Peran Penting Perusahaan dalam Menjamin Kesejahteraan Karyawan Perempuan
13 November 2023 |
09:30 WIB
Indonesia terus mencatat kenaikan proporsi pekerja perempuan dalam sektor tenaga. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2022 menyebutkan, jumlah perempuan pekerja sudah mencapai 52,74 juta atau setara 38,98 persen dari total pekerja di Indonesia.
Di tengah proporsi yang terus naik, masalah-masalah yang berkaitan dengan aspek sosial dan mental perempuan di ruang publik masih mengundang polemik. Laporan Health on Demand 2023 menyebutkan beberapa masalah umum dalam aspek kesehatan wanita yang berkenaan dengan sistem kesehatan, dukungan keluarga, hingga kehidupan sosial dan finansial.
Baca juga: Ada Lovelace, Perempuan Jenius Programer Pertama
Sekitar 2 dari 6 masalah utama menyangkut pada kekerasan terhadap perempuan seperti kekerasan seksual dan kesehatan mental yang spesifik seperti postpartum depression.
Di sisi lain, data dari International Labour Organization (ILO) menyebutkan 70,81 persen karyawan pernah menjadi korban kekerasan dan pelecehan di dunia kerja. Sekitar 77,40 persen diantaranya mengalami kekerasan dan pelecehan bersifat psikologis. Tidak hanya dalam dunia kerja, temuan ILO menyebut 21,88 persen mengalami kekerasan dan pelecehan di luar kantor. Atas banyaknya kasus demikian, perusahaan perlu menjamin penyediaan kenyamanan bagi kaum perempuan.
Managing Director Mercer Marsh Benefits Indonesia Wulan Gallacher menjelaskan, perusahaan memiliki peran penting untuk menciptakan perubahan inklusif dan berdampak bagi kesejahteraan dan keamanan tenaga kerja mereka. Peran penting dari perusahaan ini mendorong pemenuhan kebutuhan spesifik bagi tenaga kerja yang beragam, termasuk bagi kaum wanita.
“Mengatasi adanya kesenjangan perlindungan yang dirasakan oleh kelompok rentan yang kurang terlindungi seperti perempuan, karyawan berpenghasilan rendah, hingga pekerja paruh waktu adalah hal krusial yang harus dilakukan demi menjamin perkembangan karier karyawan,” jelasnya.
Wulan memaparkan, laporan Health on Demand 2023 juga menunjukkan program asuransi yang bisa membantu mengurangi biaya perawatan kesehatan mental jadi salah satu yang paling membantu kesejahteraan mereka. Sekitar 42 persen menilai alternatif terapi kesehatan mental bermanfaat, tetapi baru 22 persen saja pemberi kerja yang menyediakannya.
Peran besar perusahaan dalam menjamin ruang aman bagi karyawannya bukan hanya berlaku di dalam kantor, tetap juga di luar. Komisioner DANA Indonesia Chrisma Albandjar menjelaskan, dalam perusahaan teknologi, pria memang lebih mendominasi demografi pekerja secara gender. Namun, menciptakan ruang nyaman bagi perempuan justru menjadi salah satu hal yang harus difokuskan oleh perusahaan.
“Masalah gender dalam dunia kerja ini memang harus by design. Kita akui, wanita dan pria itu beda kebutuhannya, Misalnya, wanita punya kebutuhan arus menjaga anak, maka perusahaan harus memutuskan policy-nya by driven,” kata Chrisma dalam agenda dialog publik bertema Langkah dan Aksi Pemimpin Perempuan di Sektor Keuangan pada Kamis (9/11/2023).
Menurutnya, setara bukan artinya sama. Perusahaan harus mampu menyesuaikan dan memberi ruang khusus bagi pria atau wanita.
Charisma menyebut, saat ini perusahaannya memiliki 900 pegawai dan 35 persen di antaranya adalah perempuan. Sementara dari 600 programmer yang bekerja di perusahaannya, hanya 10 persen perempuannya. Mereka yang bekerja pada bidang ini acap kali pulang larut malam, sehingga Chrisma memutuskan untuk mendorong skill self defense untuk kasus darurat, misalnya seperti membuat program bela diri hingga program penyesuaian lainnya.
“Untuk karyawan yang sudah menjadi ibu pun, penting sekali menyiapkan sebuah ruang untuk membawa anak, atau ruang laktasi misalnya, sehingga ruang aman dan nyaman bagi perempuan bisa terjamin di dalam atau luar kantor," katanya.
Baca juga: Eksklusif Profil Sutradara Nia Dinata, Cerita tentang Perempuan dalam Karya Filmnya
Editor: Dika Irawan
Di tengah proporsi yang terus naik, masalah-masalah yang berkaitan dengan aspek sosial dan mental perempuan di ruang publik masih mengundang polemik. Laporan Health on Demand 2023 menyebutkan beberapa masalah umum dalam aspek kesehatan wanita yang berkenaan dengan sistem kesehatan, dukungan keluarga, hingga kehidupan sosial dan finansial.
Baca juga: Ada Lovelace, Perempuan Jenius Programer Pertama
Sekitar 2 dari 6 masalah utama menyangkut pada kekerasan terhadap perempuan seperti kekerasan seksual dan kesehatan mental yang spesifik seperti postpartum depression.
Di sisi lain, data dari International Labour Organization (ILO) menyebutkan 70,81 persen karyawan pernah menjadi korban kekerasan dan pelecehan di dunia kerja. Sekitar 77,40 persen diantaranya mengalami kekerasan dan pelecehan bersifat psikologis. Tidak hanya dalam dunia kerja, temuan ILO menyebut 21,88 persen mengalami kekerasan dan pelecehan di luar kantor. Atas banyaknya kasus demikian, perusahaan perlu menjamin penyediaan kenyamanan bagi kaum perempuan.
Managing Director Mercer Marsh Benefits Indonesia Wulan Gallacher menjelaskan, perusahaan memiliki peran penting untuk menciptakan perubahan inklusif dan berdampak bagi kesejahteraan dan keamanan tenaga kerja mereka. Peran penting dari perusahaan ini mendorong pemenuhan kebutuhan spesifik bagi tenaga kerja yang beragam, termasuk bagi kaum wanita.
“Mengatasi adanya kesenjangan perlindungan yang dirasakan oleh kelompok rentan yang kurang terlindungi seperti perempuan, karyawan berpenghasilan rendah, hingga pekerja paruh waktu adalah hal krusial yang harus dilakukan demi menjamin perkembangan karier karyawan,” jelasnya.
Wulan memaparkan, laporan Health on Demand 2023 juga menunjukkan program asuransi yang bisa membantu mengurangi biaya perawatan kesehatan mental jadi salah satu yang paling membantu kesejahteraan mereka. Sekitar 42 persen menilai alternatif terapi kesehatan mental bermanfaat, tetapi baru 22 persen saja pemberi kerja yang menyediakannya.
Peran besar perusahaan dalam menjamin ruang aman bagi karyawannya bukan hanya berlaku di dalam kantor, tetap juga di luar. Komisioner DANA Indonesia Chrisma Albandjar menjelaskan, dalam perusahaan teknologi, pria memang lebih mendominasi demografi pekerja secara gender. Namun, menciptakan ruang nyaman bagi perempuan justru menjadi salah satu hal yang harus difokuskan oleh perusahaan.
“Masalah gender dalam dunia kerja ini memang harus by design. Kita akui, wanita dan pria itu beda kebutuhannya, Misalnya, wanita punya kebutuhan arus menjaga anak, maka perusahaan harus memutuskan policy-nya by driven,” kata Chrisma dalam agenda dialog publik bertema Langkah dan Aksi Pemimpin Perempuan di Sektor Keuangan pada Kamis (9/11/2023).
Menurutnya, setara bukan artinya sama. Perusahaan harus mampu menyesuaikan dan memberi ruang khusus bagi pria atau wanita.
Charisma menyebut, saat ini perusahaannya memiliki 900 pegawai dan 35 persen di antaranya adalah perempuan. Sementara dari 600 programmer yang bekerja di perusahaannya, hanya 10 persen perempuannya. Mereka yang bekerja pada bidang ini acap kali pulang larut malam, sehingga Chrisma memutuskan untuk mendorong skill self defense untuk kasus darurat, misalnya seperti membuat program bela diri hingga program penyesuaian lainnya.
“Untuk karyawan yang sudah menjadi ibu pun, penting sekali menyiapkan sebuah ruang untuk membawa anak, atau ruang laktasi misalnya, sehingga ruang aman dan nyaman bagi perempuan bisa terjamin di dalam atau luar kantor," katanya.
Baca juga: Eksklusif Profil Sutradara Nia Dinata, Cerita tentang Perempuan dalam Karya Filmnya
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.