Hilal Belum Terlihat, Pemerintah Tetapkan Awal Puasa pada Selasa 12 Maret 2024
10 March 2024 |
21:06 WIB
Setelah melaksanakan sidang isbat, Kementerian Agama memutuskan bahwa awal puasa atau Ramadan 1445 Hijriah pada Selasa, 12 Maret 2024. Hasil sidang menunjukkan bahwa hilal belum memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh menteri agama 4 negara.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan bahwa berdasarkan hisab, posisi hilal di beberapa daerah di Indonesia sudah di atas ufuk dan tidak memenuhi kriteria Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) yang baru.
Tidak hanya itu, pada Minggu, 10 Maret 2024 juga tidak ada satu pun petugas di lapangan yang melihat hilal di sejumlah titik di Indonesia.
Baca Juga: Muhammadiyah Tetapkan Awal Puasa pada Senin, 11 Maret 2024, Ini Penjelasannya
“Sidang isbat secara mufakat menetapkan bahwa 1 Ramadan 1445 Hijriah jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024 masehi,” kata Yaqut dalam konferensi pers yang disiarkan secara langsung melalui akun YouTube Kementerian Agama.
Dia menjelaskan bahwa Idnonesia bersama dengan negara-negara Asean yang masuk dalam anggota MABIMS pada tahun 2021 telah bersepakat bahwa kriteri visbilitas hilal atau yang dikenal dengan imkanur rukyat adalah tinggi hilal 3 derajat dan sudut elongasi 6,4 derajat.
Kesepakatan ini menjadi pedoman 4 negara MABIMS dalam menetapkan awal bulan kamariah. Dia menambahkan, Kementerian Agama menggunakan mekanisme sidang isbat untuk bermusyawarah dengan para pakar falak, astronomi, wakil rakyat, Majelis Ulama Indonesia, dan perwakilan ormas Islam di seluruh Indonesia dalam menentapkan awal bulan komariyah.
Dasar musyawarah dalam sidang isbat adalah hasil hisab dan rukyat yang telah dilaksanakan oleh tim Hisab Rukyat Kementerian Agama serta dikonfirmasi oleh sejumlah petugas di daerah yang ditempatkan di 134 titik di seluruh Indonesia.
Dia mengungkapkan bahwa sidang isbat diawali dengan seminar posisi hilal menjelang magrib oleh anggota tim Hisab Rukyat Kementerian Agama. Tim menyampakan bahwa ketinggian hilal di seluruh Indonesia dari posisi -0 derajat 20,2 menit sampai 0 derajat 52,09 menit.
Kemudan, sudut eleongasi dari 2 derajat 14,78 menit hingga 2 derajat 41,84 menit. “Ini adalah posisi hilal berdasarkan hisab, sebuah metode untuk mengetahui posisi ketinggian hilal sehingga apakah dimungkinkan hilal dilihat atau tidak,” katanya. Setelah magrib, pemerintah baru mengadakan sidang Isbat.
Keputusan awal Ramadan pada Selasa, 12 Maret 2024 ini berbeda jika dibandingkan dengan keputusan Muhammadiyah. Meskipun begitu, Yoqut mengungkapkan bahwa perbedaan yang terjadi adalah sesuatu yang lumrah.
Dia mengingatkan bahwa semua pihak harus saling menghormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, sehingga tercipta suasana yang kondusif.
Untuk diketahui, Muhammadiyah sudah menetapkan bahwa 1 Ramadan 1445 Hijriah atau awal puasa pada tahun ini adalah Senin, 11 Maret 2024.
Dikutip dari laman Muhammadiyah, keputusan itu tertuang dalam Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah No. 1/MLM/I.0/E/2024 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1445 Hijriah.
Keputusan penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1445 Hijriah berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh majelis tarjih dan tajdid pimpinan pusat Muhammadiyah.
Dalam maklumat itu tertulis bahwa Hisab Hakiki adalah metode hisab yang berpatokan terhadap gerak benda langit, khususnya Matahari dan bulan faktual atau yang sebenarnya. Gerak dan posisi bulan dalam metde ini dihitung secara cermat untuk mendapatkan gerak dan posisi bulan yang sesungguhnya dan setepat-tepatnya sebagaimana adanya.
Kemudian, wujudal hilal adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pada saat matahari terbenam, bulan belum terbenam. “Dengan kata lain, bulan terbenam terlambat dari terbenamnya matahari berapa pun selisih matahari. Dengan istilah geometrik, pada saat matahari terbenam posisi bulan masih di atas ufuk berapa pun tingginya,” demikian tertulis.
Kemudian, untuk menetapkan tanggal 1 bulan baru Kamariah dalam konsep hisab hakiki wujudul-hilal, terdapat tiga kriteria yang harus terpenuhi secara kumulatif. Pertama adalah sudah terjadi ijtimak antara bulan dan matahari.
Kedua, ijtimak terjadi sebelum terbenam matahari. Ketiga adalah matahari terbenam bulan belum terbenam atau bulan masih berada di atas ufuk.
Baca Juga: Simak Aturan Minum Air Agar Tidak Dehidrasi saat Berpuasa
Editor: M. Taufikul Basari
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan bahwa berdasarkan hisab, posisi hilal di beberapa daerah di Indonesia sudah di atas ufuk dan tidak memenuhi kriteria Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) yang baru.
Tidak hanya itu, pada Minggu, 10 Maret 2024 juga tidak ada satu pun petugas di lapangan yang melihat hilal di sejumlah titik di Indonesia.
Baca Juga: Muhammadiyah Tetapkan Awal Puasa pada Senin, 11 Maret 2024, Ini Penjelasannya
“Sidang isbat secara mufakat menetapkan bahwa 1 Ramadan 1445 Hijriah jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024 masehi,” kata Yaqut dalam konferensi pers yang disiarkan secara langsung melalui akun YouTube Kementerian Agama.
Dia menjelaskan bahwa Idnonesia bersama dengan negara-negara Asean yang masuk dalam anggota MABIMS pada tahun 2021 telah bersepakat bahwa kriteri visbilitas hilal atau yang dikenal dengan imkanur rukyat adalah tinggi hilal 3 derajat dan sudut elongasi 6,4 derajat.
Kesepakatan ini menjadi pedoman 4 negara MABIMS dalam menetapkan awal bulan kamariah. Dia menambahkan, Kementerian Agama menggunakan mekanisme sidang isbat untuk bermusyawarah dengan para pakar falak, astronomi, wakil rakyat, Majelis Ulama Indonesia, dan perwakilan ormas Islam di seluruh Indonesia dalam menentapkan awal bulan komariyah.
Dasar musyawarah dalam sidang isbat adalah hasil hisab dan rukyat yang telah dilaksanakan oleh tim Hisab Rukyat Kementerian Agama serta dikonfirmasi oleh sejumlah petugas di daerah yang ditempatkan di 134 titik di seluruh Indonesia.
Dia mengungkapkan bahwa sidang isbat diawali dengan seminar posisi hilal menjelang magrib oleh anggota tim Hisab Rukyat Kementerian Agama. Tim menyampakan bahwa ketinggian hilal di seluruh Indonesia dari posisi -0 derajat 20,2 menit sampai 0 derajat 52,09 menit.
Kemudan, sudut eleongasi dari 2 derajat 14,78 menit hingga 2 derajat 41,84 menit. “Ini adalah posisi hilal berdasarkan hisab, sebuah metode untuk mengetahui posisi ketinggian hilal sehingga apakah dimungkinkan hilal dilihat atau tidak,” katanya. Setelah magrib, pemerintah baru mengadakan sidang Isbat.
Saling menghormati
Keputusan awal Ramadan pada Selasa, 12 Maret 2024 ini berbeda jika dibandingkan dengan keputusan Muhammadiyah. Meskipun begitu, Yoqut mengungkapkan bahwa perbedaan yang terjadi adalah sesuatu yang lumrah.
Dia mengingatkan bahwa semua pihak harus saling menghormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, sehingga tercipta suasana yang kondusif.
Untuk diketahui, Muhammadiyah sudah menetapkan bahwa 1 Ramadan 1445 Hijriah atau awal puasa pada tahun ini adalah Senin, 11 Maret 2024.
Dikutip dari laman Muhammadiyah, keputusan itu tertuang dalam Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah No. 1/MLM/I.0/E/2024 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1445 Hijriah.
Keputusan penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1445 Hijriah berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh majelis tarjih dan tajdid pimpinan pusat Muhammadiyah.
Dalam maklumat itu tertulis bahwa Hisab Hakiki adalah metode hisab yang berpatokan terhadap gerak benda langit, khususnya Matahari dan bulan faktual atau yang sebenarnya. Gerak dan posisi bulan dalam metde ini dihitung secara cermat untuk mendapatkan gerak dan posisi bulan yang sesungguhnya dan setepat-tepatnya sebagaimana adanya.
Kemudian, wujudal hilal adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pada saat matahari terbenam, bulan belum terbenam. “Dengan kata lain, bulan terbenam terlambat dari terbenamnya matahari berapa pun selisih matahari. Dengan istilah geometrik, pada saat matahari terbenam posisi bulan masih di atas ufuk berapa pun tingginya,” demikian tertulis.
Kemudian, untuk menetapkan tanggal 1 bulan baru Kamariah dalam konsep hisab hakiki wujudul-hilal, terdapat tiga kriteria yang harus terpenuhi secara kumulatif. Pertama adalah sudah terjadi ijtimak antara bulan dan matahari.
Kedua, ijtimak terjadi sebelum terbenam matahari. Ketiga adalah matahari terbenam bulan belum terbenam atau bulan masih berada di atas ufuk.
Baca Juga: Simak Aturan Minum Air Agar Tidak Dehidrasi saat Berpuasa
Editor: M. Taufikul Basari
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.