Poster konser gala Iravati M Sudiarso: Untuk Seni dan Negeri. (Sumber gambar: Steinway Indonesia)

Gala Konser Iravati M Sudiarso: Untuk Seni dan Negeri, Persembahan kepada Sang Empu Pianis

06 November 2023   |   15:22 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Nama pianis Iravati Mangunkusumo Sudiarso punya kontribusi besar dalam dunia kesenian Indonesia khususnya bidang musik. Kepergian Iravati pada 18 Januari 2023 lalu tentunya menyisakan duka mendalam bagi dunia musik klasik Tanah Air. Perjalanan, karya musik, dan perjuangannya di bidang seni selama lebih dari enam dekade akan selalu diingat dan tercatat  dalam sejarah.

Untuk mengenang kiprah sang maestro, Yayasan Pendidikan Musik dan Steinway Indonesia akan mengadakan sebuah konser gala bertajuk Iravati M Sudiarso: Untuk Seni dan Negeri. Konser tersebut akan digelar pada 8 November 2023 di Gedung Kesenian Jakarta pukul 19.00 WIB.

Baca juga: Buku Biografi Iravati Mangunkusumo Sudiarso, Kiprah 6 Dekade Sang Empu Pianis Indonesia

Menjadi persembahan perdana untuk mendiang Iravati  pascakepergiannya, konser tersebut akan menghadirkan 18 penampil yang terdiri dari pianis dan soprano. Seluruh penampil tersebut merupakan para musisi besar yang merupakan buah hasil didikan sang maestro.

Sejumlah pianis yang akan tampil di konser gala tersebut yakni Aisha Sudiarso Pletscher, Shanti Poesposoetjipto, Marisa Sharon Hartanto, Adelaide Simbolon, Ary Sutedja, Levi Gunardi, Harimada Kusuma, Jonathan Wibowo, Mario Santoso, dan Ratna Arumasari Katamsi.

Selain itu, ada pula pianis Teodore Ignatius Minaroy, Weny Savitri Pandia, Rani Puspita, Genesia Yudrielonika, Priska Budihardjo, serta soprano Aning Katamsi dan Binu Sukaman. Marini Widyastari juga akan hadir sebagai pemain flute.
 

Aisha Ariadna Pletscher, pianis sekaligus anak kedua dari Iravati, menuturkan satu hal spesial yang akan dihadirkan dalam konser gala mendatang ialah penampilan karya-karya musik yang dipersembahkan khusus oleh murid-murid dari Iravati.

Pada konser ini, beberapa alumni murid sekaligus guru Iravati akan menampilkan kaleidoskop karya-karya musik yang digubah dan didedikasikan khusus untuk sang empu pianis oleh para komposernya. Beberapa di antaranya mencakup Tre Pezzettini, Op. 42 (1958) karya komposer Belanda Léon Orthel, Srikandhy (1969) karya Dr Yazeed Djamin, Tembang Alit (1984) karya Jaya Suprana, hingga Luhur (2017) karya Dr Johannes Sebastian Nugroho.

"Nanti ada karya muridnya ibu yang sekarang di Kanada judulnya Dedicated to Iravati M Sudiarso and Jesus Christ. Judulnya memang mengagetkan tapi semua itu ada ceritanya yang nanti akan disampaikan oleh komposernya sendiri," katanya.

Aisha menuturkan di samping segudang prestasi yang ditorehkan mendiang ibunda, karya-karya yang didedikasikan oleh para murid dan gurunya justru begitu penting dan bermakna bagi Iravati. Menurutnya, hal itu membuktikan bahwa Iravati adalah sosok yang mudah menyentuh dan memberikan kesan tersendiri bagi orang-orang yang datang kepadanya.

Dia menambahkan konser gala Iravati M Sudiarso: Untuk Seni dan Negeri nanti akan dibuka oleh dua lagu yang diaransemen sendiri oleh Iravati, yakni Ole-ole Meloyo-loyo karya Amir Pasaribu dan Capung Kecimpung di Cikapundung karya Nurman Pasaribu. "Jadi istilahnya akan dimulai dengan jiwa raga ibu," ungkapnya.

Menurut Aisha, lebih dari sekadar persembahan atau tribute, konser gala ini juga menjadi bagian dari upaya merayakan kehidupan sosok Iravati. "Karena ibu itu bukan hanya milik kami, tapi sebetulnya ibu adalah milik semua yang pernah bersentuhan dengan beliau. Ibu dari seni di Indonesia," katanya.

Iravati Mangunkusumo Sudiarso adalah pianis sekaligus guru musik yang telah berkiprah dalam dunia seni lebih dari enam dekade. Banyak nama besar musisi yang merupakan buah hasil didikannya, antara lain Aisha Ariadna Pletscher, Levi Gunardi, Johannes Nugroho, Ratna Arumasari Ansyari, Aning Katamsi, dan Gita Bayuratri.

Perempuan kelahiran 28 September 1937 itu telah mengenal musik sejak usia 5 tahun di bawah bimbingan ibunya sendiri, Hestia Mangunkusumo. Iravati akhirnya belajar musik di  Koninklijk Conservatorium di Den Haag, Belanda, berlanjut ke Peabody Conservatory of Music, Baltimore, Maryland, Amerika Serikat hingga meraih gelas Master of Music.

Sekembalinya ke Tanah Air, Iravati aktif sebagai pianis tunggal maupun ansambel. Sang seniman juga mengabdikan dirinya sebagai pengajar piano di Sekolah Musik Yayasan Pendidikan Musik sejak tahun 1959. Namun, Iravati hadir tidak saja sebagai pianis tapi juga pendidik.

Sekolah Musik YPM menjadi tempat Iravati merealisasikan gagasan dan idealismenya dengan menempa dan menggembleng para muridnya menjadi pianis andal. Lebih dari itu, mendidik mereka menjadi manusia seutuhnya.

Berprofesi sebagai seorang pianis tidak lantas membuat lingkup perhatian dan aktivitasnya terbatas. Di samping sebagai pemusik, Iravati juga memberikan sumbangsih pemikiran, kerja-kerja kreatif, dan visi yang selalu ditempatkan dalam konteks kemanusiaan, kebangsaan, dan keindonesiaan.

Bahkan, perempuan peraih Franz Liszt itu juga terlibat aktif dalam mengembangkan kebudayaan melalui kiprahnya di Dewan Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Institut Kesenian Jakarta, dan Akademi Jakarta. Sepak terjangnya sebagai musisi sekaligus praktisi seni dan kebudayaan mengejawantahkan sosok Iravati sebagai tokoh perempuan pejuang yang tidak dapat dilepaskan dari perjalanan panjang kesenian di Indonesia.

Baca juga: Intip 5 Alat Musik Termahal di Dunia, Ada Biola Stradivarius hingga Piano Steinway

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah

SEBELUMNYA

Mencicip Shiraball, Menu Praktis & Mengenyangkan untuk Kaum Urban

BERIKUTNYA

6 Rekomendasi Mall Ramah Anabul di Jakarta

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: