WhatsApp Gratis Tapi Tetap Untung? Ternyata Begini Siasat Bisnis Mark Zuckerberg
29 January 2024 |
13:30 WIB
WhatsApp sangat populer di dunia. Bisa dikatakan hampir semua pemilik smartphone menggunakan aplikasi perpesanan yang dibuat Jan Koum dan Brian Acton pada 2009 itu. Dengan model layanan aplikasi percakapan gratis ini, kalian pernah enggak sih penasaran dari mana pendapatan WhatsApp?
Modal awal WhatsApp Inc. diketahui berasal dari kantong mantan karyawan Yahoo, Jan Koum, selaku salah satu pendirinya. Dia mengeluarkan US$250.000 untuk membuat aplikasi ini. Bersama Brian Acton mereka mendapat suntikan dana tambahan sebesar US$8 juta dan US$52 juta.
Awalnya, WhatsApp mengadopsi model berlangganan yang menunjukkan beberapa variabilitas. Di negara tertentu, pengguna dikenakan biaya sebesar US$1 untuk mengunduh. Sementara di negara lain terbilang gratis, diikuti dengan biaya perpanjangan tahunan sebesar US$1.
Baca juga: WhatsApp Bakal Hadirkan Fitur Berbagi Status ke Instagram
Mengutip Gizchina, WhatsApp menghasilkan lebih dari US$10 juta pada 2013 dengan 400 juta pengguna aktif. Pada paruh pertama 2014, basis penggunanya melonjak menjadi 600 juta per bulan, menghasilkan pendapatan sebesar US$15,91 juta. Namun, pendapatan ini bisa dibilang tidak terlalu menguntungkan.
Pada 2016, raksasa periklanan, Mark Zuckerberg lantas mengakuisisi WhatsApp. Facebook membeli platform perpesanan tersebut seharga US$19 miliar, bersama dengan kompensasi tambahan dalam bentuk saham Facebook dengan nilai total US$21,8 miliar.
Dalam waktu yang relatif singkat, WhatsApp memperkenalkan perubahan pada kebijakan privasinya. Kendati demikian, penerimaan persyaratan ini memungkinkan WhatsApp dan Facebook berbagi data tertentu, seperti nomor telepon. Meskipun pengguna memiliki opsi untuk menerima persyaratan dan menonaktifkan berbagi data, hal ini tidak menjamin pencegahan dari pelacakan.
Akuisisi ini pun membuat model berlangganan WhatsApp dihentikan, termasuk pula iklan. Namun, untuk meraih pendapatan, Mark Zuckerberg menghadirkan WhatsApp Business.
Dengan fitur ini, pengguna memperoleh kemampuan untuk membuat profil bisnis dengan verifikasi, membuka fitur seperti profil bisnis, tautan ke situs web atau halaman Facebook, mengonfigurasi respons otomatis, memanfaatkan telepon rumah. Kemudian, mengintegrasikan WhatsApp yang dilengkapi dengan teknologi Application Programming Interface (API) untuk Bisnis ke dalam penawaran produk mereka.
WhatsApp Business mengenakan biaya pada perusahaan yang memiliki lebih dari seribu percakapan dan menagih mereka per pesan berdasarkan tarif yang bervariasi tergantung pada blok per juta. Selain itu, WhatsApp memungut biaya dari bisnis atas keterlambatan respons.
Selama 24 jam awal pasca-kontak, tidak dipungut biaya. Namun lebih dari itu, perusahaan ditagih antara 5 dan 9 sen per pesan, bergantung pada negara dan sifat bisnisnya.
Memilih WhatsApp Business tanpa menggunakan API atau platform otomatis memang cocok untuk usaha kecil. Namun, menjadi lebih kompleks bagi perusahaan besar dengan jutaan pelanggan, seperti maskapai penerbangan.
Sedangkan untuk WhatsApp Premium, ditetapkan sebagai langganan opsional untuk bisnis. Fitur ini menyediakan alat tambahan seperti kemampuan untuk membuat katalog produk atau mengatur pesan penjawab otomatis. Fitur premium masih dalam tahap penerapan, dan harga resminya belum diungkapkan.
Bisa dikatakan, semakin banyak perusahaan yang berintegrasi dengan WhatsApp, dapat memperkuat status platform tersebut sebagai aplikasi super tidak hanya bagi pengguna tetapi juga dari segi fungsionalitas.
Strateginya, menawarkannya secara gratis kepada pengguna untuk menarik lebih banyak bisnis, menciptakan ekosistem yang saling menguntungkan. Semakin banyak pengguna, semakin besar pula minat perusahaan untuk menjadi bagian dari jaringan aplikasi yang kini di bawah kendali Mark Zuckerberg itu.
Editor: Fajar Sidik
Modal awal WhatsApp Inc. diketahui berasal dari kantong mantan karyawan Yahoo, Jan Koum, selaku salah satu pendirinya. Dia mengeluarkan US$250.000 untuk membuat aplikasi ini. Bersama Brian Acton mereka mendapat suntikan dana tambahan sebesar US$8 juta dan US$52 juta.
Awalnya, WhatsApp mengadopsi model berlangganan yang menunjukkan beberapa variabilitas. Di negara tertentu, pengguna dikenakan biaya sebesar US$1 untuk mengunduh. Sementara di negara lain terbilang gratis, diikuti dengan biaya perpanjangan tahunan sebesar US$1.
Baca juga: WhatsApp Bakal Hadirkan Fitur Berbagi Status ke Instagram
Mengutip Gizchina, WhatsApp menghasilkan lebih dari US$10 juta pada 2013 dengan 400 juta pengguna aktif. Pada paruh pertama 2014, basis penggunanya melonjak menjadi 600 juta per bulan, menghasilkan pendapatan sebesar US$15,91 juta. Namun, pendapatan ini bisa dibilang tidak terlalu menguntungkan.
Pada 2016, raksasa periklanan, Mark Zuckerberg lantas mengakuisisi WhatsApp. Facebook membeli platform perpesanan tersebut seharga US$19 miliar, bersama dengan kompensasi tambahan dalam bentuk saham Facebook dengan nilai total US$21,8 miliar.
Dalam waktu yang relatif singkat, WhatsApp memperkenalkan perubahan pada kebijakan privasinya. Kendati demikian, penerimaan persyaratan ini memungkinkan WhatsApp dan Facebook berbagi data tertentu, seperti nomor telepon. Meskipun pengguna memiliki opsi untuk menerima persyaratan dan menonaktifkan berbagi data, hal ini tidak menjamin pencegahan dari pelacakan.
Akuisisi ini pun membuat model berlangganan WhatsApp dihentikan, termasuk pula iklan. Namun, untuk meraih pendapatan, Mark Zuckerberg menghadirkan WhatsApp Business.
Dengan fitur ini, pengguna memperoleh kemampuan untuk membuat profil bisnis dengan verifikasi, membuka fitur seperti profil bisnis, tautan ke situs web atau halaman Facebook, mengonfigurasi respons otomatis, memanfaatkan telepon rumah. Kemudian, mengintegrasikan WhatsApp yang dilengkapi dengan teknologi Application Programming Interface (API) untuk Bisnis ke dalam penawaran produk mereka.
WhatsApp Business mengenakan biaya pada perusahaan yang memiliki lebih dari seribu percakapan dan menagih mereka per pesan berdasarkan tarif yang bervariasi tergantung pada blok per juta. Selain itu, WhatsApp memungut biaya dari bisnis atas keterlambatan respons.
Selama 24 jam awal pasca-kontak, tidak dipungut biaya. Namun lebih dari itu, perusahaan ditagih antara 5 dan 9 sen per pesan, bergantung pada negara dan sifat bisnisnya.
Memilih WhatsApp Business tanpa menggunakan API atau platform otomatis memang cocok untuk usaha kecil. Namun, menjadi lebih kompleks bagi perusahaan besar dengan jutaan pelanggan, seperti maskapai penerbangan.
Sedangkan untuk WhatsApp Premium, ditetapkan sebagai langganan opsional untuk bisnis. Fitur ini menyediakan alat tambahan seperti kemampuan untuk membuat katalog produk atau mengatur pesan penjawab otomatis. Fitur premium masih dalam tahap penerapan, dan harga resminya belum diungkapkan.
Bisa dikatakan, semakin banyak perusahaan yang berintegrasi dengan WhatsApp, dapat memperkuat status platform tersebut sebagai aplikasi super tidak hanya bagi pengguna tetapi juga dari segi fungsionalitas.
Strateginya, menawarkannya secara gratis kepada pengguna untuk menarik lebih banyak bisnis, menciptakan ekosistem yang saling menguntungkan. Semakin banyak pengguna, semakin besar pula minat perusahaan untuk menjadi bagian dari jaringan aplikasi yang kini di bawah kendali Mark Zuckerberg itu.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.