Aktivis Neng Dara Affiah Terbitkan Buku Pembaruan Islam, Kaji Fenomena Sosial Era Reformasi hingga Sekarang
06 December 2023 |
21:00 WIB
Tulisan-tulisan mengenai pemikiran Islam terus diproduksi oleh cendekiawan muslim Indonesia. Berbagai kelindan dalam bentuk artikel jernih untuk menghayati persoalan di masyarakat, juga terus mengalir tak hanya dari para pemikir laki-laki, tapi juga perempuan.
Terbaru, aktivis Neng Dara Affiah kembali meluncurkan buku berjudul Kemanusiaan dan Pembaruan Masyarakat Muslim Indonesia, pada Rabu, (6/12/23). Sesuai tajuknya, buku ini mengarsipkan kumpulan tulisan sang penulis dalam berbagai isu dan tema.
Baca juga: Review Buku Kiat Menjadi Diktator, Cara Jitu Mikael Hem Menguliti Borok Para Despot Dunia
Tak hanya itu, buku ini juga menjadi bentuk pertanggungjawaban penulis dalam kapasitas sebagai intelektual publik selama rentang waktu 25 tahun (1998-2023). Termasuk turut menyaksikan, mengalami, berpikir, bergerak dan menulis seputar persoalan-persoalan di Tanah Air.
Termasuk, persoalan spiritualitas kemanusiaan, islam dan ikhtiar penyegaran ajaran, serta Indonesia, dan kemajemukan. Selain itu ada juga refleksi tentang solidaritas kemanusiaan, penghormatan terhadap keyakinan berbeda dari liyan, serta tentang kebahagiaan dan penderitaan umat manusia.
Adapun, secara umum, buku ini dibagi dalam tiga babak. Pertama, tentang spiritualitas kemanusiaan, dan kesemestaan. Yaitu bagian tulisan yang menyuarakan, dan mengetengahkan apa yang pernah disampaikan para mahaguru kehidupan dan kebijaksanaan.
Beberapa di antaranya seperti konsep manusia unggul dari Allamah Iqbal, seorang pemikir muslim asal Pakistan. Lalu ada juga ajaran toleransi beragama dari Jalaluddin Rumi, terkait solidaritas dan cinta kasih, serta menimbang pandangan pemikiran dari Erich Fromm, filsuf asal Jerman.
Kedua, buku ini mendedah tentang Islam dan ikhtiar pembaruan ajaran. Termasuk meneroka kembali pemikiran-pemikiran Bung Karno yang menolak negara khilafah, karena merupakan bentuk gagasan kemunduran di masyarakat. Serta, gagasan-gagasan modern yang disampaikan oleh Nurcholish Madjid.
Ketiga, mengelaborasi tentang keindonesiaan dan kemajemukan. Termasuk menawarkan pentingnya mengenal dan berdialog antar sesama warga bangsa, dan tantangan kebhinekaan pasca seperempat abad reformasi. Ada pula perkembangan pemikiran perempuan seperti kontra Indonesia tanpa feminis, childfree, dan sebagainya.
"Titik tolok mengenai tulisan-tulisan saya ini mayoritas bermula dari era Reformasi. Menurut saya, era itu adalah awal mula kita memiliki kebebasan, terutama kemerdekaan berpendapat," katanya dalam acara diskusi peluncuran buku di Perpustakan Nasional.
Senada, penulis Feby Indirani mengatakan, dalam mengkaji berbagai fenomena sosial, tulisan-tulisan Neng Dara kerap menggunakan kritik teori kekerasan simbolik. Yaitu bentuk kekerasan yang samar, halus, dan tersembunyi sehingga diterima sebagai sesuatu yang sah di masyarakat.
Menurutnya, kekerasan tersebut kerap direproduksi sedemikian rupa lewat berbagai media. Mulai dari pendidikan keluarga, pendidikan formal, atau non formal, yang seringkali juga tidak disadari oleh masyarakat.
"Salah satunya yang menarik adalah menyoal paham teologi tulang rusuk tentang penciptaan perempuan," katanya.
Neng Dara Affiah merupakan pemikir perempuan yang telah banyak menerbitkan karya-karya bernas. Selain dikenal sebagai penulis, dia juga seorang sosiolog dan dosen di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA), dan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Adapun, beberapa bukunya yang telah terbit antara lain, Islam Kepemimpinan dan Seksualitas (2017), Muslimah Feminis: Penjelajahan Multi Identitas (2009), Potret Perempuan Muslim Progresif Indonesia (2017), dan Seksualitas dan Demokrasi : Kasus Perdebatan UU Pornografi di Indonesia: Laporan Penelitian (2017).
Baca juga: Buku Anak Jadi Bacaan yang Paling Diburu di Big Bad Wolf Books
Editor: Dika Irawan
Terbaru, aktivis Neng Dara Affiah kembali meluncurkan buku berjudul Kemanusiaan dan Pembaruan Masyarakat Muslim Indonesia, pada Rabu, (6/12/23). Sesuai tajuknya, buku ini mengarsipkan kumpulan tulisan sang penulis dalam berbagai isu dan tema.
Baca juga: Review Buku Kiat Menjadi Diktator, Cara Jitu Mikael Hem Menguliti Borok Para Despot Dunia
Tak hanya itu, buku ini juga menjadi bentuk pertanggungjawaban penulis dalam kapasitas sebagai intelektual publik selama rentang waktu 25 tahun (1998-2023). Termasuk turut menyaksikan, mengalami, berpikir, bergerak dan menulis seputar persoalan-persoalan di Tanah Air.
Termasuk, persoalan spiritualitas kemanusiaan, islam dan ikhtiar penyegaran ajaran, serta Indonesia, dan kemajemukan. Selain itu ada juga refleksi tentang solidaritas kemanusiaan, penghormatan terhadap keyakinan berbeda dari liyan, serta tentang kebahagiaan dan penderitaan umat manusia.
Adapun, secara umum, buku ini dibagi dalam tiga babak. Pertama, tentang spiritualitas kemanusiaan, dan kesemestaan. Yaitu bagian tulisan yang menyuarakan, dan mengetengahkan apa yang pernah disampaikan para mahaguru kehidupan dan kebijaksanaan.
Diskusi buku Kemanusiaan dan Pembaruan Masyarakat Muslim Indonesia (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)
Kedua, buku ini mendedah tentang Islam dan ikhtiar pembaruan ajaran. Termasuk meneroka kembali pemikiran-pemikiran Bung Karno yang menolak negara khilafah, karena merupakan bentuk gagasan kemunduran di masyarakat. Serta, gagasan-gagasan modern yang disampaikan oleh Nurcholish Madjid.
Ketiga, mengelaborasi tentang keindonesiaan dan kemajemukan. Termasuk menawarkan pentingnya mengenal dan berdialog antar sesama warga bangsa, dan tantangan kebhinekaan pasca seperempat abad reformasi. Ada pula perkembangan pemikiran perempuan seperti kontra Indonesia tanpa feminis, childfree, dan sebagainya.
"Titik tolok mengenai tulisan-tulisan saya ini mayoritas bermula dari era Reformasi. Menurut saya, era itu adalah awal mula kita memiliki kebebasan, terutama kemerdekaan berpendapat," katanya dalam acara diskusi peluncuran buku di Perpustakan Nasional.
Senada, penulis Feby Indirani mengatakan, dalam mengkaji berbagai fenomena sosial, tulisan-tulisan Neng Dara kerap menggunakan kritik teori kekerasan simbolik. Yaitu bentuk kekerasan yang samar, halus, dan tersembunyi sehingga diterima sebagai sesuatu yang sah di masyarakat.
Menurutnya, kekerasan tersebut kerap direproduksi sedemikian rupa lewat berbagai media. Mulai dari pendidikan keluarga, pendidikan formal, atau non formal, yang seringkali juga tidak disadari oleh masyarakat.
"Salah satunya yang menarik adalah menyoal paham teologi tulang rusuk tentang penciptaan perempuan," katanya.
Neng Dara Affiah merupakan pemikir perempuan yang telah banyak menerbitkan karya-karya bernas. Selain dikenal sebagai penulis, dia juga seorang sosiolog dan dosen di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA), dan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Adapun, beberapa bukunya yang telah terbit antara lain, Islam Kepemimpinan dan Seksualitas (2017), Muslimah Feminis: Penjelajahan Multi Identitas (2009), Potret Perempuan Muslim Progresif Indonesia (2017), dan Seksualitas dan Demokrasi : Kasus Perdebatan UU Pornografi di Indonesia: Laporan Penelitian (2017).
Baca juga: Buku Anak Jadi Bacaan yang Paling Diburu di Big Bad Wolf Books
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.