5 Fakta Menarik Frankfurt Book Fair, Pameran Buku Tertua & Terbesar di Dunia
19 October 2023 |
08:21 WIB
Frankfurt Buchmesse atau Frankfurt Book Fair (FBF) kini tengah menjadi sorotan khususnya di kalangan pegiat industri buku di seluruh dunia. Pasalnya, pameran perdagangan buku terbesar di dunia itu menyatakan sikap dukungannya kepada Israel di tengah konflik yang tengah terjadi dengan kelompok Hamas.
Buntut dari dukungan itu, FBF menyatakan bakal memberikan ruang yang lebih luas untuk para penulis dan pegiat literasi dari Israel. Sebaliknya, mereka justru membatasi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan Palestina. Bahkan, FBF juga membatalkan secara sepihak acara penghargaan LiBeraturpreis yang sebelumnya akan diberikan kepada sastrawan Palestina, Adania Shibli.
Baca juga: Profil Adania Shibli Penulis asal Palestina yang Batal dapat Penghargaan Frankfurt Book Fair
Banyak pihak baik itu institusi perbukuan, penerbit, hingga penulis dari berbagai negara merasa kecewa terhadap sikap FBF yang didaulat sebagai pameran buku tertua di dunia itu. Sebagian besar dari mereka menilai seharusnya ranah perbukuan bisa lebih netral terhadap situasi konflik Hamas dan Israel.
Menurut laporan dari The Guardian, sebuah surat terbuka telah ditandatangani oleh lebih dari 350 penulis di seluruh dunia, termasuk novelis Irlandia Colm Tóibín, pemenang Pulitzer Amerika-Libya Hisham Matar, novelis Inggris-Pakistan Kamila Shamsie dan sejarawan Inggris William Dalrymple.
Mereka menuntut FBF untuk memberikan ruang yang sejajar bagi para penulis Palestina untuk berbagi pemikiran, perasaan, refleksi mereka melalui sastra, alih-alih menutupnya. Selain itu, beberapa negara pun kompak untuk menarik diri dari keikutsertaan mereka pada FBF tahun ini yang dijadwalkan berlangsung pada 18-22 Oktober 2023, di antaranya Uni Emirat Arab, Qatar, Malaysia, dan Indonesia.
Frankfurt Book Fair memang menjadi ajang pameran buku paling bergengsi di dunia. Tak heran, jika gelaran festival tahunan itu selalu dinantikan tiap tahunnya. FBF menjadi ruang bagi banyak negara untuk menunjukkan kekayaan perbukuan mereka kepada dunia, menjalin kerja sama sesama pelaku perbukuan, sekaligus mengikuti perkembangan terkini dunia literasi global.
Untuk lebih lengkapnya, berikut adalah fakta-fakta menarik dari Frankfurt Book Fair yang telah dirangkum oleh Hypeabis.id.
FBF memiliki sejarah panjang selama lebih dari 500 tahun. Sejak abad ke-12, pameran ini rutin menggelar pameran penjualan buku tulisan tangan lantaran belum munculnya buku cetak. Pameran buku-buku cetak baru ada pada 1462 ketika industri percetakan di Jerman mulai berkembang, sekaligus menandai gelaran pertama FBF.
Sejak saat itu, FBF dikenal menjadi pusat penjualan dan persebaran buku yang rutin dihadiri para pegiat industri tersebut. Hingga akhir abad-17, FBF menjadi pameran buku terpenting di Eropa. Popularitasnya kian berkembang setelah Perang Dunia II, hingga terkenal menjadi pameran perdagangan buku terbesar di dunia.
FBF juga dianggap sebagai pameran paling penting di dunia untuk transaksi dan perdangan buku internasional. Acara yang berlangsung di Jerman ini dinilai menjadi momentum penting untuk meluncurkan buku baru dan memperkenalkannya ke seluruh dunia, termasuk bernegosiasi untuk penjualan hak dan lisensi internasional.
Setiap tahunnya, lebih dari 7.000 peserta pameran dari 100 lebih negara yang terdiri dari penerbit, media, penyedia teknologi, dan institusi memamerkan produk dan layanan mereka kepada calon mitra bisnis. Mereka memanfaatkan kesempatan ini untuk memperoleh informasi tentang pasar penerbitan, membangun jaringan, sekaligus berbisnis.
FBF berlangsung selama lima hari setiap tahun dan rutin diadakan pada pertengahan bulan Oktober. Biasanya pameran akan dibuka pada Rabu pagi untuk publik atau Selasa sore untuk peserta pameran. Pada sore hari, para penerbit biasanya akan menyiapkan pajangan mereka.
Selama lima penyelenggaraannya, tiga hari pertama FBF biasanya diperuntukkan bagi para profesional penerbitan untuk kepentingan bisnis. Acara tersebut baru akan dibuka untuk umum pada dua hari terakhir gelarannya. Selain memamerkan banyak buku, FBF juga diramaikan dengan kegiatan lain seperti diskusi dan konferensi.
Setiap tahun, negara tertentu atau kadang-kadang beberapa negara, ditunjuk sebagai Tamu Kehormatan di FBF. Negara tamu yang diundang nantinya akan memamerkan karya sastra dan budayanya kepada ribuan peserta FBF melalui diskusi panel, pembacaan buku oleh penulis dari negara tuan rumah, hingga acara budaya.
Indonesia sendiri pernah menjadi Guest of Honor atau Tamu Kehormatan pada ajang FBF 2015. Kala itu, Indonesia mengangkat tema 17.000 Islands of Imagination yang terinspirasi dari filosofi Indonesia sebagai negeri yang dibangun lewat imajinasi. Adapun, sastrawan Goenawan Mohamad didapuk sebagai Ketua Panitia Pelaksana FBF Indonesia saat itu.
FBF juga dianggap sebagai tempat yang ideal bagi penerbit, penulis, atau siapa pun dari industri penerbitan hingga jaringannya. Acara ini adalah peluang bagus bagi orang-orang untuk terhubung dengan penerbit, bertemu rekan kerja, dan profesional industri lainnya.
Penerbit bisa mendapatkan eksposur di hadapan calon pelanggan atau mitra bisnis. FBF juga menawarkan sebuah platform di mana kesepakatan dibuat, atau kolaborasi terjadi selama 5 hari melalui buku, media cetak, dan konten digital dalam segala bentuk.
Selain itu, acara yang digagas oleh Frankfurter Buchmesse GmbH tersebut juga merupakan ajang yang penting untuk melihat tren utama sekaligus proyeksi masa depan dalam dunia penerbitan global. Banyak teknologi baru pada penerbitan yang diperkenalkan pertama kali di FBF.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Buntut dari dukungan itu, FBF menyatakan bakal memberikan ruang yang lebih luas untuk para penulis dan pegiat literasi dari Israel. Sebaliknya, mereka justru membatasi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan Palestina. Bahkan, FBF juga membatalkan secara sepihak acara penghargaan LiBeraturpreis yang sebelumnya akan diberikan kepada sastrawan Palestina, Adania Shibli.
Baca juga: Profil Adania Shibli Penulis asal Palestina yang Batal dapat Penghargaan Frankfurt Book Fair
Banyak pihak baik itu institusi perbukuan, penerbit, hingga penulis dari berbagai negara merasa kecewa terhadap sikap FBF yang didaulat sebagai pameran buku tertua di dunia itu. Sebagian besar dari mereka menilai seharusnya ranah perbukuan bisa lebih netral terhadap situasi konflik Hamas dan Israel.
Menurut laporan dari The Guardian, sebuah surat terbuka telah ditandatangani oleh lebih dari 350 penulis di seluruh dunia, termasuk novelis Irlandia Colm Tóibín, pemenang Pulitzer Amerika-Libya Hisham Matar, novelis Inggris-Pakistan Kamila Shamsie dan sejarawan Inggris William Dalrymple.
Mereka menuntut FBF untuk memberikan ruang yang sejajar bagi para penulis Palestina untuk berbagi pemikiran, perasaan, refleksi mereka melalui sastra, alih-alih menutupnya. Selain itu, beberapa negara pun kompak untuk menarik diri dari keikutsertaan mereka pada FBF tahun ini yang dijadwalkan berlangsung pada 18-22 Oktober 2023, di antaranya Uni Emirat Arab, Qatar, Malaysia, dan Indonesia.
Frankfurt Book Fair memang menjadi ajang pameran buku paling bergengsi di dunia. Tak heran, jika gelaran festival tahunan itu selalu dinantikan tiap tahunnya. FBF menjadi ruang bagi banyak negara untuk menunjukkan kekayaan perbukuan mereka kepada dunia, menjalin kerja sama sesama pelaku perbukuan, sekaligus mengikuti perkembangan terkini dunia literasi global.
Untuk lebih lengkapnya, berikut adalah fakta-fakta menarik dari Frankfurt Book Fair yang telah dirangkum oleh Hypeabis.id.
1. Pameran buku tertua di dunia
FBF memiliki sejarah panjang selama lebih dari 500 tahun. Sejak abad ke-12, pameran ini rutin menggelar pameran penjualan buku tulisan tangan lantaran belum munculnya buku cetak. Pameran buku-buku cetak baru ada pada 1462 ketika industri percetakan di Jerman mulai berkembang, sekaligus menandai gelaran pertama FBF.
Sejak saat itu, FBF dikenal menjadi pusat penjualan dan persebaran buku yang rutin dihadiri para pegiat industri tersebut. Hingga akhir abad-17, FBF menjadi pameran buku terpenting di Eropa. Popularitasnya kian berkembang setelah Perang Dunia II, hingga terkenal menjadi pameran perdagangan buku terbesar di dunia.
2. Dianggap sebagai ajang penting
FBF juga dianggap sebagai pameran paling penting di dunia untuk transaksi dan perdangan buku internasional. Acara yang berlangsung di Jerman ini dinilai menjadi momentum penting untuk meluncurkan buku baru dan memperkenalkannya ke seluruh dunia, termasuk bernegosiasi untuk penjualan hak dan lisensi internasional.Setiap tahunnya, lebih dari 7.000 peserta pameran dari 100 lebih negara yang terdiri dari penerbit, media, penyedia teknologi, dan institusi memamerkan produk dan layanan mereka kepada calon mitra bisnis. Mereka memanfaatkan kesempatan ini untuk memperoleh informasi tentang pasar penerbitan, membangun jaringan, sekaligus berbisnis.
3. Digelar selama 5 hari
FBF berlangsung selama lima hari setiap tahun dan rutin diadakan pada pertengahan bulan Oktober. Biasanya pameran akan dibuka pada Rabu pagi untuk publik atau Selasa sore untuk peserta pameran. Pada sore hari, para penerbit biasanya akan menyiapkan pajangan mereka.Selama lima penyelenggaraannya, tiga hari pertama FBF biasanya diperuntukkan bagi para profesional penerbitan untuk kepentingan bisnis. Acara tersebut baru akan dibuka untuk umum pada dua hari terakhir gelarannya. Selain memamerkan banyak buku, FBF juga diramaikan dengan kegiatan lain seperti diskusi dan konferensi.
4. Tamu kehormatan
Setiap tahun, negara tertentu atau kadang-kadang beberapa negara, ditunjuk sebagai Tamu Kehormatan di FBF. Negara tamu yang diundang nantinya akan memamerkan karya sastra dan budayanya kepada ribuan peserta FBF melalui diskusi panel, pembacaan buku oleh penulis dari negara tuan rumah, hingga acara budaya.Indonesia sendiri pernah menjadi Guest of Honor atau Tamu Kehormatan pada ajang FBF 2015. Kala itu, Indonesia mengangkat tema 17.000 Islands of Imagination yang terinspirasi dari filosofi Indonesia sebagai negeri yang dibangun lewat imajinasi. Adapun, sastrawan Goenawan Mohamad didapuk sebagai Ketua Panitia Pelaksana FBF Indonesia saat itu.
5. Tempat ideal untuk berjejaring
FBF juga dianggap sebagai tempat yang ideal bagi penerbit, penulis, atau siapa pun dari industri penerbitan hingga jaringannya. Acara ini adalah peluang bagus bagi orang-orang untuk terhubung dengan penerbit, bertemu rekan kerja, dan profesional industri lainnya.Penerbit bisa mendapatkan eksposur di hadapan calon pelanggan atau mitra bisnis. FBF juga menawarkan sebuah platform di mana kesepakatan dibuat, atau kolaborasi terjadi selama 5 hari melalui buku, media cetak, dan konten digital dalam segala bentuk.
Selain itu, acara yang digagas oleh Frankfurter Buchmesse GmbH tersebut juga merupakan ajang yang penting untuk melihat tren utama sekaligus proyeksi masa depan dalam dunia penerbitan global. Banyak teknologi baru pada penerbitan yang diperkenalkan pertama kali di FBF.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.