Tak Perlu Repot Legalisir, WIR Group Manfaatkan Blockchain Untuk Autentikasi Ijazah
24 January 2024 |
15:00 WIB
Kini blockchain bisa diimplementasikan ke berbagai sektor, tidak hanya untuk menjamin keamanan transaksi mata uang kripto saja. Pasarnya cukup potensial digarap mengingat perkembangan teknologi yang semakin pesat dan mengarah kepada metaverse.
Dikenal pertama kali sebagai bagian dasar Bitcoin sebagai mata uang digital, blockchain merupakan teknologi yang digunakan untuk menyimpan dan memverifikasi data digital yang tersebar di banyak komputer. Group Chief Sales and Marketing Officer WIR Group Gupta Sitorus mengatakan permintaan penggunaan teknologi blockchain terus meningkat di berbagai sektor, salah satunya pendidikan.
Baca juga: Studi Terbaru: Pekerjaan Manusia Tidak Akan Tergantikan AI Secara Masif
Mengambil peluang, WIR Group (PT WIR ASIA Tbk) bekerja sama dengan Sampoerna University untuk mengembangkan sistem autentikasi ijazah berbasis blockchain. Sistem ini, terkenal karena keamanan terdesentralisasi dan keandalannya, dirancang untuk menyimpan dan berbagi informasi pendidikan tinggi secara aman.
Gupta menerangkan sifat blockchain yang terdesentralisasi tidak hanya menjamin transparansi tetapi juga meningkatkan keamanan, menjadikannya aset yang berharga dalam lanskap digital saat ini.
“Dengan kolaborasi, mengatasi tantangan, dan terus menyempurnakan teknologi, kita dapat memanfaatkan potensi penuh blockchain untuk membangun masa depan yang lebih aman, transparan, dan efisien,” ujarnya dalam penandatanganan kerja sama penerapan blockchain di Sampoerna University, Jakarta, Rabu (24/1/2024).
Gupta juga menjelaskan teknologi blockchain bukan hanya menjadi solusi untuk masalah autentikasi ijazah, tetapi juga mencerminkan komitmen bersama untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih maju dan adaptif di era digital. Gupta menyebut pihaknya tengah dalam penjajakan ke 5 kampus lainnya dalam penerapan teknologi ini.
Head of Blockchain Solutions Nusameta by WIR Group Aldi Raharja menerangkan dengan autentikasi ijazah berbasis blockchain, para lulusan universitas nantinya tidak perlu lagi melakukan proses legalisir ijazah ke kampus untuk mendapatkan stempel.
“Proses autentikasi atau verifikasi bisa seamless. Tidak perlu datang, fotokopi, untuk buktikan ijazah asli,” jelasnya.
Untuk mekanisme akses ke blockchainnya nanti, akan didiskusikan kembali dengan pihak kampus. Namun, yang pasti, setiap orang yang memiliki akun, bisa mengontrol sendiri ijazah mereka, termasuk dengan siapa dia membagikannya.
Soal apakah ijazah dari lulusan terdahulu masuk ke dalam sistem blockchain ini, semua tergantung kebijakan kampus. Akan tetapi, Aldi menyebut teknologi ini tidak serta merta menghilangkan ijazah fisik.
Sementara itu, dia memastikan keamanan data atau file yang disimpan ke dalam blockchain. Teknologi ini digadang-gadang memiliki keamanan tingkat tinggi karena terenkripsi. Artinya, sulit untuk diretas dan meminimalisir penyalahgunaan seperti terbitnya ijazah palsu.
“Sekarang ini untuk dihack akan sangat sulit, bahkan butuh ratusan tahun untuk bisa ngehack,” tutur Aldi.
Sementara itu dia berpendapat teknologi blockchain untuk autentikasi ijazah dibutuhkan saat ini. Melihat karakteristik Gen Z yang enggan repot mengurus legalisir ijazah langsung di kampus, apalagi jika lokasinya yang berada di luar kota.
President of Sampoerna University Marshall Schott menyampaikan dalam mengintegrasikan teknologi blockchain untuk pendidikan dan autentikasi ijazah di kampusnya bukan sekadar menjadi inovasi, tetapi contoh nyata bagaimana institusi pendidikan dapat berinovasi dan beradaptasi dengan tuntutan dunia saat ini.
Sebagai pioner yang menerapkan sistem blockchain, Sampoerna University berharap bisa mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan penipuan kredensial atau pemalsuan ijazah, menyederhanakan proses verifikasi, dan memberikan kontrol yang lebih besar kepada mahasiswa atas catatan akademik mereka.
“Kami berharap kolaborasi yang dilakukan dapat membantu penerima ijazah untuk beradaptasi dengan perubahan yang cepat di era digital,” tuturnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Dikenal pertama kali sebagai bagian dasar Bitcoin sebagai mata uang digital, blockchain merupakan teknologi yang digunakan untuk menyimpan dan memverifikasi data digital yang tersebar di banyak komputer. Group Chief Sales and Marketing Officer WIR Group Gupta Sitorus mengatakan permintaan penggunaan teknologi blockchain terus meningkat di berbagai sektor, salah satunya pendidikan.
Baca juga: Studi Terbaru: Pekerjaan Manusia Tidak Akan Tergantikan AI Secara Masif
Mengambil peluang, WIR Group (PT WIR ASIA Tbk) bekerja sama dengan Sampoerna University untuk mengembangkan sistem autentikasi ijazah berbasis blockchain. Sistem ini, terkenal karena keamanan terdesentralisasi dan keandalannya, dirancang untuk menyimpan dan berbagi informasi pendidikan tinggi secara aman.
Gupta menerangkan sifat blockchain yang terdesentralisasi tidak hanya menjamin transparansi tetapi juga meningkatkan keamanan, menjadikannya aset yang berharga dalam lanskap digital saat ini.
“Dengan kolaborasi, mengatasi tantangan, dan terus menyempurnakan teknologi, kita dapat memanfaatkan potensi penuh blockchain untuk membangun masa depan yang lebih aman, transparan, dan efisien,” ujarnya dalam penandatanganan kerja sama penerapan blockchain di Sampoerna University, Jakarta, Rabu (24/1/2024).
Gupta juga menjelaskan teknologi blockchain bukan hanya menjadi solusi untuk masalah autentikasi ijazah, tetapi juga mencerminkan komitmen bersama untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih maju dan adaptif di era digital. Gupta menyebut pihaknya tengah dalam penjajakan ke 5 kampus lainnya dalam penerapan teknologi ini.
Head of Blockchain Solutions Nusameta by WIR Group Aldi Raharja menerangkan dengan autentikasi ijazah berbasis blockchain, para lulusan universitas nantinya tidak perlu lagi melakukan proses legalisir ijazah ke kampus untuk mendapatkan stempel.
“Proses autentikasi atau verifikasi bisa seamless. Tidak perlu datang, fotokopi, untuk buktikan ijazah asli,” jelasnya.
Untuk mekanisme akses ke blockchainnya nanti, akan didiskusikan kembali dengan pihak kampus. Namun, yang pasti, setiap orang yang memiliki akun, bisa mengontrol sendiri ijazah mereka, termasuk dengan siapa dia membagikannya.
Soal apakah ijazah dari lulusan terdahulu masuk ke dalam sistem blockchain ini, semua tergantung kebijakan kampus. Akan tetapi, Aldi menyebut teknologi ini tidak serta merta menghilangkan ijazah fisik.
Sementara itu, dia memastikan keamanan data atau file yang disimpan ke dalam blockchain. Teknologi ini digadang-gadang memiliki keamanan tingkat tinggi karena terenkripsi. Artinya, sulit untuk diretas dan meminimalisir penyalahgunaan seperti terbitnya ijazah palsu.
“Sekarang ini untuk dihack akan sangat sulit, bahkan butuh ratusan tahun untuk bisa ngehack,” tutur Aldi.
Sementara itu dia berpendapat teknologi blockchain untuk autentikasi ijazah dibutuhkan saat ini. Melihat karakteristik Gen Z yang enggan repot mengurus legalisir ijazah langsung di kampus, apalagi jika lokasinya yang berada di luar kota.
President of Sampoerna University Marshall Schott menyampaikan dalam mengintegrasikan teknologi blockchain untuk pendidikan dan autentikasi ijazah di kampusnya bukan sekadar menjadi inovasi, tetapi contoh nyata bagaimana institusi pendidikan dapat berinovasi dan beradaptasi dengan tuntutan dunia saat ini.
Sebagai pioner yang menerapkan sistem blockchain, Sampoerna University berharap bisa mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan penipuan kredensial atau pemalsuan ijazah, menyederhanakan proses verifikasi, dan memberikan kontrol yang lebih besar kepada mahasiswa atas catatan akademik mereka.
“Kami berharap kolaborasi yang dilakukan dapat membantu penerima ijazah untuk beradaptasi dengan perubahan yang cepat di era digital,” tuturnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.