Yuk Belajar Shibori, Teknik Mewarnai Kain dari Jepang dengan Satu Warna
10 August 2021 |
20:12 WIB
Setiap suku bangsa memiliki teknik mewarnai kain yang berbeda berdasarkan media dan sumber pewarna. Di Jepang, ada satu teknik mewarnai kain yang populer sejak awal abad ke-17 dan ke-18, yakni teknik shibori. Teknik mewarnai kain ini dilakukan secara manual. Bagaimana caranya?
Kain diikat mengikuti pola tertentu kemudian dicelup pada air pewarna sehingga menghasilkan motif yang unik. Istilah shibori sendiri dalam bahasa Jepang jika diterjemahkan berarti meremas. Teknik ini sering kali disalahartikan sebagai tie-dye, padahal shibori dan tie dye memiliki perbedaan yang signifikan.
Seniman shibori menggunakan benang untuk menciptakan pola titik kecil yang berulang pada kain. Setelah diwarnai bintik-bintik warna ini akan membuat desain menawan, yang cenderung jauh lebih rumit dan detail daripada teknik tie-dye modern.
Selain itu, tie-dye cenderung menggunakan banyak warna dari spektrum pelangi, sedangkan shibori umumnya menggunakan satu warna. Seperti dilansir dari Japan Object, teknik shibori dianggap sebagai salah satu teknik mewarnai kain tertua di Jepang.
Berasal dari China, teknik shibori menjadi populer di kalangan masyarakat umum Jepang selama masa periode Edo, dari abad ke-17 dan abad ke-18. Ketika itu, orang kelas menengah ke bawah dilarang menggunakan kain berbahan sutra yang diperuntukkan bagi kaum bangsawan.
Teknik shibori sendiri diketahui sudah digunakan sejak awal abad ke-8. Seiring dengan berjalannya waktu, variasi teknik baru muncul, dan teknik pewarna tambahan seperti tsutsugaki, seni membuat pola dengan menggunakan pasta beras sebelum proses mewarnai, juga menyusul kemudian.
Ada banyak cara untuk mengikat, menjahit, melipat, memelintir, atau mengompres kain untuk shibori, dan setiap cara menghasilkan pola yang sangat berbeda.
Setidaknya, ada enam teknik shibori yang umum dilakukan, yaitu Kanoko shibori (mengikat kain dengan benang), Miura shibori (ikatan melingkar), Kumo shibori (ikat dan lipit), Nui shibori (jahitan jelujur), Arashi shibori (melilit kain secara diagonal), dan Itajime shibori (melipat dan menjepit).
Setiap metode digunakan untuk mencapai hasil tertentu, tetapi setiap metode juga digunakan untuk bekerja selaras dengan jenis kain yang digunakan. Kain yang biasa digunakan antara lain sutra, rami, dan katun. Kini, teknik shibori banyak diaplikasikan pada kerajinan modern yang tidak terbatas pada kain untuk pakaian saja tetapi juga pada karya pajangan hingga furnitur.
Kain diikat mengikuti pola tertentu kemudian dicelup pada air pewarna sehingga menghasilkan motif yang unik. Istilah shibori sendiri dalam bahasa Jepang jika diterjemahkan berarti meremas. Teknik ini sering kali disalahartikan sebagai tie-dye, padahal shibori dan tie dye memiliki perbedaan yang signifikan.
Seniman shibori menggunakan benang untuk menciptakan pola titik kecil yang berulang pada kain. Setelah diwarnai bintik-bintik warna ini akan membuat desain menawan, yang cenderung jauh lebih rumit dan detail daripada teknik tie-dye modern.
Selain itu, tie-dye cenderung menggunakan banyak warna dari spektrum pelangi, sedangkan shibori umumnya menggunakan satu warna. Seperti dilansir dari Japan Object, teknik shibori dianggap sebagai salah satu teknik mewarnai kain tertua di Jepang.
Seorang wanita Jepang membuat shibori oleh Utagawa Kunisada, 1845. (Dok. Japan Object)
Berasal dari China, teknik shibori menjadi populer di kalangan masyarakat umum Jepang selama masa periode Edo, dari abad ke-17 dan abad ke-18. Ketika itu, orang kelas menengah ke bawah dilarang menggunakan kain berbahan sutra yang diperuntukkan bagi kaum bangsawan.
Teknik shibori sendiri diketahui sudah digunakan sejak awal abad ke-8. Seiring dengan berjalannya waktu, variasi teknik baru muncul, dan teknik pewarna tambahan seperti tsutsugaki, seni membuat pola dengan menggunakan pasta beras sebelum proses mewarnai, juga menyusul kemudian.
Ada banyak cara untuk mengikat, menjahit, melipat, memelintir, atau mengompres kain untuk shibori, dan setiap cara menghasilkan pola yang sangat berbeda.
Setidaknya, ada enam teknik shibori yang umum dilakukan, yaitu Kanoko shibori (mengikat kain dengan benang), Miura shibori (ikatan melingkar), Kumo shibori (ikat dan lipit), Nui shibori (jahitan jelujur), Arashi shibori (melilit kain secara diagonal), dan Itajime shibori (melipat dan menjepit).
Setiap metode digunakan untuk mencapai hasil tertentu, tetapi setiap metode juga digunakan untuk bekerja selaras dengan jenis kain yang digunakan. Kain yang biasa digunakan antara lain sutra, rami, dan katun. Kini, teknik shibori banyak diaplikasikan pada kerajinan modern yang tidak terbatas pada kain untuk pakaian saja tetapi juga pada karya pajangan hingga furnitur.
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.