Ilustrasi pemeriksaan otak. (Sumber foto: Freepik/DC Studio)

Hari Kesadaran Epilepsi, Yuk Kenali Penyebab & Cara Penanganannya

26 March 2024   |   15:21 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Epilepsi adalah penyakit otak kronis yang tidak menular. Saat ini, sekitar 50 juta orang di seluruh dunia menderita penyakit tersebut. Sebagai salah satu upaya meningkatkan kesadaran banyak orang tentang peyakit tersebut, dunia memperingati Epilepsy Awareness Purple Day setiap 26 Maret.

Berdasarkan laman Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), tanda seseorang memiliki epilepsi adalah mengalami kejang berulang, yaitu episode singkat gerakant idak sadar yang mungkin melibatkan sebagaian atau seluruh tubuh.

Baca juga: Jangan Kejebak Stigma, Yuk Ketahui Fakta Medis Seputar Epilepsi

“Terkadang disertai dengan hilangnya kesadaran dan kontrol fungsi usus atau kandung kemih,” demikian tulis WHO.

Kejang yang dialami oleh penderita epilepsi adalah sebagai dampak pelepasan listrik yang berlebihan terhadap sekelompok sel otak. Kejang juga bervariasi, dari kehilangan perhatian singkat atau sentakan otot sampai kejang parah dan berkepanjangan.

Tidak hanya itu, frekuensi kejang penderita epilepsi juga berbeda-beda. Beberapa di antaranya mengalaminya beberapa kali dalam satu hari. Namun, sejumlah penderita dapat hanya menderita satu kali satu tahun.

WHO menuliskan bahwa epilepsi adalah salah satu penyakit tertua yang ada di dunia dengan catatan tertulis sejak 4.000 SM. Mereka yang menderita penyakit ini kerap menerima diskriminasi, stigma, dan kesalahpahaman selama berabad-abad.

Di beberapa negara, stigma yang melekat terhadap penderita epilepsi masih ada sampai denga saat ini dan berdampak kepada kualitas hidup dan keluarganya.

WHO menuliskan bahwa penyebab penyakit ini masih belum diketahui terhadap sekitar 50 persen kasus di seluruh dunia meskipun banyak mekanisme penyakit mendasar yang dapat menyebabkan epilepsi.

Meski demikian, penyebab epilepsi terbagi menjadi beberapa kategori, yakni struktural, genetik, menular, metabolik, kekebalan tubuh, dan tidak diketahui. Contoh-contoh itu seperti, kerusakan otak akibat penyebab prenatal atau perinatal (misalnya kehilangan oksigen atau trauma saat lahir, berat badan lahir rendah).

Kemudian, kelainan bawaan atau kondisi genetik yang berhubungan dengan malformasi otak;cedera kepala parah;stroke yang membatasi jumlah oksigen ke otak; infeksi otak seperti meningitis, ensefalitis atau neurocysticercosis, sindrom genetik tertentu; dan tumor otak.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by RSUP H Adam Malik (@rsupham)


WHO menuliskan bahwa pada saat ini sampai 70 persen penderita epilepsi bebas kejang apabila mengguakan obat yang tepat. Para pemilik penyakit epilepsi dapat dipertimbangkan untuk berhenti minum obat setelah 2 tahun tidak mengalami kejang. Selain itu, pertimbangan lainnya seseorang dapat berhenti mengonsumsi obat adalah faktor klinis, sosial, dan pribadi.

Dalam laman Kementerian Kesehatan, penderita epilepsi pada umumnya memerlukan obat untuk mengontrol kejang karena berisiko mengalami kondisi tersebut secara berulang. Selain itu, seseorang yang mengalaminya juga biasanya akan berhenti dengan sendirinya dalam beberapa detik atau hitungan menit.

Meskipun begitu, mereka yang menderita epilepsi rentan terhadap cedera ketika kejang itu datang. Jadi, kalian yang memiliki teman atau melihat seseorang mengalaminya dapat melakukan pertolongan pertama.

Langkah pertama adalah Genhype dapat membaringkan seseorang yang mengalami kejang di tempat datar dan aman. Jika ada, kalian dapat memberikan bantal untuk menopang kepala. Kedua, jangan lupa untuk menyingkirkan benda tajam yang ada di sekitar penderita karena dapat melukainya.

Kemudian, kalian juga dapat melonggarkan pakaian penderita yang ketat, terutama pada bagian sekitar leher. Langkah lainnya adalah memiringkan individu yang mengalami kejang ke satu sisi agar muntah dan tidak masuk ke paru-paru.

Genhype juga sebaiknya menemani penderita yang mengalami kejang hingga mereda atau sampai mereka memperoleh pertolongan medis dari profesional.

Selain itu, sejumlah larangan juga perlu menjadi perhatian dalam menghadapi penderita epilepsi yang mengalami kejang, yakni jangan menahan kejang penderita; jangan memasukkan benda apapun ke dalam mulut penderita selama kejang, meskipun berniat mencegah tergigitnya lidah.

Genhype juga tidak boleh memindahkan penderita kecuali berada di tempat yang tidak aman atau di dekatnya terdapat suatu benda yang berbahaya baginya. Kalian juga dilarang melakukan CPR atau napas buatan, kecuali sentakan tubuh telah berhenti dan penderita tidak bernapas atau tidak memiliki denyut nadi.

Larangan lainnya adalah memberi makan atau minum sampai kejang benar-benar berhenti. Kemudian, kalian perlu segera hubungi layanan medis darurat jika kejang berlangsung lebih dari dua menit, penderita mengalami gangguan perilaku, atau pingsan setelah serangan kejang, serangan kejang berulang, dan penderita kejang dalam kondisi hamil atau diabetes.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

5 Rekomendasi Parfum Pria Lokal Yang Cocok Untuk Date Night

BERIKUTNYA

4 Pegunungan Berwarna Paling Cantik di Dunia, Salah Satunya Punya 14 Rona

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: