Kenalan dengan Museum Semedo, Tempat Asyik Wisata Prasejarah di Tegal
23 November 2023 |
15:02 WIB
Ada banyak kegiatan wisata untuk memanfaatkan hari libur salah satunya berkunjung ke museum. Selain menjadi aktivitas rekreasi, berkunjung ke museum juga bisa menjadi kegiatan edukatif. Kalian bisa banyak mendapatkan informasi dan pengetahuan sejarah baru, terutama yang berkaitan dengan benda-benda yang dikoleksi dalam museum tersebut.
Kalau kalian gemar berkunjung ke museum, ada satu museum baru yang wajib dikunjungi yakni Museum Prasejarah Semedo. Berlokasi di Desa Semedo, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Museum Prasejarah Semedo merupakan sebuah museum arkeologi, yang menyajikan peninggalan dan artefak prasejarah seperti fosil manusia purba, fosil flora dan fauna purba, serta artefak alat-alat batu dan alat-alat tulang yang ditemukan di Situs Semedo.
Terdiri dari tiga ruang pameran, Museum Prasejarah Semedo menampilkan perjalanan terbentuknya alam semesta, jejak persebaran Homo Erectus di Indonesia hingga detail penjelasan budaya dan evolusi. Termasuk, memamerkan diorama manusia Semedo serta fosil-fosil, baik asli ataupun replika, dari tengkorak sampai gigi hiu megalodon dan gorila purba.
Baca juga : Pameran Voice Against Reason Digelar di Museum MACAN, Hadirkan 24 Seniman Kontemporer Dunia
Melalui serangkaian kegiatan pameran dan penelitian, Museum Prasejarah Semedo memperkenalkan evolusi manusia prasejarah, budaya, dan lingkungan kepada masyarakat. Melansir dari laman Kemdikbud, Museum Prasejarah Semedo dibangun pada tahun 2015 bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Tegal. Namun, museum ini baru resmi dibuka pada Oktober 2022.
Museum Prasejarah Semedo didirikan untuk melestarikan tinggalan kehidupan manusia purba, mempublikasikan hasil penelitian, serta memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai nilai penting Semedo sebagai salah satu situs arkeologi dan situs manusia purba terkemuka.
Melansir dari laman Visit Jawa Tengah, di dalam Museum Prasejarah Semedo, tersimpan fosil -fosil purbakala yang ditemukan di Semedo diperkirakan usianya lebih tua dibandingkan fosil-fosil yang pernah ditemukan di Indonesia.
Dari hasil penelitian ahli paleontologi, arkeologi, geologi, dan antropologi, menunjukkan Situs Purba Semedo memberikan data faktual evolusi manusia, budaya dan lingkungannya setidaknya 1,5 juta tahun yang lalu. Di samping itu, temuan-temuan fosil fauna di sekitar Perbukitan Semedo juga menggambarkan panjang rentang kehidupan di Semedo.
Kini pengelolaan Museum Prasejarah Semedo bernaung di bawah Museum dan Cagar Budaya (MCB), lembaga di bawah naungan Kemdikbudristek RI, yang saat ini bertanggung jawab atas pengelolaan 18 museum dan galeri serta 36 situs cagar budaya nasional di Indonesia. Diresmikan pada 2022, MCB berambisi menjadi institusi yang bersifat kolaboratif dan mendorong daya cipta, perubahan sosial, serta pembangunan masyarakat yang berbudaya.
Menurut informasi di media sosial resmi, Museum Semedo dibuka pada Selasa-Minggu mulai pukul 08.00 hingga 15.30 WIB, dan bisa dikunjungi secara gratis. Namun, sebelum berkunjung, kalian harus mengisi reservasi terlebih dahulu, maksimal dilakukan H-1 kunjungan. Adapun, setiap sesi kunjungan dibatasi maksimal 30 orang.
Selama berkunjung ke Museum Semedo, ada sejumlah peraturan yang harus dipatuhi pengunjung diantaranya wajib memakai masker, dan dilarang merokok, membawa makanan dan minuman, menyentuh koleksi, memotret menggunakan flash, membawa tas, membuang sampah sembarangan, membawa hewan peliharaan, dan melewati batas pengunjung.
Baru-baru ini, Museum Prasejarah Semedo juga baru saja merayakan hari jadinya yang pertama dengan mengadakan kegiatan Kenduri Budaya Ki Watu Balung. Kegiatan itu menghadirkan kolaborasi seni tradisi dan seni ciptaan baru yang didukung oleh lebih dari 90 orang penampil.
Berkolaborasi dengan 15 mitra strategis yang terdiri dari lembaga pemerintah, pemerintah daerah, dan lembaga non pemerintah, Kenduri Budaya Ki Watu Balung mengusung tema Semedo: Lestari Budayanya, Lestari Alamnya, Sejahtera Masyarakatnya guna mendukung peningkatan ekonomi masyarakat lokal melalui pemanfaatan potensi alam dan budaya Semedo.
Haris Rahmanendra selaku Kepala Unit Museum Prasejarah Semedo menjelaskan Kenduri Budaya Ki Watu Balung merupakan kegiatan sosialisasi serta rintisan internalisasi pelestarian kekayaan budaya dan kekayaan alam Semedo, yang dikemas dalam balutan seni dan dialog budaya. Kegiatan ini juga mengakomodasi unjuk kreasi, inovasi, dan potensi sumber daya lokal.
"Semua kegiatan itu tetap berorientasi pada penguatan peran serta eksistensi Museum Prasejarah Semedo dalam membangun, mengembangkan, dan memanfaatkan Kawasan Semedo yang berorientasi pada kelestarian budaya dan kekayaan alam untuk kesejahteraan masyarakat," katanya dalam keterangan resminya.
Selain itu, Kenduri Budaya merepresentasikan karakter, kearifan, tradisi komunal, dan semangat kebersamaan. Adapun, Ki Watu Balung adalah sebutan lokal yang ditujukan bagi para pelopor penemu fosil yang besar perannya dalam riwayat keberadaan Museum Prasejarah Semedo.
Sehingga dipilihnya Kenduri Budaya Ki Watu Balung sebagai nama kegiatan peringatan satu tahun berdirinya Museum Prasejarah Semedo, merupakan bentuk rasa syukur atas anugerah berupa budaya dan alam yang kaya potensi, dan mengapresiasi para pelestari sejarah. Termasuk bertujuan untuk memupuk kesadaran bahwa Semedo harus dikelola secara bijak agar bisa diwariskan kepada generasi yang akan datang.
Baca juga : Update Restorasi Koleksi Museum Nasional: 715 Koleksi Berhasil Diidentifikasi Tim Ahli
Editor : Puput Ady Sukarno
Kalau kalian gemar berkunjung ke museum, ada satu museum baru yang wajib dikunjungi yakni Museum Prasejarah Semedo. Berlokasi di Desa Semedo, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Museum Prasejarah Semedo merupakan sebuah museum arkeologi, yang menyajikan peninggalan dan artefak prasejarah seperti fosil manusia purba, fosil flora dan fauna purba, serta artefak alat-alat batu dan alat-alat tulang yang ditemukan di Situs Semedo.
Terdiri dari tiga ruang pameran, Museum Prasejarah Semedo menampilkan perjalanan terbentuknya alam semesta, jejak persebaran Homo Erectus di Indonesia hingga detail penjelasan budaya dan evolusi. Termasuk, memamerkan diorama manusia Semedo serta fosil-fosil, baik asli ataupun replika, dari tengkorak sampai gigi hiu megalodon dan gorila purba.
Baca juga : Pameran Voice Against Reason Digelar di Museum MACAN, Hadirkan 24 Seniman Kontemporer Dunia
Melalui serangkaian kegiatan pameran dan penelitian, Museum Prasejarah Semedo memperkenalkan evolusi manusia prasejarah, budaya, dan lingkungan kepada masyarakat. Melansir dari laman Kemdikbud, Museum Prasejarah Semedo dibangun pada tahun 2015 bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Tegal. Namun, museum ini baru resmi dibuka pada Oktober 2022.
Museum Prasejarah Semedo didirikan untuk melestarikan tinggalan kehidupan manusia purba, mempublikasikan hasil penelitian, serta memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai nilai penting Semedo sebagai salah satu situs arkeologi dan situs manusia purba terkemuka.
Melansir dari laman Visit Jawa Tengah, di dalam Museum Prasejarah Semedo, tersimpan fosil -fosil purbakala yang ditemukan di Semedo diperkirakan usianya lebih tua dibandingkan fosil-fosil yang pernah ditemukan di Indonesia.
Dari hasil penelitian ahli paleontologi, arkeologi, geologi, dan antropologi, menunjukkan Situs Purba Semedo memberikan data faktual evolusi manusia, budaya dan lingkungannya setidaknya 1,5 juta tahun yang lalu. Di samping itu, temuan-temuan fosil fauna di sekitar Perbukitan Semedo juga menggambarkan panjang rentang kehidupan di Semedo.
Kini pengelolaan Museum Prasejarah Semedo bernaung di bawah Museum dan Cagar Budaya (MCB), lembaga di bawah naungan Kemdikbudristek RI, yang saat ini bertanggung jawab atas pengelolaan 18 museum dan galeri serta 36 situs cagar budaya nasional di Indonesia. Diresmikan pada 2022, MCB berambisi menjadi institusi yang bersifat kolaboratif dan mendorong daya cipta, perubahan sosial, serta pembangunan masyarakat yang berbudaya.
Menurut informasi di media sosial resmi, Museum Semedo dibuka pada Selasa-Minggu mulai pukul 08.00 hingga 15.30 WIB, dan bisa dikunjungi secara gratis. Namun, sebelum berkunjung, kalian harus mengisi reservasi terlebih dahulu, maksimal dilakukan H-1 kunjungan. Adapun, setiap sesi kunjungan dibatasi maksimal 30 orang.
Selama berkunjung ke Museum Semedo, ada sejumlah peraturan yang harus dipatuhi pengunjung diantaranya wajib memakai masker, dan dilarang merokok, membawa makanan dan minuman, menyentuh koleksi, memotret menggunakan flash, membawa tas, membuang sampah sembarangan, membawa hewan peliharaan, dan melewati batas pengunjung.
Baru-baru ini, Museum Prasejarah Semedo juga baru saja merayakan hari jadinya yang pertama dengan mengadakan kegiatan Kenduri Budaya Ki Watu Balung. Kegiatan itu menghadirkan kolaborasi seni tradisi dan seni ciptaan baru yang didukung oleh lebih dari 90 orang penampil.
Berkolaborasi dengan 15 mitra strategis yang terdiri dari lembaga pemerintah, pemerintah daerah, dan lembaga non pemerintah, Kenduri Budaya Ki Watu Balung mengusung tema Semedo: Lestari Budayanya, Lestari Alamnya, Sejahtera Masyarakatnya guna mendukung peningkatan ekonomi masyarakat lokal melalui pemanfaatan potensi alam dan budaya Semedo.
Haris Rahmanendra selaku Kepala Unit Museum Prasejarah Semedo menjelaskan Kenduri Budaya Ki Watu Balung merupakan kegiatan sosialisasi serta rintisan internalisasi pelestarian kekayaan budaya dan kekayaan alam Semedo, yang dikemas dalam balutan seni dan dialog budaya. Kegiatan ini juga mengakomodasi unjuk kreasi, inovasi, dan potensi sumber daya lokal.
"Semua kegiatan itu tetap berorientasi pada penguatan peran serta eksistensi Museum Prasejarah Semedo dalam membangun, mengembangkan, dan memanfaatkan Kawasan Semedo yang berorientasi pada kelestarian budaya dan kekayaan alam untuk kesejahteraan masyarakat," katanya dalam keterangan resminya.
Selain itu, Kenduri Budaya merepresentasikan karakter, kearifan, tradisi komunal, dan semangat kebersamaan. Adapun, Ki Watu Balung adalah sebutan lokal yang ditujukan bagi para pelopor penemu fosil yang besar perannya dalam riwayat keberadaan Museum Prasejarah Semedo.
Sehingga dipilihnya Kenduri Budaya Ki Watu Balung sebagai nama kegiatan peringatan satu tahun berdirinya Museum Prasejarah Semedo, merupakan bentuk rasa syukur atas anugerah berupa budaya dan alam yang kaya potensi, dan mengapresiasi para pelestari sejarah. Termasuk bertujuan untuk memupuk kesadaran bahwa Semedo harus dikelola secara bijak agar bisa diwariskan kepada generasi yang akan datang.
Baca juga : Update Restorasi Koleksi Museum Nasional: 715 Koleksi Berhasil Diidentifikasi Tim Ahli
Editor : Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.