Amin Tasha saat ditemui Hypeabis.id pada Rabu (15/11/23) di Museum MACAN. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Abdurachman)

Profil Amin Taasha, Seniman Asal Afghanistan yang Tumbuh dari Perang

18 December 2023   |   15:00 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Nama Amin Taasha dalam dunia seni rupa Indonesia mungkin masih belum begitu dikenal publik. Namun, perupa asal Afghanistan yang kini berbasis di Yogyakarta itu sudah malang melintang di berbagai pameran dan bursa seni, baik di dalam maupun luar negeri.

Menggeluti dunia seni rupa sejak muda, karya-karya Amin terinspirasi dari puisi dan khasanah sastra Persia dan berbagai kelindan budaya yang telah dia sambangi, termasuk Indonesia. Berbagai narasi tersebut dituangkan dalam ragam medium seni, khususnya dua dimensi.

Baca juga: Wawancara Eksklusif Amin Taasha: Seniman Afghanistan yang Memilih Tinggal & Berkarya di Indonesia 

Lahir dan besar di negara yang kerap dilanda konflik tak ayal membuat Amin Taasha memiliki pandangan unik terhadap perang. Terlebih saat dia memasukkan narasi tersebut dalam karya-karyanya yang dipengaruhi karya sastra Persia, khususnya puisi-puisi karangan penyair Hafez.

"Sejak kecil saya kerap membaca karya-karya penyair terkenal di Persia yang sebagian besar hafal di luar kepala dan kini terus saya pelajari dan jadi pegangan hidup," katanya.

Mulai menapaki jalur seni sejak dekade 2000-an, karya-karya Amin banyak mengeksplorasi lukisan miniatur persia. Miniatur merupakan bentuk lukisan Persia paling dikenal di Eropa, yang sebagian besar karya para maestronya disimpan di museum-museum Barat atau Turki.

Lukisan miniatur persia mengalami masa keemasan pada abad ke-15 hingga abad ke-16 ditandai dengan figur-figur manusia mengenakan jubah dan turban serta alam perbukitan yang tandus. Amin terus berinovasi dengan memasukkan berbagai idiom-idiom baru dalam realitas dan peristiwa pada masa sekarang.

Adapun, narasi tersebut diubah menjadi berbagai metafora, seperti kuda, bunga marigold, dan kaktus yang menjadi refleksi pergolakan di dalam diri atau bahaya yang dihadapi sehari-hari oleh sang seniman. Termasuk saat dia mencoba melawan arus dari berbagai pakem kesenian di Afghanistan.

Momen sikap kritisnya inilah yang sempat membuatnya  dilarang berpameran di Afghanistan karena beberapa karyanya disalahpahami oleh pemerintah setempat. Kendati begitu, saat sang seniman berada di titik nadir dia justru mendapat tawaran untuk mengikuti program beasiswa ke Indonesia.

Arkian, Amin tiba di Tanah Air sebagai mahasiswa internasional dengan beasiswa untuk belajar di Universitas Negeri Semarang (UNNES), Semarang. Dari sini dia akhirnya menetap di Yogyakarta untuk menempuh pendidikan seni di Institut Seni Rupa Indonesia di Yogyakarta.

"Sejak saat itu saya hanya pulang kampung sekali ke Afghanistan, dan sampai sekarang memilih untuk tinggal dan berkarya di Yogyakarta, karena dapat istri orang sini juga," katanya.
 
 

Adapun, karya-karya Amin Taasha sejauh ini telah dipamerkan dalam sejumlah ekshibisi penting, termasuk The 4th Dhaka Art Summit di Bangladesh Shilpakala Academy, The 10th Asia Pacific Triennial of Contemporary Art di Queensland Art Gallery, dan  Gallery of Modern Art (QAGOMA), Brisbane, Australia (2021).

Belum lama ini, Amin juga turut berpartisipasi dalam pameran Voice Against Reason di Museum MACAN, Jakarta pada 18 November 2023 sampai 14 April 2024. Membawa 10 lukisan serial bertajuk The Heart of Sadness, sang seniman mencoba menyampaikan kedalaman kompleksitas cinta dan spiritualitas manusia.

Lewat karya miniatur persia yang kerap menjadi ilustrasi buku, sang seniman mencoba menggambarkan perjalanan sangkan paran atau dari dan menuju kemana manusia hidup. Termasuk lewat simbol, makhluk hidup, mitos, dan kenangan masa kecilnya di Bamiyan, Afghanistan yang terus dilanda konflik.

Baca juga: Pameran Voice Against Reason Digelar di Museum MACAN, Hadirkan 24 Seniman Kontemporer Dunia 

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Reaktivasi & Branding Jadi Kunci Cagar Budaya Makin Disukai Anak Muda

BERIKUTNYA

Daftar Pemain Drakor Marry My Husband, Ada Park Min-young & Na In-woo

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: