Menatap Pergulatan Optimistik dan Pesimistik dalam Karya Lampurio di JMAF 2024
21 March 2024 |
21:58 WIB
Dinding tinggi di sisi selatan Mall Setiabudi One, Jakarta, tampak meriah dengan visual yang berbeda. Ada sebuah instalasi art print dengan ukuran gigantik yang dipasang menggantung, menutup penuh tembok beraksen bata ekspos berwarna cokelat tersebut.
Di instalasi art print berukuran 8x16 meter tersebut, tergambar sesosok manusia yang berdiri di atas mobil berukuran lebih kecil darinya. Mata dari figur fantasi itu berjumlah dua, tetapi bertumpuk atas bawah, bukan berjajar kanan kiri.
Baca juga: Karya-karya yang Mencuri Perhatian di Jakarta Mural Art Festival 2024
Permainan figur dan palet cerah pada instalasi tersebut seketika membuat dinding cokelat yang tampak kaku itu menjadi lebih berwarna. Keceriaan dalam instalasi membuat warna cokelat menjadi lebih hidup dan memberi pengalaman visual baru di antara gedung-gedung tinggi di kawasan ramai di ibukota tersebut.
Mural art gigantik itu adalah buah tangan dari Ashido Aldorio Simatupang atau lebih dikenal dengan nama Lampurio. Karya barajuk "bergerak terus berkembang terus bergerak" menjadi bagian dari gelaran Jakarta Mural Art Festival (JMAF) 2024.
Lewat visual ini, Lampurio tampak sedang mewacanakan perihal sisi optimistik dan pesimistik yang selalu jadi mata koin kehidupan. Dua-duanya adalah sebuah pilihan dan sama-sama menawarkan sesuatu di setiap sisinya.
Hal tersebut tampak tercermin pada pilihan estetika berbeda dari figur dan elemen yang dihadirkan, seperti sebuah mata koin yang setiap memandangnya orang akan bisa bebas memilih. Baginya, setiap orang bebas memilih dan setiap sisinya akan selalu menawarkan petualangan berbeda.
“Seni adalah cipta estetika hasil kontemplasi dialektika dari mengilhami sebuah peristiwa kemudian mengawinkannya dengan fantasi lalu menetaskan pesona. Seni adalah pemasuk-akalan dari segala sesuatu yang tidak masuk akal. Seni seperti karya jurnalistik, perekaman fakta, dijemput melalui peliputan sebuah kenyataan yang ada di lapangan kehidupan," tulis Lampurio dalam art statement-nya.
Karya seni dari Lampurio ini masuk ke dalam program Urban Art Exhibition. Ini adalah satu-satunya program JMAF yang ditinggal dan masik bisa dinikmati publik hingga 1 Juni 2024. Adapun, program lain yang ada di JMAF, seperti Art Market, Expo Musik, hingga Exhibition of Ideas yang dibuat dengan konsep utama menyerupai sebuah galeri, yang menampilkan karya-karya seniman Sasya Tranggono dan Donald Saluling telah terlebih dahulu rampung digelar pada 8—10 Maret 2024
Karya seni tidak hanya dijumpai di galeran ruang pameran atau museum, terkadang juga ada di tembok-tembok kota. Meski kerap meresap dalam vandalisme, kehadirannya juga mencairkan kehidupan keras di jalan raya sekaligus merespons keterbatasan ruang ekspresi yang ada.
Mural – demikian sebutan lukisan di dinding itu – terus menjadi karya seni publik yang mudah dijumpai di tembok-tembok luar ruang, terutama yang menghadap atau bisa dilihat dari jalan, yang membuatnya inklusif dan bisa dinikmati siapa saja.
Kemunculannya adalah medium penyampai aspirasi, kegelisahan, kekecewaan, amarah, atau guyon yang kerap terselipkan kritik sosial. Ekspresi itu pun tak luntur begitu mural dibawa masuk ke sebuah pameran, dan inilah yang terjadi di Jakarta Mural Art Festival 2024 (JMAF) episode 1 bertajuk The City Canvas.
Kendati singkat, gelaran Jakarta Mural Art Festival yang dihelat di salah satu sudut Setiabudi One itu memang cukup menyedot perhatian. Ekshibisi ini menampilkan beberapa program menarik yang menjadi wadah para seniman berkarya.
Di mata seniman, perhelatan JMAF ini menjadi wadah lain bagi mereka dalam berkarya. Bagi Lampurio, ini adalah movement yang apik karena bagaimana pun, aktivitas seni di dalam ruang dan luar ruang adalah pergerakan yang sama pentingnya saat ini. Seni selalu butuh untuk terpentaskan atau terpresentasikan di semua ruang, termasuk dua ruang itu.
“Kalau kita di ruang eksklusif seperti galeri atau museum, kita akan keluar dari distraksi jalanan kemudian masuk ke khazanah yang khusus ketika karya di dalam itu bertutur langsung secara personal. Namun, tidak menutup kemungkinan juga kita terjembatani dengan art di ruang-ruang publik,” kata Lampurio kepada Hypeabis.id.
Keduanya, bagi Lampurio, sama-sama perlu disuburkan. Terlebih, bagi aktivitas seni luar ruang yang telah dan akan selalu digelutinya ini. Sebab, baginya, seni luar ruang selalu menyajikan kesadaran yang menarik.
Baginya, karya-karya luar ruang kerap begitu dekat, tidak berjarak, bahkan ketika seseorang selintas sedang menaiki kendaraan pun, orang bisa dengan mudah bertemu dengan visual-visual ekspresif di tembok-tembok kota.
Gambar dekoratif dengan warna-warni yang ditemui itu tidak hanya menghibur, tetapi juga menjadi pengingat pada jeda setiap orang dari rutinitas yang sedang dilakukan, untuk sejenak melambat atau menengok seni tersebut.
Di luar itu, yang menarik hari ini dari Lampurio adalah kesenian ruang publik di Jakarta terus tumbuh besar. Menurut dia, di beragam sudut kota, baik yang urban atau rural, di tempat yang terbuka atau tersembunyi sekali pun, itu seni luar ruang sudah banyak dan makin mudah ditemui.
“Artinya, kita sudah cukup friendly dengan graviti atau sebagainya, dan yang menarik eksplorasinya bagus-bagus, secara artistik senimannya bertumbuh artinya ini berkembang. Saya yakin, berharap, dan optimis ini (JMAF, Red) juga akan bertumbuh dan jadi wadah bersama,” imbuhnya.
Founder SenyuMuseum Edgar Honggo mengatakan Jakarta Mural Art Festival 2024 merupakan perayaan seni yang bertujuan memperlihatkan kekuatan kreativitas dalam mengubah Jakarta, menjadi kota yang lebih magis.
Meski kaya dan memiliki budaya yang majemuk, Jakarta kerap kali lebih dikenal karena padat, macet, atau tercemar. Melalui festival ini, Edgar ingin JMAF menjadi sebuah movement yang menempatkan Jakarta sebagai kota budaya penting di Asia.
Menurutnya, apa yang dilakukannya secara singkat di Setiabudi One ini hanyalah awal dari perjalanan panjang setelahnya. Dalam satu tahun ke depan, setiap bulannya SenyuMuseum akan mengadakan acara serupa di lokasi dan konsep yang berbeda-beda. Setiap temanya akan tetap mengajak lebih banyak seniman urban mural lainnya.
“Tempat yang kami datangi bukan hanya komersial, nanti ada di museum, public space, bahkan ada wacana di Pulau Seribu,” ucap Edgar.
Jakarta Mural Art Festival adalah sebuah upaya bersama menghadirkan para seniman kota yang selama ini turut memperindah dan menghidupkan cerita di tempat tinggal mereka. Para seniman membawa dinamika kota melalui coretan dinamis dan gambaran tokoh-tokoh yang mencerminkan keberagaman dan ekspresi kota.
Editor: Fajar Sidik
Di instalasi art print berukuran 8x16 meter tersebut, tergambar sesosok manusia yang berdiri di atas mobil berukuran lebih kecil darinya. Mata dari figur fantasi itu berjumlah dua, tetapi bertumpuk atas bawah, bukan berjajar kanan kiri.
Baca juga: Karya-karya yang Mencuri Perhatian di Jakarta Mural Art Festival 2024
Permainan figur dan palet cerah pada instalasi tersebut seketika membuat dinding cokelat yang tampak kaku itu menjadi lebih berwarna. Keceriaan dalam instalasi membuat warna cokelat menjadi lebih hidup dan memberi pengalaman visual baru di antara gedung-gedung tinggi di kawasan ramai di ibukota tersebut.
Mural art gigantik itu adalah buah tangan dari Ashido Aldorio Simatupang atau lebih dikenal dengan nama Lampurio. Karya barajuk "bergerak terus berkembang terus bergerak" menjadi bagian dari gelaran Jakarta Mural Art Festival (JMAF) 2024.
Pengunjung mengamati karya pada Jakarta Mural Art Festival di Jakarta, Sabtu (9/3/2024). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan P)
Lewat visual ini, Lampurio tampak sedang mewacanakan perihal sisi optimistik dan pesimistik yang selalu jadi mata koin kehidupan. Dua-duanya adalah sebuah pilihan dan sama-sama menawarkan sesuatu di setiap sisinya.
Hal tersebut tampak tercermin pada pilihan estetika berbeda dari figur dan elemen yang dihadirkan, seperti sebuah mata koin yang setiap memandangnya orang akan bisa bebas memilih. Baginya, setiap orang bebas memilih dan setiap sisinya akan selalu menawarkan petualangan berbeda.
“Seni adalah cipta estetika hasil kontemplasi dialektika dari mengilhami sebuah peristiwa kemudian mengawinkannya dengan fantasi lalu menetaskan pesona. Seni adalah pemasuk-akalan dari segala sesuatu yang tidak masuk akal. Seni seperti karya jurnalistik, perekaman fakta, dijemput melalui peliputan sebuah kenyataan yang ada di lapangan kehidupan," tulis Lampurio dalam art statement-nya.
Karya seni dari Lampurio ini masuk ke dalam program Urban Art Exhibition. Ini adalah satu-satunya program JMAF yang ditinggal dan masik bisa dinikmati publik hingga 1 Juni 2024. Adapun, program lain yang ada di JMAF, seperti Art Market, Expo Musik, hingga Exhibition of Ideas yang dibuat dengan konsep utama menyerupai sebuah galeri, yang menampilkan karya-karya seniman Sasya Tranggono dan Donald Saluling telah terlebih dahulu rampung digelar pada 8—10 Maret 2024
Wadah Berkarya Seni Jalanan
Karya seni tidak hanya dijumpai di galeran ruang pameran atau museum, terkadang juga ada di tembok-tembok kota. Meski kerap meresap dalam vandalisme, kehadirannya juga mencairkan kehidupan keras di jalan raya sekaligus merespons keterbatasan ruang ekspresi yang ada.Mural – demikian sebutan lukisan di dinding itu – terus menjadi karya seni publik yang mudah dijumpai di tembok-tembok luar ruang, terutama yang menghadap atau bisa dilihat dari jalan, yang membuatnya inklusif dan bisa dinikmati siapa saja.
Kemunculannya adalah medium penyampai aspirasi, kegelisahan, kekecewaan, amarah, atau guyon yang kerap terselipkan kritik sosial. Ekspresi itu pun tak luntur begitu mural dibawa masuk ke sebuah pameran, dan inilah yang terjadi di Jakarta Mural Art Festival 2024 (JMAF) episode 1 bertajuk The City Canvas.
Kendati singkat, gelaran Jakarta Mural Art Festival yang dihelat di salah satu sudut Setiabudi One itu memang cukup menyedot perhatian. Ekshibisi ini menampilkan beberapa program menarik yang menjadi wadah para seniman berkarya.
Pengunjung mengamati karya pada Jakarta Mural Art Festival di Jakarta, Sabtu (9/3/2024). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan P)
Di mata seniman, perhelatan JMAF ini menjadi wadah lain bagi mereka dalam berkarya. Bagi Lampurio, ini adalah movement yang apik karena bagaimana pun, aktivitas seni di dalam ruang dan luar ruang adalah pergerakan yang sama pentingnya saat ini. Seni selalu butuh untuk terpentaskan atau terpresentasikan di semua ruang, termasuk dua ruang itu.
“Kalau kita di ruang eksklusif seperti galeri atau museum, kita akan keluar dari distraksi jalanan kemudian masuk ke khazanah yang khusus ketika karya di dalam itu bertutur langsung secara personal. Namun, tidak menutup kemungkinan juga kita terjembatani dengan art di ruang-ruang publik,” kata Lampurio kepada Hypeabis.id.
Keduanya, bagi Lampurio, sama-sama perlu disuburkan. Terlebih, bagi aktivitas seni luar ruang yang telah dan akan selalu digelutinya ini. Sebab, baginya, seni luar ruang selalu menyajikan kesadaran yang menarik.
Baginya, karya-karya luar ruang kerap begitu dekat, tidak berjarak, bahkan ketika seseorang selintas sedang menaiki kendaraan pun, orang bisa dengan mudah bertemu dengan visual-visual ekspresif di tembok-tembok kota.
Gambar dekoratif dengan warna-warni yang ditemui itu tidak hanya menghibur, tetapi juga menjadi pengingat pada jeda setiap orang dari rutinitas yang sedang dilakukan, untuk sejenak melambat atau menengok seni tersebut.
Di luar itu, yang menarik hari ini dari Lampurio adalah kesenian ruang publik di Jakarta terus tumbuh besar. Menurut dia, di beragam sudut kota, baik yang urban atau rural, di tempat yang terbuka atau tersembunyi sekali pun, itu seni luar ruang sudah banyak dan makin mudah ditemui.
“Artinya, kita sudah cukup friendly dengan graviti atau sebagainya, dan yang menarik eksplorasinya bagus-bagus, secara artistik senimannya bertumbuh artinya ini berkembang. Saya yakin, berharap, dan optimis ini (JMAF, Red) juga akan bertumbuh dan jadi wadah bersama,” imbuhnya.
Pengunjung mengamati karya pada Jakarta Mural Art Festival di Jakarta, Sabtu (9/3/2024). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan P)
Founder SenyuMuseum Edgar Honggo mengatakan Jakarta Mural Art Festival 2024 merupakan perayaan seni yang bertujuan memperlihatkan kekuatan kreativitas dalam mengubah Jakarta, menjadi kota yang lebih magis.
Meski kaya dan memiliki budaya yang majemuk, Jakarta kerap kali lebih dikenal karena padat, macet, atau tercemar. Melalui festival ini, Edgar ingin JMAF menjadi sebuah movement yang menempatkan Jakarta sebagai kota budaya penting di Asia.
Menurutnya, apa yang dilakukannya secara singkat di Setiabudi One ini hanyalah awal dari perjalanan panjang setelahnya. Dalam satu tahun ke depan, setiap bulannya SenyuMuseum akan mengadakan acara serupa di lokasi dan konsep yang berbeda-beda. Setiap temanya akan tetap mengajak lebih banyak seniman urban mural lainnya.
“Tempat yang kami datangi bukan hanya komersial, nanti ada di museum, public space, bahkan ada wacana di Pulau Seribu,” ucap Edgar.
Baca juga: Seni Graffiti dengan Sentuhan Kritik Sosial 'Bergema' di Jakarta Mural Art Festival 2024
Jakarta Mural Art Festival adalah sebuah upaya bersama menghadirkan para seniman kota yang selama ini turut memperindah dan menghidupkan cerita di tempat tinggal mereka. Para seniman membawa dinamika kota melalui coretan dinamis dan gambaran tokoh-tokoh yang mencerminkan keberagaman dan ekspresi kota.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.