Arsitek Jepang Riken Yamamoto Raih Penghargaan Pritzker Architecture Prize 2024
06 March 2024 |
13:41 WIB
Konsep bangunan sederhana yang menekankan komunitas dan konektivitas membuat Riken Yamamoto mendapatkan penghargaan tertinggi di bidang arsitektur. Arsitek asal Jepang itu baru saja dianugerahi penghargaan Pritzker Architecture Prize ke-53.
Karya-karya Yamamoto disebut relevan dengan kebutuhan arsitektur pada masa depan. Pritzker Architecture Prize adalah penghargaan internasional yang dibuat oleh keluarga konglomerat asal Amerika Pritzker Family melalui Hyatt Foundation sejak 1979.
Baca juga: Eksklusif Yori Antar: Menjaga & Melestarikan Rumah Adat Demi Keberlangsungan Arsitektur Nusantara
Penghargaan ini sering disebut sebagai "hadiah Nobel arsitektur" lantaran menjadi penghargaan tertinggi bagi profesi tersebut. Tujuan penghargaan itu untuk menghormati arsitek yang karya bangunannya menunjukkan kombinasi bakat, visi, dan komitmen, serta menghasilkan kontribusi yang konsisten dan signifikan terhadap kemanusiaan dan lingkungan binaan melalui seni arsitektur.
Tahun ini, Pritzker Architecture Prize mendapuk arsitek Jepang Riken Yamamoto sebagai pemenangnya. Dia menjadi arsitek kesembilan dari Jepang yang menerima penghargaan tersebut setelah Arata Isozaki, Shigeru Ban, Kazuyo Sejima, Ryue Nishizawa, Kenz? Tange, Fumihiko Maki, Toyo Ito dan Tadao Ando.
Yamamoto dijadwalkan akan menerima hadiah Pritzker Architecture Prize pada 16 Mei 2024 mendatang di SR Crown Hall, Illinois Institute of Technology di Chicago, AS. Dia akan menerima dana hibah sebesar US$100.000 atau sekitar Rp1,5 miliar.
Arsitek asal Chili sekaligus Ketua Juri Pritzker Architecture Prize Alejandro Aravena mengatakan Riken Yamamoto berhasil menciptakan arsitektur, baik sebagai latar belakang maupun latar depan kehidupan sehari-hari, mengaburkan batasan antara dimensi publik dan privat, serta melipatgandakan peluang bagi orang-orang untuk bertemu secara spontan, melalui strategi desain yang tepat dan rasional.
Dengan kualitas bangunannya yang kuat dan konsisten, katanya, Yamamoto bertujuan untuk mengangkat martabat, meningkatkan dan memperkaya kehidupan individu, mulai dari anak-anak hingga orang tua, serta hubungan sosial mereka.
Hal itu diwujudkan melalui desain arsitektur yang cukup jelas namun sederhana dan relevan, dengan kejujuran struktural dan skala yang tepat, serta dengan perhatian yang cermat terhadap lanskap sekitarnya.
"Dia adalah seorang arsitek yang meyakinkan yang membawa martabat dalam kehidupan sehari-hari. Normalitas menjadi luar biasa dan ketenangan membawa pada kemegahan," katanya dikutip dari situs resmi Pritzker Architecture Prize.
Aravena juga menambahkan banyak konsep dan cita-cita dalam karya arsitektur Yamamoto termasuk pengaburan ruang publik dan pribadi, dapat diterapkan pada kota-kota masa depan.
Menurutnya, salah satu hal yang paling diperlukan di masa depan perkotaan adalah menciptakan kondisi melalui arsitektur yang memberikan banyak kesempatan dan ruang bagi masyarakat untuk berkumpul dan berinteraksi.
"Riken Yamamoto bukanlah seorang sejarawan arsitektur, namun dia belajar dari masa lalu dan juga dari budaya yang berbeda. Sebagai seorang arsitek, dia tidak meniru masa lalu, melainkan mengadaptasi, menggunakan kembali, mengembangkan, dan menunjukkan semua itu tetap relevan," terangnya.
Baca juga: Hypereport Resolusi 2024: Rancang Bangun Arsitektur dengan Nilai Kearifan Lokal & Konsep Hijau
Salah satu karya sang arsitek yang menjadi sorotan oleh para juri ialah Ishii House di Jepang yang dibangun pada 1978 untuk dua seniman. Rumah itu memiliki ruangan seperti paviliun, yang membentang di luar ruangan dan berfungsi sebagai panggung untuk mengadakan pertunjukan, sementara tempat tinggal berada di bawahnya.
Selain itu, Perumahan Pangyo yang terletak di Seongnam, Korea, yang dibuat pada 2010. Perumahan Pangyo adalah sebuah kompleks yang terdiri dari sembilan blok perumahan bertingkat rendah yang dirancang dengan volume lantai dasar transparan yang tidak dapat ditentukan, yang mengatalisasi keterhubungan antartetangga.
Dek komunal di lantai dua pada bangunan itu mendorong interaksi, menampilkan ruang untuk berkumpul, taman bermain, taman hijau, dan jembatan yang menghubungkan satu blok perumahan dengan blok perumahan lainnya.
Tom Pritzker selaku Ketua Hyatt Foundation mengatakan sebagai arsitek, Yamamoto mengembangkan bahasa arsitektur baru yang tidak hanya menciptakan ruang bagi keluarga untuk tinggal, namun juga menciptakan komunitas bagi keluarga untuk hidup bersama.
"Karya-karyanya selalu terhubung dengan masyarakat, menumbuhkan semangat kemurahan hati dan menghormati momen kemanusiaan," katanya.
Selama lima dekade kariernya, Yamamoto telah membangun banyak rumah pribadi, proyek perumahan, sekolah, kampus universitas, gedung-gedung sipil, museum dan bahkan stasiun pemadam kebakaran. Karya-karyanya seringkali menggabungkan teras, halaman, dan ruang luar lainnya yang dapat mendorong interaksi dengan lingkungan sekitar bangunan.
Beberapa karya arsitekturnya yang terkenal sejak tahun 1970-an ialah Vila Yamakawa, Perumahan Hotakubo, SMP Iwadeyama, Universitas Prefektur Saitama, Stasiun Pemadam Kebakaran Hiroshima Nishi, Ecos House, Future University of Hakodate, Museum Seni Yokosuka, dan Perpustakaan Tianjin.
Riken Yamamoto mengatakan pendekatan arsitektur saat ini justru lebih menekankan privasi, meniadakan perlunya hubungan masyarakat. Meski demikian, setiap orang bisa menghormati kebebasan setiap individu dengan hidup bersama dalam ruang arsitektur sebagai sebuah republik, memupuk keharmonisan lintas budaya dan fase kehidupan.
Dia menilai privasi telah menjadi sensibilitas masyarakat perkotaan saat ini. Padahal, menurutnya, anggota suatu komunitas harus saling menopang satu sama lain. Dia mendefinisikan komunitas sebagai “perasaan berbagi satu ruang”, dengan mendekonstruksi gagasan tradisional tentang kebebasan dan privasi sambil menolak kondisi lama yang telah mereduksi perumahan menjadi sebuah komoditas tanpa ada hubungannya dengan tetangga.
Baca juga: Mengenal Karakteristik & Kelebihan Rumah Bergaya Arsitektur Eropa
Berangkat dari gagasan itu, dia menjembatani budaya, sejarah, dan warga multi-generasi, dengan kepekaan serta mengadaptasi pengaruh internasional dan arsitektur modernis terhadap kebutuhan masa depan, sehingga memungkinkan kehidupan untuk berkembang. "Bagi saya, mengenali ruang berarti mengenali seluruh komunitas," kata arsitek kelahiran China tahun 1945 itu.
Editor: Fajar Sidik
Karya-karya Yamamoto disebut relevan dengan kebutuhan arsitektur pada masa depan. Pritzker Architecture Prize adalah penghargaan internasional yang dibuat oleh keluarga konglomerat asal Amerika Pritzker Family melalui Hyatt Foundation sejak 1979.
Baca juga: Eksklusif Yori Antar: Menjaga & Melestarikan Rumah Adat Demi Keberlangsungan Arsitektur Nusantara
Penghargaan ini sering disebut sebagai "hadiah Nobel arsitektur" lantaran menjadi penghargaan tertinggi bagi profesi tersebut. Tujuan penghargaan itu untuk menghormati arsitek yang karya bangunannya menunjukkan kombinasi bakat, visi, dan komitmen, serta menghasilkan kontribusi yang konsisten dan signifikan terhadap kemanusiaan dan lingkungan binaan melalui seni arsitektur.
Tahun ini, Pritzker Architecture Prize mendapuk arsitek Jepang Riken Yamamoto sebagai pemenangnya. Dia menjadi arsitek kesembilan dari Jepang yang menerima penghargaan tersebut setelah Arata Isozaki, Shigeru Ban, Kazuyo Sejima, Ryue Nishizawa, Kenz? Tange, Fumihiko Maki, Toyo Ito dan Tadao Ando.
Yamamoto dijadwalkan akan menerima hadiah Pritzker Architecture Prize pada 16 Mei 2024 mendatang di SR Crown Hall, Illinois Institute of Technology di Chicago, AS. Dia akan menerima dana hibah sebesar US$100.000 atau sekitar Rp1,5 miliar.
Arsitek asal Chili sekaligus Ketua Juri Pritzker Architecture Prize Alejandro Aravena mengatakan Riken Yamamoto berhasil menciptakan arsitektur, baik sebagai latar belakang maupun latar depan kehidupan sehari-hari, mengaburkan batasan antara dimensi publik dan privat, serta melipatgandakan peluang bagi orang-orang untuk bertemu secara spontan, melalui strategi desain yang tepat dan rasional.
Dengan kualitas bangunannya yang kuat dan konsisten, katanya, Yamamoto bertujuan untuk mengangkat martabat, meningkatkan dan memperkaya kehidupan individu, mulai dari anak-anak hingga orang tua, serta hubungan sosial mereka.
Hal itu diwujudkan melalui desain arsitektur yang cukup jelas namun sederhana dan relevan, dengan kejujuran struktural dan skala yang tepat, serta dengan perhatian yang cermat terhadap lanskap sekitarnya.
"Dia adalah seorang arsitek yang meyakinkan yang membawa martabat dalam kehidupan sehari-hari. Normalitas menjadi luar biasa dan ketenangan membawa pada kemegahan," katanya dikutip dari situs resmi Pritzker Architecture Prize.
Aravena juga menambahkan banyak konsep dan cita-cita dalam karya arsitektur Yamamoto termasuk pengaburan ruang publik dan pribadi, dapat diterapkan pada kota-kota masa depan.
Menurutnya, salah satu hal yang paling diperlukan di masa depan perkotaan adalah menciptakan kondisi melalui arsitektur yang memberikan banyak kesempatan dan ruang bagi masyarakat untuk berkumpul dan berinteraksi.
"Riken Yamamoto bukanlah seorang sejarawan arsitektur, namun dia belajar dari masa lalu dan juga dari budaya yang berbeda. Sebagai seorang arsitek, dia tidak meniru masa lalu, melainkan mengadaptasi, menggunakan kembali, mengembangkan, dan menunjukkan semua itu tetap relevan," terangnya.
Baca juga: Hypereport Resolusi 2024: Rancang Bangun Arsitektur dengan Nilai Kearifan Lokal & Konsep Hijau
Salah satu karya sang arsitek yang menjadi sorotan oleh para juri ialah Ishii House di Jepang yang dibangun pada 1978 untuk dua seniman. Rumah itu memiliki ruangan seperti paviliun, yang membentang di luar ruangan dan berfungsi sebagai panggung untuk mengadakan pertunjukan, sementara tempat tinggal berada di bawahnya.
Selain itu, Perumahan Pangyo yang terletak di Seongnam, Korea, yang dibuat pada 2010. Perumahan Pangyo adalah sebuah kompleks yang terdiri dari sembilan blok perumahan bertingkat rendah yang dirancang dengan volume lantai dasar transparan yang tidak dapat ditentukan, yang mengatalisasi keterhubungan antartetangga.
Dek komunal di lantai dua pada bangunan itu mendorong interaksi, menampilkan ruang untuk berkumpul, taman bermain, taman hijau, dan jembatan yang menghubungkan satu blok perumahan dengan blok perumahan lainnya.
Tom Pritzker selaku Ketua Hyatt Foundation mengatakan sebagai arsitek, Yamamoto mengembangkan bahasa arsitektur baru yang tidak hanya menciptakan ruang bagi keluarga untuk tinggal, namun juga menciptakan komunitas bagi keluarga untuk hidup bersama.
"Karya-karyanya selalu terhubung dengan masyarakat, menumbuhkan semangat kemurahan hati dan menghormati momen kemanusiaan," katanya.
Selama lima dekade kariernya, Yamamoto telah membangun banyak rumah pribadi, proyek perumahan, sekolah, kampus universitas, gedung-gedung sipil, museum dan bahkan stasiun pemadam kebakaran. Karya-karyanya seringkali menggabungkan teras, halaman, dan ruang luar lainnya yang dapat mendorong interaksi dengan lingkungan sekitar bangunan.
Beberapa karya arsitekturnya yang terkenal sejak tahun 1970-an ialah Vila Yamakawa, Perumahan Hotakubo, SMP Iwadeyama, Universitas Prefektur Saitama, Stasiun Pemadam Kebakaran Hiroshima Nishi, Ecos House, Future University of Hakodate, Museum Seni Yokosuka, dan Perpustakaan Tianjin.
Riken Yamamoto mengatakan pendekatan arsitektur saat ini justru lebih menekankan privasi, meniadakan perlunya hubungan masyarakat. Meski demikian, setiap orang bisa menghormati kebebasan setiap individu dengan hidup bersama dalam ruang arsitektur sebagai sebuah republik, memupuk keharmonisan lintas budaya dan fase kehidupan.
Dia menilai privasi telah menjadi sensibilitas masyarakat perkotaan saat ini. Padahal, menurutnya, anggota suatu komunitas harus saling menopang satu sama lain. Dia mendefinisikan komunitas sebagai “perasaan berbagi satu ruang”, dengan mendekonstruksi gagasan tradisional tentang kebebasan dan privasi sambil menolak kondisi lama yang telah mereduksi perumahan menjadi sebuah komoditas tanpa ada hubungannya dengan tetangga.
Baca juga: Mengenal Karakteristik & Kelebihan Rumah Bergaya Arsitektur Eropa
Berangkat dari gagasan itu, dia menjembatani budaya, sejarah, dan warga multi-generasi, dengan kepekaan serta mengadaptasi pengaruh internasional dan arsitektur modernis terhadap kebutuhan masa depan, sehingga memungkinkan kehidupan untuk berkembang. "Bagi saya, mengenali ruang berarti mengenali seluruh komunitas," kata arsitek kelahiran China tahun 1945 itu.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.