Memahami Krisis Iklim & Dampaknya bagi Kehidupan
18 August 2021 |
14:16 WIB
Dampak pemanasan global terhadap kehidupan manusia dan lingkungan menjadi isu yang sangat penting. Pasalnya, dampak tersebut telah memengaruhi kehidupan kita sehari-hari baik disadari atau tidak. Dampak pemanasan global bersifat negatif terhadap manusia beserta keanekaragaman hayati yang ada di Bumi.
Manajer Senior Lansekap dan Perkotaan Berkelanjutan WRI Indonesia Adi Pradana mengatakan pemanasan global muncul karena efek rumah kaca. Hal itu disebabkan karena emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia yang akhirnya memerangkap lebih banyak panas dari matahari dan akhirnya membuat suhu bumi naik.
“Hal itu sudah ditegaskan oleh 97 persen ilmuwan terkemuka di dunia bahwa emisi buatan manusia menyebabkan pemanasan global,” katanya dalam suatu diskusi virtual, Selasa (17/8/2021).
Adi mengatakan hal tersebut juga dibuktikan dengan konsentrasi karbon dioksida (CO2) dan suhu Bumi yang terus meningkat karena aktivitas manusia seperti memakai kendaraan berbahan bakar fosil.
Menurutnya, asap yang dihasilkan dari kendaraan tersebut akhirnya naik ke atmosfer Bumi sehingga memerangkap panas dari matahari.
Selain itu, Adi juga mengungkapkan jika masih banyak orang yang belum sadar jika emisi juga dapat dihasilkan dari adanya kegiatan deforestasi dan kebakaran hutan. Menurutnya, hal tersebut terjadi karena semakin tingginya kebutuhan manusia yang berbahan dasar minyak sawit seperti kebutuhan pangan, rumah tangga, dan kecantikan.
“Meskipun kita nggak langsung membakar hutan, tetapi kita ikut membiayai perusahaan-perusahaan yang masih melaksanakan praktik membakar hutan untuk aktivitas pembukaan lahan,” imbuhnya.
Dengan kondisi seperti itu, Adi menyebutkan bahwa para ilmuwan telah mengungkapkan kita telah hidup di zaman Anthropocene, istilah periode geologis untuk zaman yang dimulai ketika aktivitas manusia memiliki dampak global yang signifikan terhadap ekosistem bumi.
Salah satu dampak krisis iklim adalah setiap kenaikan 1 derajat celcius suhu bumi setidaknya menyebabkan 3 hal yaitu panas berlebih, hujan ekstrem, dan kekeringan parah. Ketiga dampak tersebut biasanya terjadi sekali dalam 10 tahun, tetapi dengan adanya kenaikan suhu bumi, bisa terjadi 3 sampai 5 tahun sekali bahkan lebih cepat.
“Dampak itu sudah kita alami seperti banjir di Jakarta di awal tahun 2020, kekeringan selama 112 hari tanpa hujan di NTB pada tahun 2018 dan adanya badai siklon tropis seroja yang besar dan intens di NTT pada tahun 2021. Hal itu juga terjadi di berbagai negara di dunia,” ujar Adi.
Editor: Fajar Sidik
Manajer Senior Lansekap dan Perkotaan Berkelanjutan WRI Indonesia Adi Pradana mengatakan pemanasan global muncul karena efek rumah kaca. Hal itu disebabkan karena emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia yang akhirnya memerangkap lebih banyak panas dari matahari dan akhirnya membuat suhu bumi naik.
“Hal itu sudah ditegaskan oleh 97 persen ilmuwan terkemuka di dunia bahwa emisi buatan manusia menyebabkan pemanasan global,” katanya dalam suatu diskusi virtual, Selasa (17/8/2021).
Adi mengatakan hal tersebut juga dibuktikan dengan konsentrasi karbon dioksida (CO2) dan suhu Bumi yang terus meningkat karena aktivitas manusia seperti memakai kendaraan berbahan bakar fosil.
Menurutnya, asap yang dihasilkan dari kendaraan tersebut akhirnya naik ke atmosfer Bumi sehingga memerangkap panas dari matahari.
Penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil menjadi salah satu penyebab meningkatkanya konsentrasi karbon dioksida dan suhu Bumi (Dok. Iwona Castelio/Unsplash)
Selain itu, Adi juga mengungkapkan jika masih banyak orang yang belum sadar jika emisi juga dapat dihasilkan dari adanya kegiatan deforestasi dan kebakaran hutan. Menurutnya, hal tersebut terjadi karena semakin tingginya kebutuhan manusia yang berbahan dasar minyak sawit seperti kebutuhan pangan, rumah tangga, dan kecantikan.
“Meskipun kita nggak langsung membakar hutan, tetapi kita ikut membiayai perusahaan-perusahaan yang masih melaksanakan praktik membakar hutan untuk aktivitas pembukaan lahan,” imbuhnya.
Dengan kondisi seperti itu, Adi menyebutkan bahwa para ilmuwan telah mengungkapkan kita telah hidup di zaman Anthropocene, istilah periode geologis untuk zaman yang dimulai ketika aktivitas manusia memiliki dampak global yang signifikan terhadap ekosistem bumi.
Salah satu dampak krisis iklim adalah setiap kenaikan 1 derajat celcius suhu bumi setidaknya menyebabkan 3 hal yaitu panas berlebih, hujan ekstrem, dan kekeringan parah. Ketiga dampak tersebut biasanya terjadi sekali dalam 10 tahun, tetapi dengan adanya kenaikan suhu bumi, bisa terjadi 3 sampai 5 tahun sekali bahkan lebih cepat.
“Dampak itu sudah kita alami seperti banjir di Jakarta di awal tahun 2020, kekeringan selama 112 hari tanpa hujan di NTB pada tahun 2018 dan adanya badai siklon tropis seroja yang besar dan intens di NTT pada tahun 2021. Hal itu juga terjadi di berbagai negara di dunia,” ujar Adi.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.