Rumah-rumah di Wae Rebo, Flores. (Sumber gambar: Unsplash/Ash Hayes)

Mengenal Arsitektur Vernakular: Mulai dari Sejarah, Karakteristik hingga Contohnya

10 October 2023   |   17:59 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Like
Konsep sustainability atau berkelanjutan kini diterapkan di banyak aspek kehidupan, tak terkecuali arsitektur. Saat ini banyak hunian yang dibangun dengan mempertimbangkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar, hingga efisiensi dalam penggunaan bahan dan energi.

Di tengah perkembangan prinsip arsitektur ramah lingkungan, hadir arsitektur vernakular yang kini mulai banyak diadopsi dalam dunia rancang bangunan. Arsitektur vernakular adalah gaya arsitektur yang dirancang berdasarkan kebutuhan lokal, ketersediaan bahan bangunan, serta mencerminkan tradisi lokal di suatu wilayah tertentu.

Arsitektur vernakular erat kaitannya pada kemampuan desain dan tradisi pembangunan lokal. Hal inilah yang membuat gaya arsitektur satu ini hadir dengan bentuk bangunan yang unik dengan ciri khas masing-masing di setiap wilayah. Namun, sejak akhir abad ke-19, telah banyak arsitek profesional yang membuat karya dalam versi gaya arsitektur vernakular.

Baca juga: Konsep Rumah Tradisional Indonesia Tahan Bencana

Melansir dari laman vernaculararchitecture.com, istilah vernakular diambil dari kata vernaculus dalam bahasa Latin yang berarti domestik, asli, dan pribumi, serta kata verna yang berarti budak pribumi atau budak rumah-lahir. Dalam arsitektur, vernakular mengacu pada jenis arsitektur yang asli pada waktu atau tempat tertentu alias tidak diimpor atau disalin dari tempat lain.

Arsitektur vernakular juga kerap merepresentasikan arsitektur primitif atau asli, arsitektur adat, arsitektur leluhur atau tradisional, arsitektur pedesaan, arsitektur etnis, arsitektur informal, atau arsitektur tanpa arsitek profesional. Kendati begitu, arsitektur vernakular tidak dapat disamakan dengan arsitektur tradisional, meskipun ada hubungan di antara keduanya.

Paul Oliver dalam bukunya yang berjudul Built to Meet Needs: Cultural Issues in Vernacular Architecture (2006) menuliskan bahwa vernakular sebagai gaya arsitektur yang meliputi tempat tinggal masyarakat dan konstruksi lainnya, berkaitan dengan lingkungan dan sumber daya masing-masing, dan biasanya dibangun oleh pemilik atau masyarakat dengan menggunakan teknik tradisional.

 Hal ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan spesifik, mengakomodasi nilai-nilai, ekonomi, dan gaya hidup budaya setempat.
 

Rumah-rumah di Suku Baduy, Banten. (Sumber gambar: Yulia Agnis/Unsplash)

Rumah-rumah di Suku Baduy, Banten. (Sumber gambar: Yulia Agnis/Unsplash)

Sejarah Arsitektur Vernakular

Meski kini menjadi salah satu tren arsitektur, teori mengenai arsitektur vernakular sejatinya telah ada sejak 1800-an. Hal ini menandakan bahwa arsitektur vernakular bukanlah konsep baru melainkan telah ada sejak zaman dahulu dan masih dianggap relevan sampai saat ini. 

Melansir dari The Spruce, ide mengenai vernakularisme pada bangunan telah muncul dalam Bahasa Inggris sejak 1600-an, sedangkan istilah arsitektur vernakular telah secara eksplisit digunakan sejak tahun 1818. Kala itu, arsitek mulai tertarik menggunakan vernakular dalam teori arsitektur pada awal abad ke-20.

Lalu pada tahun 1964, sebuah pameran foto mengenai arsitektur vernakular bernama Architecture Without Architects digelar di New York Museum of Modern Art (MOMA), dan menjadi momen penting dari masuknya arsitektur vernakular ke dalam ranah high architecture. Pameran ini diselenggarakan oleh Bernard Rudofsky yang memiliki tujuan untuk mengangkat arsitektur vernakular ke dalam kategori beaux-arts.

Arsitektur vernakular mencakup tradisi bangunan budaya yang telah diwariskan selama beberapa generasi. Meskipun gaya dan tekniknya terus berkembang, setiap struktur arsitektur vernakular pada dasarnya bersifat sederhana, hemat biaya, dan berkelanjutan.

Beberapa sejarawan berpendapat bahwa sebagian besar bangunan yang dibangun sebelum pertengahan abad ke-17 dianggap vernakular karena arsitek profesional saat itu tidak turun langsung dalam pembangunan tersebut.
 

Karakteristik Arsitektur Vernakular

Melansir dari laman Arch Daily, dua karakteristik utama dalam arsitektur vernakular ialah tradisi dan kontekstualisasi. Hal itu tertuang dalam buku Arquitetura vernacular: Em busca de uma definição (2017) karya penulis Rubenilson Brazão.

Disebutkan bahwa setiap arsitektur vernakular bersifat tradisional yakni berasal dari suku tertentu dan merupakan hasil proses panjang dari waktu ke waktu, serta selalu berdasarkan bentuk-bentuk yang sudah lazim yang ditetapkan oleh generasi sebelumnya.

Selain itu, arsitektur vernakular juga menghormati kondisi lokal, menonjolkan kepekaannya yang besar terhadap konteks geografis sekitar, termasuk iklim, vegetasi, dan topografi. Seiring waktu, para arsitek profesional menilai bahwa bangunan-bangunan dengan konsep vernakular memberikan karakteristik bioklimatik, yang bisa memaksimalkan efisiensi energi dengan kebisingan pasif dan kontrol termal, sekaligus mengurangi emisi CO2 ke lingkungan.
 

Pengunjung di depan Rumah panggung Balla Lompoa. (Sumber gambar: Unsplash/Andi Hasbi Jaya)

Rumah panggung Balla Lompoa. (Sumber gambar: Unsplash/Andi Hasbi Jaya)

Dari segi iklim misalnya, rumah panggung umumnya dibangun pada daerah yang sering banjir. Demikian pula untuk daerah dengan angin kencang, akan membuat bangunan yang dirancang khusus untuk melindungi mereka dari angin dan melawan arah angin.

Pengaruh iklim pada arsitektur vernakular juga bisa membuat struktur bangunan menjadi sangat kompleks. Struktur bangunan vernakular di wilayah Timur Tengah contohnya, seringkali memiliki halaman di bagian tengah rumah dengan air mancur atau kolam untuk mendinginkan udara.

Hal-hal seperti ini tidak didesain khusus oleh seseorang apalagi arsitek, tetapi muncul akibat trial and error yang telah dirasakan oleh berbagai generasi. Jauh sebelum adanya teori yang dapat menjelaskan bagaimana cara membuat bangunan.

Di samping berkelanjutan, arsitektur vernakular juga menyoroti isu mendasar lainnya yakni mewakili identitas budaya suatu kelompok etnis tertentu, dan menjadi alat untuk mempererat ikatan antara penduduk dengan letak geografisnya. Termasuk, menumbuhkan rasa memiliki terhadap ruang di mana mereka tinggal. Ikatan ini dipandang penting saat ini di tengah sistem budaya individualis yang menonjol di kehidupan modern. 

Selain itu, suasana lingkungan setempat dan bahan konstruksi bangunan juga dapat memberikan aspek tersendiri pada arsitektur vernakular. Daerah dengan banyak pohon biasanya menggunakan kayu sebagai bahan bangunan, sementara daerah tanpa kayu biasanya menggunakan lumpur atau batu sebagai material bangunan.

Di negara Timur biasanya mereka menggunakan bambu untuk membuat bangunan karena di sana bambu sangat berlimpah dan serbaguna. Namun, harus diingat pula bahwa arsitektur vernakular sangat ramah lingkungan dan tidak memakai bahan-bahan alami dari alam secara berlebihan.

Penggunaan material lokal, murah, dan mudah diakses dalam konsep arsitektur vernakular ini dapat memberikan hubungan yang lebih dekat dengan identitas arsitektur. Pada saat yang sama, hal itu juga membawa spirit inklusi, identifikasi, dan keterlibatan komunitas.

Oleh sebab itu, vernakular dianggap sebagai arsitektur yang menghormati dan beradaptasi dengan keterbatasan material dan teknologi lokal, serta merupakan hasil bangunan asli dari lingkungan, masyarakat, dan sejarah suatu wilayah.
 

Beberapa Contoh Bangunan Arsitektur Vernakular

Ada banyak jenis bangunan berkonsep arsitektur vernakular yang bergantung pada keragaman wilayah, iklim, dan budaya. Di Amerika misalnya, dikenal dengan gaya rumah peternakan yang biasanya memiliki denah luas dengan satu lantai. Pertama kali muncul pada 1920-an, rumah peternakan dibangun dengan kombinasi teknik modern dan lokal, salah satunya desain koneksi ke alam terbuka.

Pada beberapa wilayah lainnya di dunia, muncul bangunan berarsitektur vernakular yakni pondok jerami. Ciri utamanya adalah menggunakan atap jerami atau tumbuhan lainnya. Banyak pedesaan di beberapa negara yang mengadopsi desain pondok jerami, diantaranya Jepang dan Indonesia.

Lain halnya dengan masyarakat yang dihidup di lingkungan kutub seperti Alaska, Kanada, dan Greenland. Mereka biasanya membangun rumah yang disebut Igloo, struktur bangunan kubah geodesik yang dibangun dari batu bata salju dan ditumpuk menjadi satu.

Baca juga: Yuk Intip Keunikan Rumah Adat Minahasa

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Cara Memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia

BERIKUTNYA

Garuda Indonesia Akan Gunakan Bioavtur J2.4 di Penerbangan Komersial, Apa Kelebihannya?

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: