Ilustrasi produksi film. (Sumber foto: Pexels/Lê Minh)

Film Lokal Kian Bersaing, Simak Tantangannya Menurut Produser dan Peneliti Film

26 February 2024   |   16:19 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Industri perfilman Indonesia pada awal 2024 terpantau bergairah. Hingga pekan ketiga Februari, atensi penonton untuk datang ke bioskop dan menonton film besutan sineas lokal cukup menggembirakan. Hal ini tercermin dari raihan positif yang didapat sejumlah judul-judul besar.

Tahun ini, perfilman Indonesia hanya butuh waktu tiga pekan untuk mendapatkan film pertama yang mencetak box office. Hal ini berbanding terbalik dari tahun lalu, di mana film lokal pertama yang meraih satu juta penonton baru terjadi pada pekan terakhir Februari 2023.

Baca juga: Film Agak Laen Tembus 7 Juta Penonton, Kritikus Film Minta Hal Ini

Film Agak Laen karya Muhadkly Acho misalnya, berhasil meraih enam juta penonton dalam waktu tiga pekan. Bahkan, film Ancika: Dia yang Bersamaku 1995, berhasil meraih box office hanya dalam waktu 11 hari penayangan sejak dirilis ke bioskop pada 11 Januari 2024.

Agak Laen juga sudah berhasil mengungguli film Sewu Dino yang menjadi film terlaris pada 2023 dengan perolehan 4 juta penonton. Bahkan, film Agak Laen setidaknya memperoleh perkiraan pendapatan kotor sebesar Rp270 miliar–Rp300 miliar dengan asumsi tarif bioskop berada pada kisaran Rp45.000–Rp50.000.

Head of Research & Economic PWc Indonesia, Denny Irawan mengatakan, industri layar yang terdiri dari film, animasi, video, dan televisi, memang memiliki peluang yang cerah. Diprediksi, industri ini berpotensi menghasilkan output ekonomi sebesar Rp156 triliun dengan Nilai Tambah Bruto (NTB) Rp98 triliun terhadap PDB pada 2027.

Tak hanya itu, hasil riset PWC Indonesia dan LPEM FEB-UI mengungkap, industri layar Indonesia berhasil menyumbang pendapatan Rp130 triliun dengan kontribusi PDB sebesar Rp81 triliun pada 2022. "Bahkan, industri ini juga memberikan pekerjaan bagi 387.000 individu dengan tingkat CAGR sebesar 6,13 persen," katanya.

Kendati potensinya terus berkembang, tapi Denny mencatat, masih ada tantangan yang dihadapi pelaku industri layar Tanah Air. Seperti belum adanya definisi yang menyeluruh di ruang lingkup industri layar, keterbatasan infrastruktur, lemahnya penegakan undang-undang hak cipta, hingga pendanaan untuk proyek film independen.
 
 

Selaras, produser film Yulia Evina Bhara mengungkap, industri layar Indonesia juga terus bergerak dinamis. Terlebih dengan adanya perkembangan internet dan platform OTT, yang akhirnya membuat karya para sineas semakin bisa dinikmati lebih masif, tanpa perlu mempersaingkan OTT dengan bioskop.

Namun, sebagai pelaku, dia berharap dengan adanya peluang ini para pemangku  bisa segera membuat regulasi yang jelas terkait kebijakan di industri layar. Salah satunya mengenai insentif, agara para pelaku bisa terus bergerak dalam memajukan dan menggapai peluang dari hasil riset tersebut.

"Pada 2016 saat memproduksi film pertama saya, itu independen, tidak ada support [dari pemerintah]. Jadi, insentif itu sangat penting untuk direalisasikan terutama untuk mendukung proses produksi, karena pajaknya cukup memberatkan,"katanya.

Terpisah, Produser Aamrit Punjabi mengatakan, potensi film Indonesia memang masih bisa terus digali dan meyakini bakal terus tumbuh. Tak hanya itu, dia melihat saat ini juga sudah ada banyak pilihan film dengan berbagai tema yang diputar setiap minggunya di bioskop Tanah Air.

Tak hanya itu, sejak pandemi kebiasaan menonton juga sudah berubah. Sebab, dengan banyaknya OTT platform, saat ini publik sudah bisa mengakses tontonan secara online. Oleh karena itu saat datang ke bioskop mereka hanya ingin menikmati cinema experience lewat film-film seperti horor, dengan sound dan jumpscare.

"Jadi, dengan melihat pola persaingan ini, setiap produser harus lebih pintar, dan juga lebih berani mungkin membuat sesuatu yang berbeda. Terutama untuk menarik minat penonton, karena hampir semuanya itu sekarang 80 persen didominasi film horor, cuma beberapa yang drama dan komedi lain-lain," katanya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Agak Laen, Pertengkaran Wacana & Ruang Kritik Film di Media Sosial

BERIKUTNYA

6 Film Horor Indonesia yang Bakal Tayang di Bioskop Maret 2024

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: