Penampilan instalasi pameran The Gift (Dok. Singapore Art Museum)

Melihat Makna 'Kado' dalam Pameran The Gift di Singapore Art Museum

17 August 2021   |   18:03 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Tindakan memberi hadiah bisa mengubah benda biasa menjadi sesuatu yang jauh lebih bermakna dan emosional, menjadi perwujudan suatu hubungan dengan orang lain. Perspektif itu yang setidaknya melandasi pameran terbaru Singapore Art Museum (SAM) bertajuk The Gift yang akan digelar mulai dari 20 Agustus hingga 7 November 2021 di Galeri Nasional The Ngee Ann Kongsi Concourse Gallery Singapura.

Disajikan sebagai salah satu dari empat pameran terkait dalam proyek transnasional yang sedang berlangsung berjudul Collecting Entanglements and Embodied Histories yang diprakarsai oleh Goethe Institut, The Gift mengacu pada tema proyek yang lebih luas dari sejarah yang terjalin, narasi dan perwujudan yang ditampilkan.

Director of Curatorial, Collections and Programs SAM sekaligus kurator The Gift June Yap mengatakan dalam dialog kuratorial dan kolaborasi dengan lembaga mitra di seluruh Eropa dan Asia, pihaknya memiliki kesempatan untuk memperluas pemahaman serta ruang lingkup pembuatan makna melalui karya seni yang dipresentasikan kemudian ditukarkan.

“Dengan pameran The Gift, dan lebih luas lagi, Collecting Entanglements and Embodied Histories, kami berharap dapat membawa perspektif baru tentang ide pertukaran dan pengaruh ini kepada audiens kami,” ungkapnya seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima Hypeabis.id, Selasa (17/8/2021).
 

Salleh Japar, Born Out of Fire (1993)-Dok. Singapore Art Museum

Salleh Japar, Born Out of Fire (1993)-Dok. Singapore Art Museum

Dengan menghadirkan karya seni dan bahan sejarah dari koleksi SAM dan lembaga mitra dari Eropa dan Asia, pameran tersebut mengajak para pengunjung untuk mempertimbangkan pandangan multidimensi dari karya seni dan material dari berbagai geografi dan hubungan mereka satu sama lain.

Selain itu, pengunjung juga akan dibawa untuk mengalami perjalanan yang kompleks karena pameran disajikan sebagai sesuatu yang terhubung erat melalui narasi, agensi, dan sejarah yang menginspirasi makna dan perspektif baru.

Misalnya, dalam karya Energiestab (Energy Staff) tahun 1974 milik Joseph Beuys yang mewujudkan aspek-aspek kunci dari praktik berpengaruh seniman, terutama cita-citanya tentang Eurasia sebagai bingkai yang diperluas dan menentang batas-batas yang menggambarkan budaya dan estetika.

Selain itu, karya Salleh Japar berjudul Born Out of Fire (1993) terinspirasi oleh perjalanan Japar ke Australia dan mengacu pada simbol-simbol universal yang dikenal sebagai lintas budaya dan sistem kepercayaan, namun bersifat pribadi ketika dibaca dalam konteks kehidupan sehari-hari seseorang.

Adapun, pameran The Gift merupakan bagian dari  Collecting Entanglements and Embodied Histories, sebuah dialog antara koleksi SAM, Galeri Nasional Indonesia, MAIIAM Contemporary Art Museum, dan Nationalgalerie – Staatliche Museen zu Berlin yang digagas oleh Goethe-Institut. Pameran tersebut dikuratori oleh June Yap, Grace Samboh, Gridthiya Gaweewong dan Anna-Catharina Gebbers.



Editor: Indyah Sutriningrum
 

SEBELUMNYA

Rayakan Kemerdekaan dengan Bikin Menu Bertema Merah Putih Yuk

BERIKUTNYA

Artis K-pop Generasi Kedua Banyak yang Comeback Tahun Ini, Ada Apa?

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: