13 Bom di Jakarta Jadi Proyek Sutradara Angga Dwimas Sasongko yang Paling Kompleks
22 December 2023 |
14:46 WIB
Berbeda dengan film aksi yang pernah dibuat, sutradara Angga Dwimas Sasongko mengungkapkan bahwa 13 Bom di Jakarta merupakan karya aksi yang paling kompleks sehingga membutuhkan biaya tiga kali lipat dari yang biasa dikeluarkannya.
Angga mengungkapkan bahwa aksi yang berada dalam film 13 Bom di Jakarta sangat kompleks jika dibandingkan dengan film berjudul seperti, Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212, Ben & Jody, dan Mencuri Raden Saleh.
Baca juga: Film 13 Bom di Jakarta Bukti Sineas Indonesia Mampu Membuat Film Skala Besar
Menurutnya, film Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 cukup ribet dalam proses produksinya. Namun, aksi yang ada di dalam film tersebut terfokus sama pertarungan. Sementara Ben & Jody juga memiliki keribetan dalam membuatnya, tetapi aksi yang ada hanya 1/3 film di akhir.
Adapun, karya berjudul Mencuri Raden Saleh tidak ada tembak-tembakan senjatara, pertarungan dengan senjata, atau ledakan. “Dalam film ini [13 Bom di Jakarta] ada, dan harus dikerjakan selama 40 hari,” ujarnya di Jakarta, Kamis, 21 Desember 2023.
Dia menuturkan bahwa proses pembuatan 13 Bom di Jakarta membuat diri harus melakukan koordinasi dengan 10 tim pada waktu yang bersamaan dan kerap sering berulang. Tim-tim itu seperti kamera, artistik, special effect, visual effect, hacking, senjata, dan sebagainya.
Tidak hanya itu, dalam film tersebut, dia juga tidak hanya berpikir kreatif sebagai seorang sutradara. Namun, juga harus memberikan gambaran tentang time manajemen, people manajemen, berpikir strategis dengan kondisi yang ada, dan sebagainya.
“Kami tidak bisa full block jalan secara total. Jadi, bagaimana cara mengaturnya,” katanya.
Dengan kompleksitas yang ada, dia mengakui biaya produksi yang harus dikeluarkan tidak kecil. Angga enggan menyebut pasti biaya tersebut. Hanya saja, dia menuturkan dana yang harus dikeluarkan tiga kali lebih besar dari membuat satu film.
Angga juga menuturkan bahwa film 13 Bom di Jakarta memiliki latar belakang fenomena bitcoin di Indonesia. Jika Genhype masih ingat, pada 2015 sebuah ancaman bom ditujukan ke pusat perbelanjaan di Kota Tangerang. Pelaku ancaman bom menunutut tebusan berupa bitcoin lewat Indodax.
"[Motif] itu menarik buat saya. Saya tangkap [ceritanya], lalu menjadi inspirasi. Untuk film ini tentu ceritanya saya beri eskalasi," ujarnya pada konferensi pers film 13 Bom di Jakarta pada Kamis (21/12/2023).
13 Bom di Jakarta merupakan film yang bercerita tentang aksi teror yang dilakukan oleh sekelompok teroris. Mereka menyerang iring-iringan kendaraan pembawa yang membawa uang. Namun, tidak mengambil uang yang ada di dalamnya.
Setelah itu, mereka meretas Badan Kontra Terorisme Indonesia dan mengaku bertanggung jawab. Dalam pengakuannya, mereka mengatakan telah meletakkan 13 bom di seluruh wilayah Jakarta yang dapat meledak.
Mereka meminta tebusan 100 bitcoin yang harus ditransfer ke sebuah perusahaan rintisan. Permintaan itu membuat dua pendirinya, yakni Oscar dan William harus berurusan dengan Badan Kontra Terorisme Indonesia.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Angga mengungkapkan bahwa aksi yang berada dalam film 13 Bom di Jakarta sangat kompleks jika dibandingkan dengan film berjudul seperti, Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212, Ben & Jody, dan Mencuri Raden Saleh.
Baca juga: Film 13 Bom di Jakarta Bukti Sineas Indonesia Mampu Membuat Film Skala Besar
Menurutnya, film Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 cukup ribet dalam proses produksinya. Namun, aksi yang ada di dalam film tersebut terfokus sama pertarungan. Sementara Ben & Jody juga memiliki keribetan dalam membuatnya, tetapi aksi yang ada hanya 1/3 film di akhir.
Adapun, karya berjudul Mencuri Raden Saleh tidak ada tembak-tembakan senjatara, pertarungan dengan senjata, atau ledakan. “Dalam film ini [13 Bom di Jakarta] ada, dan harus dikerjakan selama 40 hari,” ujarnya di Jakarta, Kamis, 21 Desember 2023.
Dia menuturkan bahwa proses pembuatan 13 Bom di Jakarta membuat diri harus melakukan koordinasi dengan 10 tim pada waktu yang bersamaan dan kerap sering berulang. Tim-tim itu seperti kamera, artistik, special effect, visual effect, hacking, senjata, dan sebagainya.
Tidak hanya itu, dalam film tersebut, dia juga tidak hanya berpikir kreatif sebagai seorang sutradara. Namun, juga harus memberikan gambaran tentang time manajemen, people manajemen, berpikir strategis dengan kondisi yang ada, dan sebagainya.
“Kami tidak bisa full block jalan secara total. Jadi, bagaimana cara mengaturnya,” katanya.
Dengan kompleksitas yang ada, dia mengakui biaya produksi yang harus dikeluarkan tidak kecil. Angga enggan menyebut pasti biaya tersebut. Hanya saja, dia menuturkan dana yang harus dikeluarkan tiga kali lebih besar dari membuat satu film.
Angga juga menuturkan bahwa film 13 Bom di Jakarta memiliki latar belakang fenomena bitcoin di Indonesia. Jika Genhype masih ingat, pada 2015 sebuah ancaman bom ditujukan ke pusat perbelanjaan di Kota Tangerang. Pelaku ancaman bom menunutut tebusan berupa bitcoin lewat Indodax.
"[Motif] itu menarik buat saya. Saya tangkap [ceritanya], lalu menjadi inspirasi. Untuk film ini tentu ceritanya saya beri eskalasi," ujarnya pada konferensi pers film 13 Bom di Jakarta pada Kamis (21/12/2023).
13 Bom di Jakarta merupakan film yang bercerita tentang aksi teror yang dilakukan oleh sekelompok teroris. Mereka menyerang iring-iringan kendaraan pembawa yang membawa uang. Namun, tidak mengambil uang yang ada di dalamnya.
Setelah itu, mereka meretas Badan Kontra Terorisme Indonesia dan mengaku bertanggung jawab. Dalam pengakuannya, mereka mengatakan telah meletakkan 13 bom di seluruh wilayah Jakarta yang dapat meledak.
Mereka meminta tebusan 100 bitcoin yang harus ditransfer ke sebuah perusahaan rintisan. Permintaan itu membuat dua pendirinya, yakni Oscar dan William harus berurusan dengan Badan Kontra Terorisme Indonesia.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.