Mengintip Konsep Pengembangan Wisata di KEK Bira-Takabonerate
18 March 2024 |
19:27 WIB
Pemerintah tengah mengembangkan kawasan ekonomi khusus (KEK) Bira–Takabonerate di Sulawesi Selatan. Daerah yang terkenal dengan keindahan alam lautnya itu akan dikembangkan oleh pemerintah dengan konsep wisata yang mengarah seperti Maladewa alias Maldives.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno di Jakarta pada Senin, 10 Maret 2024, seusai acara Weekly Brief with Sandi Uno. Menurutnya, kawasan ekonomi khusus itu memiliki wisata bahari yang menjadi andalan utama.
Tidak hanya itu, Kepulauan Selayar yang ada di daerah itu juga merupakan kepulauan yang menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan, khususnya untuk aktivitas seperti diving dan snorkeling. “Jadi, itu yang akan kami kembangkan,” ujarnya.
Dia menambahkan, konsep pengembangan resor di kawasan ekonomi khusus itu juga nantinya tidak dengan ukuran yang besar. Namun, akomodasi yang ada nantinya lebih mengarah seperti di Maladewa (Maldives) dan beberapa negara yang terkenal akan wisata pantainya.
Baca juga: Fakta Menarik Maldives, Pulau Surga Tropis di Samudra Hindia
Sementara itu, dikutip dari laman Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan laman ITDC, Business Development Director Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Ema Widiastuti mengatakan bahwa wisata yang ada di KEK Bira-Tabonerate sangat potensial.
Wisata di kawasan tersebut dapat menjadi sumber devisa negara jika dapat dikelola dengan baik. Tidak hanya itu, kawasan Kepulauan Selayar yang menjadi bagian dari KEK Bira–Takabonerate juga tidak kalah bagus dengan daerah lain yang ada di Indonesia.
Ema menilai bahwa Provinsi Sulawesi Selatan memiliki posisi strategis sebagai gerbang Timur Indonesia yang punya potensi alam dan budaya yang sangat bisa dikembangkan.
Misalnya, Kabupaten Bulukumba yang merupakan pusat industri kapal pinisi. Sementara itu, Kabupaten Selayar memiliki atol terbesar ke-3 di dunia dan cagar biosfer yang sudah mendapat pengakuan dari UNESCO.
Lebih dari itu, kawasan ini juga merupakan jalur dan tujuan kapal pesiar yang di dalamnya terdapat wisatawan asal beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia. Mereka umumnya berlayar sebanyak tiga kali dalam satu tahun.
Dia memperkirakan, frekuensi kunjungan kapal pesiar dengan penumpang berbagai wisatawan asing tersebut dapat mengalami peningkatan dengan pengambangan kawasan pariwisata dan maritim Bira-Takabonerate. Pariwisata merupakan aset yang dimiliki Indonesia dan harus dikelola dengan baik agar bisa menjadi devisa baru bagi daerah dan negara.
Ema menjelaskan bahwa ITDC mendapatkan amanah untuk mengelola pariwisata yang ada di Indonesia. Perseroan itu telah mengembangkan Bali, Lombok, dan Labuan Bajo. “Kami sangat menyambut KEK Bira dan Takabonerate ini. Apalagi Indonesia adalah negara yang memiliki aset terbesar soal pariwisata di Asean," katanya.
Untuk diketahui, pada 14 Maret 2024, Ema dan Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Selatan Bahtiar Baharuddin menandatangani memorandum of understanding (MoU) Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bira-Takabonerate.
Baca juga: Rekomendasi Wisata Air Terjun Favorit di Indonesia, Ada Madakaripura dan Situmurun
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno di Jakarta pada Senin, 10 Maret 2024, seusai acara Weekly Brief with Sandi Uno. Menurutnya, kawasan ekonomi khusus itu memiliki wisata bahari yang menjadi andalan utama.
Tidak hanya itu, Kepulauan Selayar yang ada di daerah itu juga merupakan kepulauan yang menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan, khususnya untuk aktivitas seperti diving dan snorkeling. “Jadi, itu yang akan kami kembangkan,” ujarnya.
Dia menambahkan, konsep pengembangan resor di kawasan ekonomi khusus itu juga nantinya tidak dengan ukuran yang besar. Namun, akomodasi yang ada nantinya lebih mengarah seperti di Maladewa (Maldives) dan beberapa negara yang terkenal akan wisata pantainya.
Baca juga: Fakta Menarik Maldives, Pulau Surga Tropis di Samudra Hindia
Sementara itu, dikutip dari laman Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan laman ITDC, Business Development Director Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Ema Widiastuti mengatakan bahwa wisata yang ada di KEK Bira-Tabonerate sangat potensial.
Wisata di kawasan tersebut dapat menjadi sumber devisa negara jika dapat dikelola dengan baik. Tidak hanya itu, kawasan Kepulauan Selayar yang menjadi bagian dari KEK Bira–Takabonerate juga tidak kalah bagus dengan daerah lain yang ada di Indonesia.
Ema menilai bahwa Provinsi Sulawesi Selatan memiliki posisi strategis sebagai gerbang Timur Indonesia yang punya potensi alam dan budaya yang sangat bisa dikembangkan.
Taman_Nasional_Takabonerate (Sumber gambar: Wikimedia Commons/RaiyaniM)
Lebih dari itu, kawasan ini juga merupakan jalur dan tujuan kapal pesiar yang di dalamnya terdapat wisatawan asal beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia. Mereka umumnya berlayar sebanyak tiga kali dalam satu tahun.
Dia memperkirakan, frekuensi kunjungan kapal pesiar dengan penumpang berbagai wisatawan asing tersebut dapat mengalami peningkatan dengan pengambangan kawasan pariwisata dan maritim Bira-Takabonerate. Pariwisata merupakan aset yang dimiliki Indonesia dan harus dikelola dengan baik agar bisa menjadi devisa baru bagi daerah dan negara.
Ema menjelaskan bahwa ITDC mendapatkan amanah untuk mengelola pariwisata yang ada di Indonesia. Perseroan itu telah mengembangkan Bali, Lombok, dan Labuan Bajo. “Kami sangat menyambut KEK Bira dan Takabonerate ini. Apalagi Indonesia adalah negara yang memiliki aset terbesar soal pariwisata di Asean," katanya.
Untuk diketahui, pada 14 Maret 2024, Ema dan Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Selatan Bahtiar Baharuddin menandatangani memorandum of understanding (MoU) Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bira-Takabonerate.
Baca juga: Rekomendasi Wisata Air Terjun Favorit di Indonesia, Ada Madakaripura dan Situmurun
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.