Dorong Jalur Rempah Jadi Warisan Dunia, Kemdikbud Gelar Program Susur Kultur di Makara Art
21 December 2023 |
22:00 WIB
Sejak ribuan tahun lalu, Indonesia telah dikenal sebagai negara penghasil sekaligus pemasok rempah dunia. Bahkan, aroma tanaman inilah yang kemudian membuat negara-negara di Eropa mengarungi samudra untuk menemukan kepulauan Nusantara.
Adapun untuk mengembalikan lagi kejayaan Indonesia sebagai negara penghasilan rempah, pemerintah bahkan menetapkan 11 Desember sebagai Hari Rempah Nasional. Terbaru, saat ini bahkan mereka sedang mengajukan Jalur Rempah sebagai Warisan Dunia UNESCO.
Berangkat dari gagasan itulah Kemendikbudristek menyelenggarakan program Susur Kultur di Makara Art Center, Universitas Indonesia. Mengambil tajuk Kembara Rempah Nusantara, kegiatan ini merupakan suatu ruang publikasi, hasil residensi para pelaku budaya di Qatar dan India.
Susur Kultur menghadirkan pesan dari perjalanan rempah Nusantara di luas bentang dunia, terutama dari kawasan Asia hingga Eropa. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi pemantik bagi masyarakat untuk menyusuri jejak sejarah rempah Nusantara baik di dalam maupun luar wilayah Indonesia.
Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, mengatakan, ada beberapa tantangan pemerintah untuk menjadikan Jalur Rempah sebagai Warisan Budaya Dunia. Salah satunya adalah minimnya kajian akademis. Oleh karena itu, dari hasil residensi tersebut agar dapat dipublikasikan sebagai bahan untuk memperkaya penelitian terkait Jalur Rempah.
“Tantangan terbesar dalam kesiapan Indonesia untuk menominasikan Jalur Rempah sebagai Warisan Budaya Dunia adalah perlunya kajian akademis mulai dari penguatan narasi hingga penyusunan rencana pengelolaan Jalur Rempah yang logis dan konkret,” ujarnya.
Lebih lanjut, Hilmar berharap setelah nanti Jalur Rempah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO, masyarakat semakin terdorong menjadikan kebudayaan sebagai pondasi utama pembangunan. Hal ini akan dimulai dari berbagai lokasi terkait Jalur Rempah kemudian meluas ke berbagai wilayah di Indonesia bahkan di luar negeri.
Ruang Diskusi
Senada, Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Restu Gunawan, mengungkap bahwa Susur Kultur merupakan forum untuk memaparkan hasil penelitian ke publik serta ruang berdiskusi dan bertukar pandangan untuk memperkaya hasil temuan di lapangan.
Oleh karena itu dia berharap, melalui kegiatan ini publik nantinya lebih sadar terhadap potensi Jalur Rempah. Terutama sebagai warisan budaya dunia, yang nantinya dapat semakin menambah minat masyarakat untuk melakukan penelitian terkait Jalur Rempah yang ada di Indonesia.
"Setelah masa residensi selesai, para peserta melaksanakan publikasi preliminary research findings di masing-masing negara dan melakukan publikasi ketika kembali ke Indonesia,” tuturnya.
Restu mengungkap, total terdapat 6 peserta yang melakukan residensi. Mereka adalah Kurator Museum Adimas Bayumurti; Filolog, Fathurochman Karyadi; dan Sejarawan Idris Masudi yang melakukan penelitian di Qatar. Kemudian, tiga lainnya adalah Akademisi dan Peneliti Nia Deliana; Dosen Sejarah Nurul Azizah; serta perwakilan dari Institut Seni Indonesia Denpasar, Ayu Wayan Arya Satyani yang melakukan residensi di India.
Sebagai tambahan informasi, penelusuran jejak Jalur Rempah berupa Cagar Budaya, juga sudah dilakukan sejak 2020 hingga 2023 di 67 kabupaten/kota pada 32 provinsi di Indonesia. Hasilnya, sebanyak 150 Cagar Budaya yang diduga berkaitan dengan Jalur Rempah berhasil diidentifikasi.
Belum lama ini, Museum dan Cagar Budaya (MCB) juga menggelar pameran bertajuk Jalur Rempah: Rumah Rempah Dunia. Dihelat di Museum Kebangkitan Nasional Jakarta, ekshibisi tersebut juga dapat dikunjungi publik, dan berlangsung hingga 31 Desember 2023.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Adapun untuk mengembalikan lagi kejayaan Indonesia sebagai negara penghasilan rempah, pemerintah bahkan menetapkan 11 Desember sebagai Hari Rempah Nasional. Terbaru, saat ini bahkan mereka sedang mengajukan Jalur Rempah sebagai Warisan Dunia UNESCO.
Berangkat dari gagasan itulah Kemendikbudristek menyelenggarakan program Susur Kultur di Makara Art Center, Universitas Indonesia. Mengambil tajuk Kembara Rempah Nusantara, kegiatan ini merupakan suatu ruang publikasi, hasil residensi para pelaku budaya di Qatar dan India.
Susur Kultur menghadirkan pesan dari perjalanan rempah Nusantara di luas bentang dunia, terutama dari kawasan Asia hingga Eropa. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi pemantik bagi masyarakat untuk menyusuri jejak sejarah rempah Nusantara baik di dalam maupun luar wilayah Indonesia.
Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, mengatakan, ada beberapa tantangan pemerintah untuk menjadikan Jalur Rempah sebagai Warisan Budaya Dunia. Salah satunya adalah minimnya kajian akademis. Oleh karena itu, dari hasil residensi tersebut agar dapat dipublikasikan sebagai bahan untuk memperkaya penelitian terkait Jalur Rempah.
“Tantangan terbesar dalam kesiapan Indonesia untuk menominasikan Jalur Rempah sebagai Warisan Budaya Dunia adalah perlunya kajian akademis mulai dari penguatan narasi hingga penyusunan rencana pengelolaan Jalur Rempah yang logis dan konkret,” ujarnya.
Lebih lanjut, Hilmar berharap setelah nanti Jalur Rempah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO, masyarakat semakin terdorong menjadikan kebudayaan sebagai pondasi utama pembangunan. Hal ini akan dimulai dari berbagai lokasi terkait Jalur Rempah kemudian meluas ke berbagai wilayah di Indonesia bahkan di luar negeri.
Ruang Diskusi
Senada, Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Restu Gunawan, mengungkap bahwa Susur Kultur merupakan forum untuk memaparkan hasil penelitian ke publik serta ruang berdiskusi dan bertukar pandangan untuk memperkaya hasil temuan di lapangan.
Oleh karena itu dia berharap, melalui kegiatan ini publik nantinya lebih sadar terhadap potensi Jalur Rempah. Terutama sebagai warisan budaya dunia, yang nantinya dapat semakin menambah minat masyarakat untuk melakukan penelitian terkait Jalur Rempah yang ada di Indonesia.
"Setelah masa residensi selesai, para peserta melaksanakan publikasi preliminary research findings di masing-masing negara dan melakukan publikasi ketika kembali ke Indonesia,” tuturnya.
Restu mengungkap, total terdapat 6 peserta yang melakukan residensi. Mereka adalah Kurator Museum Adimas Bayumurti; Filolog, Fathurochman Karyadi; dan Sejarawan Idris Masudi yang melakukan penelitian di Qatar. Kemudian, tiga lainnya adalah Akademisi dan Peneliti Nia Deliana; Dosen Sejarah Nurul Azizah; serta perwakilan dari Institut Seni Indonesia Denpasar, Ayu Wayan Arya Satyani yang melakukan residensi di India.
Sebagai tambahan informasi, penelusuran jejak Jalur Rempah berupa Cagar Budaya, juga sudah dilakukan sejak 2020 hingga 2023 di 67 kabupaten/kota pada 32 provinsi di Indonesia. Hasilnya, sebanyak 150 Cagar Budaya yang diduga berkaitan dengan Jalur Rempah berhasil diidentifikasi.
Belum lama ini, Museum dan Cagar Budaya (MCB) juga menggelar pameran bertajuk Jalur Rempah: Rumah Rempah Dunia. Dihelat di Museum Kebangkitan Nasional Jakarta, ekshibisi tersebut juga dapat dikunjungi publik, dan berlangsung hingga 31 Desember 2023.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.