Lebaran Teater masih berlangsung hingga 29 November 2023 di Taman Ismail Marzuki Jakarta (Sumber Foto: Yose Riandi/FTJ)

Menelisik Makna Kebenaran lewat Lakon Teater Spartan Phoenix

27 November 2023   |   14:55 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Robert Altman seorang sutradara asal Amerika Serikat mencatat bahwa kita selalu menganggap apa yang terpampang di layar pertunjukan adalah kebenaran. Ada, panggung, properti, dan aktor yang bermain, lalu menganggap semua adegan itu nyata dan benar.

Namun, Habib Koesnady justru mengganggu anggapan akan 'kebenaran' itu lewat lakon Spartan Phoenix yang belum lama ini dipentaskan di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki. Dalam pertunjukan tersebut, dia justru tidak menciptakan narasi tunggal ilusi kebenaran, melainkan dua kebenaran secara visual bagi sebuah peristiwa.

Baca juga: Lebaran Teater 2023 Tiba, Cek Jadwal & Daftar Pementasan pada Akhir November 2023

Syahdan, seorang ojol tuna rungu bernama Gugiatno divonis hukuman 5 tahun penjara oleh hakim seusai menjalani proses pengadilan yang pelik. Dia didakwa membunuh seekor anjing saat mengantarkan paket makanan binatang ke rumah seorang pelanggan bernama Juniper Phoenix.

Namun, anjing yang sudah kelaparan karena ditinggal pergi oleh majikannya itu justru menyerang sang kurir. Berusaha menyelamatkan diri, Gugiatno mengeluarkan pisau yang selalu dibawa untuk berjaga-jaga dari ancaman begal. Lalu, lewat visual yang samar, anjing tersebut tampak terlihat telah terbunuh.

Secara garis besar, itulah  benang merah dari pementasan dari Teater Anala berdurasi 1 jam 30 menit itu. Dikemas dengan konsep pemanggungan yang ciamik, dan sudut pandang narasi cerita dari berbagai tokoh di dalamnya, penonton diajak untuk berdialektika dengan visual.

Pertunjukan teater asal Jakarta Pusat itu dibuka dengan setting ruang persidangan dengan meja berwarna hijau yang khas. Musik bernuansa repetitif pun terus meneror pengunjung, bahkan saat panggung masih gelap, hingga muncul seorang panitera yang membuka kasus persidangan.

Uniknya, meski seting utama lakon terjadi dalam ruang sidang, tapi berbagai peristiwa penting juga dihadirkan di tempat yang sama dalam bentuk imajiner. Artinya, dari satu adegan ke adegan lain digambarkan secara kilas balik dengan peristiwa yang terjadi pada masa lalu.
 

Sumber Foto: Yose Riandi/FTJ

Sumber Foto: Yose Riandi/FTJ


Permainan adegan, ambiguitas hukum, baik dari sudut pandang hakim, jaksa, penuntut umum, hingga saksi ahli juga semakin menebalkan premis cerita. Yakni dalam dunia riil, kebenaran adalah plural atau jamak dan tidak definitif dengan berbagai argumen dari tokoh-tokoh di dalamnya.

Sutradara Teater Anala, Muhamad Habib Koesnady mengatakan, lakon Spartan Phoenix yang naskahnya ditulis sendiri olehnya itu memang ingin mendistorsi realitas kebenaran lewat berbagai pendekatan adegan yang dihadirkan di atas panggung.

"Lakon ini mencoba mendedah tentang hubungan manusia dengan liyan. Seperti penyandang disabilitas hingga pencinta hewan yang rentan terdiskriminasi dalam kondisi sosial masyarakat," katanya.

Proses Produksi
Adapun, lakon yang menjadi salah satu pemenang dari Festival Teater Jakarta (FTJ) 2023 itu membutuhkan waktu tujuh bulan untuk proses produksi. Termasuk pembuatan naskah, reading, blocking, hingga akhirnya berkompetisi di lima wilayah kota administrasi di DKI Jakarta.

Habib mengatakan, inspirasi pertunjukan juga berangkat dari heterogenitas grup Teater Anala yang memiliki anggota dengan beragam profesi. Mulai dari ojek online, pecinta hewan, dan pengacara, yang akhirnya membuat mereka dapat mengelaborasi berbagai sudut pandang untuk dijadikan lakon pertunjukan.

"Pembuatan naskahnya memang didasarkan hasil diskusi dan riset, lalu diolah menjadi dramaturgi pertunjukan. Lakonnya sendiri, pertama kali dipentaskan perdana di babak penyisihan FTJ September 2023," katanya.

Baca juga: Hypereport Kemerdekaan: Eksplorasi Sandiwara Dardanella Lahirkan Teater Modern Indonesia

Dari segi pemanggungan, salah satu tantangan dari pembuatan lakon ini menurutnya adalah peristiwa persidangan. Sebab jika hanya mengandalkan adegan tersebut niscaya akan membuat penonton bosan karena dramaturgi yang mereka gunakan adalah tata cara persidangan di pengadilan.

Oleh karena itu, dia membatasi durasi peristiwa persidangan yang dipenuhi dengan bunyi pasal dan istilah-istilah hukum maksimal 15 menit per babak. Namun, di sela-sela adegan tersebut digulirkan adegan dari masa lalu dengan pergantian set dan kostum yang berjalan cukup mulus.

"Saya sengaja memotong adegan lalu menggambarkan alur kilas balik untuk menjaga mood penonton. Sebab mereka cenderung lebih suka adegan atraksi fisik dibanding hanya menonton adegan para aktor yang diam di depan meja hijau," katanya.

Sumber Foto: Yose Riandi/FTJ

Sumber Foto: Yose Riandi/FTJ

Selaras, Alwan M. Ilmanto, aktor yang memerankan karakter Gugiatno mengatakan, dia membutuhkan waktu sekitar 2 bulan untuk mendalami peran yang dimainkan. Salah satunya dengan melakukan observasi terhadap seorang pengidap tuna rungu kongenital yang menyebabkan hambatan berbicara.

Menurutnya, salah satu tantangan terberat saat memerankan karakter Gugiatno adalah harus konsisten berbicara lakinya orang yang mengalami delay speech alias keterlambatan wicara. Tak hanya itu, dia juga harus mempertahankan mimik wajah untuk memberi kesan sebagai orang yang memiliki keterbelakangan mental.

"Karakter ini juga cukup bertolak belakang dengan peran yang saya mainkan di pertunjukan FTJ tahun lalu. Oleh karenanya saya membutuhkan waktu lebih lama untuk mendalami karakter, sebab saat latihan juga sering kelepasan," katanya.
 
Baca juga: Waktu Batu Rumah yang Terbakar, Lakon Duka Akibat Krisis Ekologi dari Teater Garasi

Lebaran Teater masih berlangsung hingga 29 November 2023 di Taman Ismail Marzuki, dengan menampilkan ragam kelompok teater dari kanal perteateran yang ada di Jakarta dan Indonesia. Selain tiga kelompok pemenang terbaik FTJ lomba, akan ada juga penampilan dua kelompok kurasi dalam kota yang menggunakan pendekatan Site-specific Theater di TPU Bantar Gebang dan Warung Tegal (Warteg) di Tebet, Jakarta Selatan.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Cek Program Menarik pada Pameran Otomotif IIMS 2024

BERIKUTNYA

Jasa Raharja Rilis Buku Pedoman Penanganan Korban Kecelakaan Lalu Lintas

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: