Penyebab dan Cara Menangani Panic Attack
27 September 2023 |
14:07 WIB
1
Like
Like
Like
Serangan panik atau panic attack adalah episode rasa takut yang intens dan terjadi tiba-tiba tanpa ada pemicu yang berarti. Dalam beberapa kasus, sebagian orang mengira gejala panik sebagai serangan jantung. Akan tetapi, keduanya adalah berbeda.
Laman Kemenkes mendefinisikan panic attack sebagai gangguan kecemasan yang ditandai serangan panik berulang dan biasanya pengidapnya akan merasakan jantungnya berdebar, sesak napas, dan gemetar.
Gejala lain yang biasanya muncul ialah nyeri dada, sulit menelan, merasa lemah, berkeringat, kesemutan, bahkan merasa kematian jadi tampak dekat. Serangan panik tidak mengancam nyawa. Namun gejalanya mungkin mirip dengan kondisi kesehatan lain yang mengancam jiwa, seperti serangan jantung.
Gangguan kepanikan ini umumnya hanya terjadi beberapa saat dan akan hilang tergantung dari situasinya. Orang berusia 18 tahun hingga 45 punya potensi yang sama mengalami serangan panik, tetapi lebih sering menimpa mereka yang menginjak umur 20-an.
Hingga saat ini, serangan panik belum dapat dipastikan dengan jelas penyebabnya, baik yang terjadi pada remaja hingga dewasa. Namun, sebagaimana gangguan jiwa lain, setidaknya ada tiga faktor yang kerap memengaruhi hal ini.
Pertama adalah biologis, yakni ada genetik atau penyakit sistemik, hingga diabetes yang tidak terkendali bisa jadi pemicu. Kedua adalah faktor psikoedukatif, yakni perkembangan kepribadian seseorang sejak dia bayi hingga saat ini. Ketiga, adalah faktor sosiokultural, yakni lingkungan kecil hingga kini yang dapat memengaruhi rasa stresnya.
Adanya trauma mendalam yang pernah dialami, juga kerap menimbulkan kecemasan saat tubuh merasa berada dalam situasi yang sama. Beberapa pengalaman hidup buruk, seperti perceraian, kematian, pekerjaan baru, juga jadi stresor,
“Pola hidup tidak sehat, merokok, konsumsi kopi secara berlebihan dan mengonsumsi obat-obatan juga dapat menimbulkan gangguan panik,” tulis Kemenkes dikutip Hypeabis.id, Sabtu (23/9).
Pengalaman setiap orang ketika mengalami serangan panik dapat berbeda-beda. Tapi yang pasti, situasinya sama sekali tak menyenangkan. Walau terasa menakutkan, penting bagi kita untuk ingat bahwa panic attack akan berlalu.
Jika Genhype pernah mengalami situasi tersebut bahkan hingga sekarang, ada beberapa cara untuk menangani permasalahan ini. mengutip dari Healthline, berikut saran yang bisa jadi panduannya.
Terapi perilaku kognitif (CBT) dan jenis konseling lain dapat membantu orang yang mengalami serangan panik. CBT bertujuan untuk membantu seseorang mengubah cara pandang dalam melihat situasi yang menakutkan.
CBT dapat membantu seseorang mengelola gejala mereka secara lebih baik dengan proses berpikirnya sendiri. Terapi ini bisa memengaruhi struktur otak yang bertanggung jawab atas gejala panik.
Namun, tentu hal ini perlu konsultasi terlebih dahulu dengan ahli. Penanganan dan metode yang dipakai bisa jadi akan berbeda-beda, sesuai kondisi masing-masing.
Jika serangan panik terjadi beberapa kali, ahli medis bisa saja memberikan resep obat yang bisa mengurangi gangguan kecemasan. Namun, selalu pastikan setiap keputusan bersama dokter, bahkan dalam hal pemberhentian penggunaan obat sekali pun.
Di sisi lain, perlu dipahami bahwa serangan panik yang terjadi sesekali sebenarnya tak membutuhkan penanganan seperti obat. Oleh karena itu, perlu diagnosis medis yang tepat.
Meski serangan panik terkadang menimbulkan rasa takut, melakukan beberapa teknik pernapasan bisa membantu mengurangi gejala panik. Mereka yang melatih teknik pernapasan dalam itu mengalami peningkatan tingkat perhatian dan emosional, termasuk dalam menghadapi panic attack.
Jika Genhype mengendalikan pernapasan, kecil kemungkinan mengalami hiperventilasi. Mengatur napas bisa meningkatkan perasaan relaksasi, kenyamanan, dan kewaspadaan.
Jika telah mengalami serangan panik beberapa kali, umumnya orang tersebut akan sudah paham. Ini penting, dengan menyadari seseorang sedang mengalami serangan panik, kepanikan bisa sedikit dicegah dan dikendalikan.
Singkirkan rasa takut akan malapetaka yang datang. Sebab, gejala ini hanya serangan panik, bukan serangan jantung. Tapi, pastikan terlebih rekam medisnya, ya. Hal ini akan memungkinkan seseorang fokus pada pengurangan gejala dibanding rasa panik.
Beberapa serangan panik datang dari pemicu yang terjadi di sekitar lokasi. Jika seseorang sedang berada di lingkungan kerumunan atau orang yang sibuk berlalu lalang, segeralah menutup mata.
Hal ini akan mengurangi rangsangan dari situasi luar ke dalam diri. Segeralah fokus pada pernapasan dan kendalikan kepanikan setelahnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Laman Kemenkes mendefinisikan panic attack sebagai gangguan kecemasan yang ditandai serangan panik berulang dan biasanya pengidapnya akan merasakan jantungnya berdebar, sesak napas, dan gemetar.
Gejala lain yang biasanya muncul ialah nyeri dada, sulit menelan, merasa lemah, berkeringat, kesemutan, bahkan merasa kematian jadi tampak dekat. Serangan panik tidak mengancam nyawa. Namun gejalanya mungkin mirip dengan kondisi kesehatan lain yang mengancam jiwa, seperti serangan jantung.
Gangguan kepanikan ini umumnya hanya terjadi beberapa saat dan akan hilang tergantung dari situasinya. Orang berusia 18 tahun hingga 45 punya potensi yang sama mengalami serangan panik, tetapi lebih sering menimpa mereka yang menginjak umur 20-an.
Hingga saat ini, serangan panik belum dapat dipastikan dengan jelas penyebabnya, baik yang terjadi pada remaja hingga dewasa. Namun, sebagaimana gangguan jiwa lain, setidaknya ada tiga faktor yang kerap memengaruhi hal ini.
Pertama adalah biologis, yakni ada genetik atau penyakit sistemik, hingga diabetes yang tidak terkendali bisa jadi pemicu. Kedua adalah faktor psikoedukatif, yakni perkembangan kepribadian seseorang sejak dia bayi hingga saat ini. Ketiga, adalah faktor sosiokultural, yakni lingkungan kecil hingga kini yang dapat memengaruhi rasa stresnya.
Adanya trauma mendalam yang pernah dialami, juga kerap menimbulkan kecemasan saat tubuh merasa berada dalam situasi yang sama. Beberapa pengalaman hidup buruk, seperti perceraian, kematian, pekerjaan baru, juga jadi stresor,
“Pola hidup tidak sehat, merokok, konsumsi kopi secara berlebihan dan mengonsumsi obat-obatan juga dapat menimbulkan gangguan panik,” tulis Kemenkes dikutip Hypeabis.id, Sabtu (23/9).
Ilustrasi menangani panik (Sumber gambar: Unsplash/Daniel Lezuch)
Cara Menangani Panic Attack
Pengalaman setiap orang ketika mengalami serangan panik dapat berbeda-beda. Tapi yang pasti, situasinya sama sekali tak menyenangkan. Walau terasa menakutkan, penting bagi kita untuk ingat bahwa panic attack akan berlalu.Jika Genhype pernah mengalami situasi tersebut bahkan hingga sekarang, ada beberapa cara untuk menangani permasalahan ini. mengutip dari Healthline, berikut saran yang bisa jadi panduannya.
1. Carilah Konseling
Terapi perilaku kognitif (CBT) dan jenis konseling lain dapat membantu orang yang mengalami serangan panik. CBT bertujuan untuk membantu seseorang mengubah cara pandang dalam melihat situasi yang menakutkan.CBT dapat membantu seseorang mengelola gejala mereka secara lebih baik dengan proses berpikirnya sendiri. Terapi ini bisa memengaruhi struktur otak yang bertanggung jawab atas gejala panik.
Namun, tentu hal ini perlu konsultasi terlebih dahulu dengan ahli. Penanganan dan metode yang dipakai bisa jadi akan berbeda-beda, sesuai kondisi masing-masing.
2. Minum Obat
Jika serangan panik terjadi beberapa kali, ahli medis bisa saja memberikan resep obat yang bisa mengurangi gangguan kecemasan. Namun, selalu pastikan setiap keputusan bersama dokter, bahkan dalam hal pemberhentian penggunaan obat sekali pun.Di sisi lain, perlu dipahami bahwa serangan panik yang terjadi sesekali sebenarnya tak membutuhkan penanganan seperti obat. Oleh karena itu, perlu diagnosis medis yang tepat.
3. Pahami Teknik Pernapasan
Meski serangan panik terkadang menimbulkan rasa takut, melakukan beberapa teknik pernapasan bisa membantu mengurangi gejala panik. Mereka yang melatih teknik pernapasan dalam itu mengalami peningkatan tingkat perhatian dan emosional, termasuk dalam menghadapi panic attack.Jika Genhype mengendalikan pernapasan, kecil kemungkinan mengalami hiperventilasi. Mengatur napas bisa meningkatkan perasaan relaksasi, kenyamanan, dan kewaspadaan.
4. Pahami Kondisi Diri
Jika telah mengalami serangan panik beberapa kali, umumnya orang tersebut akan sudah paham. Ini penting, dengan menyadari seseorang sedang mengalami serangan panik, kepanikan bisa sedikit dicegah dan dikendalikan.Singkirkan rasa takut akan malapetaka yang datang. Sebab, gejala ini hanya serangan panik, bukan serangan jantung. Tapi, pastikan terlebih rekam medisnya, ya. Hal ini akan memungkinkan seseorang fokus pada pengurangan gejala dibanding rasa panik.
5. Menutup Mata dan Fokus
Beberapa serangan panik datang dari pemicu yang terjadi di sekitar lokasi. Jika seseorang sedang berada di lingkungan kerumunan atau orang yang sibuk berlalu lalang, segeralah menutup mata.Hal ini akan mengurangi rangsangan dari situasi luar ke dalam diri. Segeralah fokus pada pernapasan dan kendalikan kepanikan setelahnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.