Ini Perbedaan Khasiat Madu Hutan & Madu Ternak
05 October 2023 |
16:42 WIB
Madu dikenal sebagai makanan yang memiliki banyak khasiat. Salah satunya adalah madu hutan yang diklaim sebagai bahan alami yang bermanfaat menjaga daya tahan tubuh di tengah cuaca panas dan polusi udara karena memiliki kandungan nutrisi yang melimpah, jauh lebih banyak dibandingkan madu hasil lebah budidaya.
Ketua Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PD POTJI), Inggrit Tania mengatakan, zat antioksidan di dalam madu hutan lebih banyak dibandingkan dengan madu ternak, sehingga bagus sebagai langkah pencegahan agar tidak terkena dampak buruk dari polusi atau cuaca panas. Selain itu, madu hutan juga memiliki khasiat untuk meredakan batuk.
Baca juga:
Lantas, apa yang membedakan madu hutan dengan madu budidaya? Yakni lebah dan sumber nektarnya. Madu hutan dihasilkan oleh lebah berjenis apis dorsata yang memang tidak bisa diternak. Adapun sumber nektarnya adalah tanaman liar yang tumbuh di hutan.
Menurut Inggrit, kualitas nektar tanaman liar lebih bagus daripada nektar tanaman hasil budidaya, karena di dalamnya terkandung banyak senyawa aktif dan enzim yang membuat si tanaman mampu bertahan tanpa intervensi manusia.
“Prinsipnya, segala macam makhluk hidup atau tumbuhan liar biasanya lebih baik dibandingkan dengan yang budidaya," tuturnya.
Baca juga: Tiga Pengobatan Kanker Darah Ini Beri Harapan Hidup Pasien Lebih Tinggi
Selain itu, karena makhluk hidup harus mampu bertahan melawan kerasnya lingkungan, jadi dia memiliki metabolisme sekunder dan senyawa aktif yang lebih banyak. Dan secara umum, karena tumbuhan penghasil nektarnya semakin tangguh, maka madu yang dihasilkan akan semakin bagus.
Inggrit menambahkan bahwa lebah hutan memperoleh nektar dari berbagai macam tanaman liar (multinektar), tidak seperti lebah budidaya yang umumnya mendapatkan nektar dari sumber dominan. Bahkan, lebah hutan diyakini mampu mencari sumber nektar sejauh belasan kilometer dari sarangnya.
“Kita tidak bisa bilang bahwa madu hutan lebih baik daripada madu budidaya. Tapi, kita bisa bilang bahwa madu hutan itu 100 persen alamiah atau organik, tanpa ada campuran kimia sintetik. Karena jenis lebahnya juga beda, lebah hutan tidak bisa dibudidaya,” ucapnya.
Menurutnya, khasiat antara dua jenis madu itu sebenarnya tidak jauh berbeda sebab keduanya baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh hingga mengobati gangguan kesehatan tertentu. Namun, khusus untuk anak-anak, Inggrit menyoroti khasiat tersendiri yang dimiliki oleh madu hutan.
“Madu hutan bagus untuk anak karena memiliki kandungan enzim dan senyawa aktif yang melimpah. Dia bisa memberikan tambahan nutrisi, meningkatkan daya tahan tubuh, sampai mengobati batuk. Bahkan di Inggris, madu itu dianjurkan bagi anak-anak yang menderita batuk akibat COVID-19. Dan kalau anak sehat, nafsu makannya semakin baik” paparnya.
Inggrit juga tidak mempermasalahkan produk olahan madu yang dicampur dengan herbal lain. Sebab, manfaat dari madu atau herbal tersebut tidak akan berkurang, bahkan bisa saling menguatkan, asalkan diolah dengan baik dan benar.
Di antara cara paling mudah untuk mengetahui suatu produk diolah dengan benar adalah produk tersebut sudah mengantongi izin Badan Pengelola Obat dan Makanan (BPOM) dan memiliki label SNI (Standar Nasional Indonesia) di kemasannya.
“Kalau sudah ada label-label itu, artinya dia diproses sesuatu standar mutu. Adanya label perizinan juga masmtikan bahwa madu di dalamnya asli. Karena untuk memastikan madu asli atau palsu, harus ada uji laboratorium dan itu tidak bisa dilakukan oleh semua orang," ucapnya.
Salah satu perusahaan yang memanfaatkan madu hutan untuk multivitamin herbal adalah CV Bumi Wijaya Cilacap Jawa Tengah.
Tatang Mulyadi, Direktur Bumi Wijaya mengatakan, perusahaannya mengolah bahan baku madu hutan dicampur dengan beberapa tanaman herbal seperti curcuma, jahe merah, biji adas, dan kencur untuk multivitamin menjaga kesehatan.
Seperti yang disampaikan Inggrit, Tatang membenarkan bahwa olahan madu hutan dicampur dengan tanaman herbal memberi manfaat yang baik untuk kesehatan.
"Madu hutan dan tanaman herbal adalah kombinasi tepat dan memberi dampak manfaat yang baik untuk memelihara kesehatan. Yang penting, rasanya juga diterima masyarakat,” katanya.
Adapun, beberapa produk madu hutan olahan Bumi Wijaya yang beredar di pasaran adalah Fluba Anaba, Gizidat, dan Freshmag. Penerimaan pasar yang baik terhadap produk herbal berbahan utama madu hutan didukung oleh tren penjualan digital yang trennya semakin naik.
Fluba Anaba yang dikenalkan Bumi Wijaya pada 2021 mengalami kenaikan penjualan yang signifikan dalam dua tahun terakhir. Hingga Agustus 2023 penjualan Fluba Anaba tembus 10.000 per bulan dan pertumbuhan penjualan terjaga 5-7 persen per bulan.
"Penjualan Fluba Anaba sangat diterima lewat e-commerce seperti Shopee, Lazada, dan Tokopedia," kata Danica Dwi Prahesti, Data Analis PT Sentir Lengo Potro (SLP), Distributor Utama Fluba Anaba.
Menurut Danica, diterimanya produk herbal karena masyarakat makin memperhatikan kesehatan pascapandemi Covid-19 dan memburuknya kondisi lingkungan seperti polusi udara dan perubahan iklim. Konsumen produk herbal, lanjut Danica, lebih memilih obat-obat herbal yang tidak memberi efek samping dan memberi efek penyembuhan yang efektif terhadap penyakit yang diderita.
Inggrit pun membagikan sejumlah tips agar bisa mendapatkan khasiat penuh setelah mengonsumsi madu. Pertama, pastikan mengonsumsi madu yang asli dan jangan berlebihan. "Sisanya tidak ada pantangan untuk lebih baik sesudah atau sebelum makan,” saran Inggrit.
Editor: Indyah Sutriningrum
Ketua Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PD POTJI), Inggrit Tania mengatakan, zat antioksidan di dalam madu hutan lebih banyak dibandingkan dengan madu ternak, sehingga bagus sebagai langkah pencegahan agar tidak terkena dampak buruk dari polusi atau cuaca panas. Selain itu, madu hutan juga memiliki khasiat untuk meredakan batuk.
Baca juga:
Lantas, apa yang membedakan madu hutan dengan madu budidaya? Yakni lebah dan sumber nektarnya. Madu hutan dihasilkan oleh lebah berjenis apis dorsata yang memang tidak bisa diternak. Adapun sumber nektarnya adalah tanaman liar yang tumbuh di hutan.
Menurut Inggrit, kualitas nektar tanaman liar lebih bagus daripada nektar tanaman hasil budidaya, karena di dalamnya terkandung banyak senyawa aktif dan enzim yang membuat si tanaman mampu bertahan tanpa intervensi manusia.
“Prinsipnya, segala macam makhluk hidup atau tumbuhan liar biasanya lebih baik dibandingkan dengan yang budidaya," tuturnya.
Baca juga: Tiga Pengobatan Kanker Darah Ini Beri Harapan Hidup Pasien Lebih Tinggi
Selain itu, karena makhluk hidup harus mampu bertahan melawan kerasnya lingkungan, jadi dia memiliki metabolisme sekunder dan senyawa aktif yang lebih banyak. Dan secara umum, karena tumbuhan penghasil nektarnya semakin tangguh, maka madu yang dihasilkan akan semakin bagus.
Inggrit menambahkan bahwa lebah hutan memperoleh nektar dari berbagai macam tanaman liar (multinektar), tidak seperti lebah budidaya yang umumnya mendapatkan nektar dari sumber dominan. Bahkan, lebah hutan diyakini mampu mencari sumber nektar sejauh belasan kilometer dari sarangnya.
“Kita tidak bisa bilang bahwa madu hutan lebih baik daripada madu budidaya. Tapi, kita bisa bilang bahwa madu hutan itu 100 persen alamiah atau organik, tanpa ada campuran kimia sintetik. Karena jenis lebahnya juga beda, lebah hutan tidak bisa dibudidaya,” ucapnya.
Menurutnya, khasiat antara dua jenis madu itu sebenarnya tidak jauh berbeda sebab keduanya baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh hingga mengobati gangguan kesehatan tertentu. Namun, khusus untuk anak-anak, Inggrit menyoroti khasiat tersendiri yang dimiliki oleh madu hutan.
“Madu hutan bagus untuk anak karena memiliki kandungan enzim dan senyawa aktif yang melimpah. Dia bisa memberikan tambahan nutrisi, meningkatkan daya tahan tubuh, sampai mengobati batuk. Bahkan di Inggris, madu itu dianjurkan bagi anak-anak yang menderita batuk akibat COVID-19. Dan kalau anak sehat, nafsu makannya semakin baik” paparnya.
Inggrit juga tidak mempermasalahkan produk olahan madu yang dicampur dengan herbal lain. Sebab, manfaat dari madu atau herbal tersebut tidak akan berkurang, bahkan bisa saling menguatkan, asalkan diolah dengan baik dan benar.
Di antara cara paling mudah untuk mengetahui suatu produk diolah dengan benar adalah produk tersebut sudah mengantongi izin Badan Pengelola Obat dan Makanan (BPOM) dan memiliki label SNI (Standar Nasional Indonesia) di kemasannya.
“Kalau sudah ada label-label itu, artinya dia diproses sesuatu standar mutu. Adanya label perizinan juga masmtikan bahwa madu di dalamnya asli. Karena untuk memastikan madu asli atau palsu, harus ada uji laboratorium dan itu tidak bisa dilakukan oleh semua orang," ucapnya.
Salah satu perusahaan yang memanfaatkan madu hutan untuk multivitamin herbal adalah CV Bumi Wijaya Cilacap Jawa Tengah.
Tatang Mulyadi, Direktur Bumi Wijaya mengatakan, perusahaannya mengolah bahan baku madu hutan dicampur dengan beberapa tanaman herbal seperti curcuma, jahe merah, biji adas, dan kencur untuk multivitamin menjaga kesehatan.
Ilustrasi lebah madu (Sumber gambar: Pexels/Anete Lusina)
Seperti yang disampaikan Inggrit, Tatang membenarkan bahwa olahan madu hutan dicampur dengan tanaman herbal memberi manfaat yang baik untuk kesehatan.
"Madu hutan dan tanaman herbal adalah kombinasi tepat dan memberi dampak manfaat yang baik untuk memelihara kesehatan. Yang penting, rasanya juga diterima masyarakat,” katanya.
Adapun, beberapa produk madu hutan olahan Bumi Wijaya yang beredar di pasaran adalah Fluba Anaba, Gizidat, dan Freshmag. Penerimaan pasar yang baik terhadap produk herbal berbahan utama madu hutan didukung oleh tren penjualan digital yang trennya semakin naik.
Fluba Anaba yang dikenalkan Bumi Wijaya pada 2021 mengalami kenaikan penjualan yang signifikan dalam dua tahun terakhir. Hingga Agustus 2023 penjualan Fluba Anaba tembus 10.000 per bulan dan pertumbuhan penjualan terjaga 5-7 persen per bulan.
"Penjualan Fluba Anaba sangat diterima lewat e-commerce seperti Shopee, Lazada, dan Tokopedia," kata Danica Dwi Prahesti, Data Analis PT Sentir Lengo Potro (SLP), Distributor Utama Fluba Anaba.
Menurut Danica, diterimanya produk herbal karena masyarakat makin memperhatikan kesehatan pascapandemi Covid-19 dan memburuknya kondisi lingkungan seperti polusi udara dan perubahan iklim. Konsumen produk herbal, lanjut Danica, lebih memilih obat-obat herbal yang tidak memberi efek samping dan memberi efek penyembuhan yang efektif terhadap penyakit yang diderita.
Inggrit pun membagikan sejumlah tips agar bisa mendapatkan khasiat penuh setelah mengonsumsi madu. Pertama, pastikan mengonsumsi madu yang asli dan jangan berlebihan. "Sisanya tidak ada pantangan untuk lebih baik sesudah atau sebelum makan,” saran Inggrit.
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.