Raih Piala Citra Sutradara Terbaik, Garin Nugroho: Ini Kemenangan Ekosistem Perfilman Indonesia
21 November 2024 |
07:30 WIB
Sineas Garin Nugroho, yang meracik film Samsara, berhasil meraih penghargaan Sutradara Terbaik dalam ajang Festival Film Indonesia yang diselenggarapan pada Rabu (20/11). Dia sukses mengungguli empat nominasi lain pada kategori yang sama.
Dalam kategori ini, total ada lima sutradara terbaik yang dinominasikan. Selain Garin. Ada nama-nama besar lain, seperti Edwin sutradara Kabut Berduri, Joko Anwar untuk film Siksa Kubur, Tumpal Tampubolon untuk film Crocodile Taers, dan Yany Laurens untuk film Jatuh Cinta Seperti Di Film-Film.
Baca juga: Cine Concert Film Samsara Karya Garin Nugroho Siap Hadir di Yogyakarta & Jakarta
Saat menerima Piala Citra untuk kategori Sutradara Terbaik ini, Garin sempat berkelakar sejenak. Dia khawatir, kemenangan ini akan diduga sebagai politik dinasti. Sebab, pada malam itu, pesohor film yang membacakan pengumuman kemenangannya di panggung FFI adalah Ifa Isfansyah.
Ifa adalah menantu Garin. Ifa menikahi putri Garin, Kamila Andini pada 2012 lalu. Kemudian, Sang putri tersebut, yang juga adalah sineas, kini pun tengah menjadi Duta FFI 2024. Ungkapan itu pun membuat para penonton ajang tahunan itu tertawa.
Garin mengaku bersyukur film Samsara bisa membuatnya kembali memenangkan Piala Citra. Baginya, torehan ini bukanlah hanya soal dirinya. Kemenangan Samsara merupakan keberhasilan ekosistem dan apresiasi perfilman
“Ini adalah sejarah FFI ya. Karena ini kan film bisu, hitam putih, dengan iringan elektronik dan gamelan pula. Jadi, dengan sudah memasukkan Samsara ke nominasi saja itu sudah keberanian,” ungkap Garin.
Menurut Garin, capaian ini patut untuk dibanggakan bersama. Sebab, dirinya mengeklaim Samsara merupakan film bisu pertama di dalam sejarah Festival Film Indonesia.
Namun, sutradara Gaek ini menyebut kemenangannya lewat film Samsara hanyalah bagian kecil dari sesuatu yang membahagiakannya malam itu. Menurutnya, satu hal lain yang cukup membuatnya bangga adalah karena para kru filmnya, yang dinominasikan, juga sukses meraih Piala Citra.
Di FFI, Samsara berhasil meraih total empat piala. Selain Sutradara Terbaik, film ini juga memenangkan Pengarah Sinematografi Terbaik oleh Batara Goempar I.C.S, Penata Musik Terbaik oleh Wayan Sudirana & Kasimyn, Penata Busana Terbaik oleh Retno Ratih Damayanti.
Di luar itu, Garin mengaku senang dengan perkembangan ekosistem Indonesia yang makin dinamis. Salah satunya ditandai dengan kemunculan-kemunculan sutradara-sutradara muda. Malam itu, dia sempat menyebutkan nama Yandy Laurens hingga Makbul Mubarak sebagai gambaran sineas muda berbakat.
“Itu menjadi kebahagiaan utama saya pada malam ini. Jadi, selamat dan inilah dunia baru sinema kita,” imbuhnya.
Dalam pidatonya, Garin juga sempat menyinggung soal peran penting FFI dalam perkembangan perfilman Tanah Air. Menurutnya, FFI masih menjadi satu wadah penting apresiasi yang mesti dirayakan.
Mesti festival ini sempat bergejolak dalam beberapa masa, sempat pula akan dihentikan terutama pada medio awal 2000-an, Garin menyebut dirinya adalah orang yang selalu berbicara terdepan menolaknya.
Sebab, menurutnya, yang perlu dilakukan oleh Komite FFI dari masa ke masa ialah perbaikan. Dia berharap FFI akan terus eksis, baik secara keberadaannya maupun fungsinya sebagai barometer sinema Indonesia.
“FFI adalah sejarah kita semua, dari pendiri Republik dan pendiri perfilman awal Indonesia. Jangan pernah berpikir untuk ditutup. Ini adalah penghargaan terhadap kreativitas,” jelasnya.
Samsara, pemenang Film Terbaik FFI 2024, bercerita tentang persahabatan Sinta dan Darta saat masih kecil di Bali pada 1932. Darta adalah anak pengrajin bambu yang miskin.
Sejak kecil, Darta bekerja sebagai pembuat sesaji di rumah keluarga Sinta, seorang anak bangsawan. Persahabatan mereka bertahan hingga dewasa.
Pada saat mereka dewasa, benih cinta mulai muncul. Darta pun melamar Sinta. Namun, lamarannya ditolak oleh keluarga Sinta. Cinta tak direstui itu membuat Sinta terpuruk dalam kesedihan mendalam. Film ini mengusung konsep panggung cine-concert yang menggabungkan budaya tradisional dan modern.
Baca juga: Pidato Kebudayaan Garin Nugroho di Mata Aktor Teuku Rifnu Wikana
Editor: Dika Irawan
Dalam kategori ini, total ada lima sutradara terbaik yang dinominasikan. Selain Garin. Ada nama-nama besar lain, seperti Edwin sutradara Kabut Berduri, Joko Anwar untuk film Siksa Kubur, Tumpal Tampubolon untuk film Crocodile Taers, dan Yany Laurens untuk film Jatuh Cinta Seperti Di Film-Film.
Baca juga: Cine Concert Film Samsara Karya Garin Nugroho Siap Hadir di Yogyakarta & Jakarta
Saat menerima Piala Citra untuk kategori Sutradara Terbaik ini, Garin sempat berkelakar sejenak. Dia khawatir, kemenangan ini akan diduga sebagai politik dinasti. Sebab, pada malam itu, pesohor film yang membacakan pengumuman kemenangannya di panggung FFI adalah Ifa Isfansyah.
Ifa adalah menantu Garin. Ifa menikahi putri Garin, Kamila Andini pada 2012 lalu. Kemudian, Sang putri tersebut, yang juga adalah sineas, kini pun tengah menjadi Duta FFI 2024. Ungkapan itu pun membuat para penonton ajang tahunan itu tertawa.
Garin mengaku bersyukur film Samsara bisa membuatnya kembali memenangkan Piala Citra. Baginya, torehan ini bukanlah hanya soal dirinya. Kemenangan Samsara merupakan keberhasilan ekosistem dan apresiasi perfilman
“Ini adalah sejarah FFI ya. Karena ini kan film bisu, hitam putih, dengan iringan elektronik dan gamelan pula. Jadi, dengan sudah memasukkan Samsara ke nominasi saja itu sudah keberanian,” ungkap Garin.
Menurut Garin, capaian ini patut untuk dibanggakan bersama. Sebab, dirinya mengeklaim Samsara merupakan film bisu pertama di dalam sejarah Festival Film Indonesia.
Namun, sutradara Gaek ini menyebut kemenangannya lewat film Samsara hanyalah bagian kecil dari sesuatu yang membahagiakannya malam itu. Menurutnya, satu hal lain yang cukup membuatnya bangga adalah karena para kru filmnya, yang dinominasikan, juga sukses meraih Piala Citra.
Di FFI, Samsara berhasil meraih total empat piala. Selain Sutradara Terbaik, film ini juga memenangkan Pengarah Sinematografi Terbaik oleh Batara Goempar I.C.S, Penata Musik Terbaik oleh Wayan Sudirana & Kasimyn, Penata Busana Terbaik oleh Retno Ratih Damayanti.
Di luar itu, Garin mengaku senang dengan perkembangan ekosistem Indonesia yang makin dinamis. Salah satunya ditandai dengan kemunculan-kemunculan sutradara-sutradara muda. Malam itu, dia sempat menyebutkan nama Yandy Laurens hingga Makbul Mubarak sebagai gambaran sineas muda berbakat.
“Itu menjadi kebahagiaan utama saya pada malam ini. Jadi, selamat dan inilah dunia baru sinema kita,” imbuhnya.
Dalam pidatonya, Garin juga sempat menyinggung soal peran penting FFI dalam perkembangan perfilman Tanah Air. Menurutnya, FFI masih menjadi satu wadah penting apresiasi yang mesti dirayakan.
Mesti festival ini sempat bergejolak dalam beberapa masa, sempat pula akan dihentikan terutama pada medio awal 2000-an, Garin menyebut dirinya adalah orang yang selalu berbicara terdepan menolaknya.
Sebab, menurutnya, yang perlu dilakukan oleh Komite FFI dari masa ke masa ialah perbaikan. Dia berharap FFI akan terus eksis, baik secara keberadaannya maupun fungsinya sebagai barometer sinema Indonesia.
“FFI adalah sejarah kita semua, dari pendiri Republik dan pendiri perfilman awal Indonesia. Jangan pernah berpikir untuk ditutup. Ini adalah penghargaan terhadap kreativitas,” jelasnya.
Samsara, pemenang Film Terbaik FFI 2024, bercerita tentang persahabatan Sinta dan Darta saat masih kecil di Bali pada 1932. Darta adalah anak pengrajin bambu yang miskin.
Sejak kecil, Darta bekerja sebagai pembuat sesaji di rumah keluarga Sinta, seorang anak bangsawan. Persahabatan mereka bertahan hingga dewasa.
Pada saat mereka dewasa, benih cinta mulai muncul. Darta pun melamar Sinta. Namun, lamarannya ditolak oleh keluarga Sinta. Cinta tak direstui itu membuat Sinta terpuruk dalam kesedihan mendalam. Film ini mengusung konsep panggung cine-concert yang menggabungkan budaya tradisional dan modern.
Baca juga: Pidato Kebudayaan Garin Nugroho di Mata Aktor Teuku Rifnu Wikana
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.