Ilustrasi segelas kopi yang dijual di cafe (dok. Pexels)

Scan QR, Penikmat Kopi Ini Bisa Tahu Masa Tanam Hingga Proses Produksi

12 August 2021   |   21:30 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Pandemi Covid-19 ini harus disiasati dengan inovasi dan memanfaatkan teknologi digital untuk menjaga keberlangsungan usaha. Seperti yang dilakukan Perkumpulan Kopi Alam Korintji (Alko).  UMKM yang bermula dari kelompok tani di kaki Gunung Kerinci, Jambi, ini  mampu menghadirkan infrastruktur teknologi traceability (ketertelusuran) berbasis blockchain (sistem penyimpanan data digital).

Teknologi tersebut mampu menghadirkan informasi terperinci tentang produk kopi yang dihasilkan untuk para penikmatnya. Founder Alko Suryono menerangkan para penikmat kopi Alko dapat mengetahui jenis kopi, petani yang menanam dan merawat tanaman kopi tersebut, lokasi perkebunannnya, dan kapan kopi dipanen.

Tidak berhenti di situ, costumer juga bisa mengetahi lokasi, metode, dan orang yang memproses kopi tersebut. Apakah menggunakan metode alami, dikupas basah, siapa yang memanggang biji kopi, hingga profil aromanya pun bisa dikenali hanya dengan memindai kode QR yang tertera pada gelas hingga bungkus kopi. 

Suryono menerangkan ketertelusuran di era sekarang ini sangatlah penting. Konsumen Alko, terutama yang dari luar negeri karena memang produk mereka mayoritas diekspor, sangat peduli terhadap kesehatan dan kualitas sehingga apapun yang ingin dikonsumsi harus tersedia datanya secara detil.

Di sisi lain, dengan menerapkan blockchain menjadi kebanggaan tersendiri untuk petani Alko karena mereka tahu siapa yang meminum kopi yang telah dipanennya. 

“Kita dapat notifikasi kopi kita dikonsumsi orang di Jepang, di Prancis, kita tahu siapa peminumnya. Ini menumbuhkan semangat petani karena mereka dihargai. Jangan anggap petani hanya tanam, panen, sudah, harus ada added value,” jelas Suryono. 

Para petani juga bisa mengetahui respon yang diberikan terhadap kopi produksinya. Tentu apabila responnya negatif, ini akan menjadi tolak ukur petani untuk semangat meningkatkan kembali kualitas kopinya. “Memperbaiki mental petani salah satu yang kami harapkan dengan teknologi traceability,” tegas Suryono. 

Dia menambahkan ke depannya Alko akan membuat platform kopi yang terintegrasi dengan teknologi blockchain ke beberapa negara. Nantinya cabang-cabang Alko di sejumlah negara tersebut bisa mengenalkan kopi atau produk rempah dari Indonesia sehingga para investor datang mencicipi kopi mengetahui dengan jelas kopi tersebut, dan bisa langsung membuat kesepakatan kerja sama menggunakan aplikasi. 

Adapun sejauh ini Alko sudah melakukan kerja sama internasional dengan sejumlah jaringan kedai kopi seperti Starbucks, Royal Coffee, Prancis Madu Coffee, Norwegia Nordich Coffee, New Zealand Ripe Coffee, hingga Soka Coffee Japan. Pada 2020, Alko dan 612 petani telah menghasilkan 356 ton kopi dan 95 persen di antaranya telah diekspor. 


Editor: Indyah Sutriningrum
 

SEBELUMNYA

2 Turnamen Esports Terbesar Indonesia Dimulai, Tim Raffi Ahmad Bakal Hadapi 2 Jagoan Ini

BERIKUTNYA

Jerome Polin Ternyata Punya Bisnis Minuman Kekinian, Targetnya Buka 100 Cabang Tahun Ini

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: