasti," katanya kepada Hypeabis.id saat ditemui di Gedung Kompas Gramedia, Jakarta, Selasa (26/3/2024).
Sampai saat ini, Gramedia tercatat memiliki sebanyak 123 toko yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Bahkan, sekitar 15 toko baru ditargetkan bakal dibuka pada tahun 2024, diantaranya di Malang, Pontianak, dan Sorong. Made menerangkan sekalipun ada gerai Gramedia yang tutup, itu merupakan hal yang biasa dalam dinamika bisnis.
Hal itu menunjukkan bahwa toko tersebut tidak mencatatkan penjualan yang positif, sehingga pihak perusahaan akan mengevaluasi sekaligus membuka gerai baru di lokasi yang lebih proporsional dan potensial. "Gramedia juga tumbuh dengan toko-toko fisiknya," ucap Made.
Karya Penulis Lokal Makin Diminati
Made menyampaikan kini masyarakat Indonesia lebih menggandrungi buku-buku karya penulis lokal ketimbang bacaan terjemahan dari penulis luar negeri. Sementara dari segi demografi, pelanggan Gramedia saat ini didominasi oleh kalangan Milenial dan Gen Z dalam rentang usia 18-35 tahun.
"Kalau melihat trennya sekarang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, buku-buku dari penulis luar negeri itu sudah mulai turun [penjualan]," terangnya.
Fiksi masih menjadi kategori buku yang paling diminati di Gramedia. Menurut Product Specialist Manager PT Gramedia Asri Media Mardhiana Koesumawati, buku-buku fiksi paling diminati lantaran secara konten lebih mudah untuk dipahami oleh berbagai kalangan pembaca. Selain itu, rentang pilihan bacaan fiksi juga cukup luas mulai dari buku anak, novel, hingga dongeng.
"Bahkan sekarang [buku] non fiksi pun dikemasnya seperti fiksi, baik dari gaya sampul maupun gaya bahasanya sehingga lebih mudah untuk dipahami," katanya.
Lantaran buku-buku karya penulis lokal lebih diminati oleh masyarakat, Gramedia pun melakukan berbagai upaya untuk menjaring para penulis berbakat, salah satunya dengan membuat program Gramedia Writing Project (GWP). Program itu memfasilitasi para penulis muda untuk mendapatkan pelatihan dan bimbingan dari para editor di Gramedia.
"Jadi bisa masukin naskah, dan kalau misalnya butuh untuk pengeditan, akan didampingi selama proses pengeditannya. Apabila sudah layak terbit, nantinya akan diterbitkan," kata perempuan yang akrab disapa Diana itu.
Diana menambahkan proporsi penulis baik yang direkrut maupun yang mengirimkan karyanya secara mandiri di Gramedia terbilang seimbang. Biasanya, pihak Gramedia akan menawarkan kepada para penulis yang telah menerbitkan buku sebelumnya, untuk mengirimkan lagi karya barunya.
Sementara bagi penulis baru biasanya mereka akan memulai menerbitkan karyanya melalui program GWP atau langsung menghubungi dan mengirimkan karyanya ke sekretariat Gramedia. "Jadi, akuisisi naskah atau penulis baru, dan mendorong kemampuan penulis yang sudah ada untuk terus produktif berkarya. Jadi ada dua sisi," katanya.
Aktivasi & Inovasi
Made mengatakan di tengah industri perbukuan yang masih potensial, saat ini penerbit dituntut untuk bisa menghadirkan aktivasi dan inovasi konten dalam berbagai bentuk alih-alih hanya menerbitkan buku cetak. Dia mengungkapkan saat ini kebanyakan pelanggan yang didominasi oleh kalangan anak muda menginginkan adanya ragam kegiatan aktivasi yang lebih interaktif.
"Gen Z itu menuntut ada aktivitas atau kegiatan bersama. Tantantangannya sebenarnya di situ, kami harus menghadirkan event yang sesuai dengan minat mereka," katanya.
Merespons kondisi tersebut, Gramedia pun kini gencar melakukan berbagai inovasi turunan produk konten buku dan menyajikannya dalam berbagai platform baik cetak maupun digital, mulai dari film, podcast, dan YouTube dengan menggandeng para penulis dan berbagai komunitas. Termasuk, membuat kegiatan guna meningkatkan minat membaca buku dan kesadaran berliterasi dalam Gerakan Nusa Membaca.
Gerakan Nusa Membaca dibuat bertujuan untuk menjadikan membaca sebagai kegiatan yang menyenangkan di kalangan masyarakat, alih-alih membosankan. "Gandeng komunitas, bikin event di toko, itu hal-hal yang kami lakukan untuk menjaga ekosistem perbukuan ini tetap hidup," kata Diana.
Baca juga: 5 Fakta Menarik Frankfurt Book Fair, Pameran Buku Tertua & Terbesar di Dunia
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.