Kebakaran di Museum Nasional Mengundang Curiga Pemerhati Sejarah
19 September 2023 |
20:30 WIB
Kebakaran yang terjadi di Gedung A Museum Nasional Indonesia (MNI) pada Sabtu (16/9/2023) lalu menuai sorotan para pemerhati benda atau peninggalan besejarah. Indikasi adanya unsur kesengajaan hingga risiko pencurian pun mencuat.
Pendiri Komunias Historia Indonesia (KHI) Asep Kambali menyampaikan kebakaran menjadi salah satu modus yang biasa dilakukan untuk mencuri benda bersejarah di museum. “Saya curiga, jangan-jangan ini ada pencurian besar-besaran untuk menghilangkan jejak, sudah kita bikin kebakaran saja. Jadi enggak ketahuan tuh yang hilang yang mana,” ujarnya saat dihubungi Hypeabis.id, Selasa (19/9/2023).
Baca juga: Ini Kata Kepolisian Tentang Barang Koleksi Museum Nasional Indonesia di Gedung yang Terbakar
Sejauh ini, kepolisian masih menyelidiki penyebab kebakaran museum tersebut. Puluhan saksi telah diperiksa untuk mencari titik terang dari perkara ini. Termasuk menelusuri unsur pidana dalam insiden tersebut.
Asep melanjutkan bahwa modus pencurian yang terjadi di museum juga bisa berupa pemalsuan koleksi melalui pemadaman lampu. Oleh karena itu, Asep meminta agar sistem keamanan di museum baik yang dikelola pemerintah maupun swasta ditingkatkan dan diperketat.
Dia menilai, sekelas Museum Nasional seharusnya memiliki sistem keamanan yang ketat dan canggih, lebih dari perbankan. Pasalnya, museum tersebut menyimpan koleksi benda bersejarah yang tidak ternilai harganya dan tidak tergantikan.
“Makanya sistem keamanan di museum harus lebih canggih daripada minimarket. Minimarket diawasi CCTV, museum kadang gak ada CCTV,” singgungnya.
Setiap museum wajib memiliki sprinkler atau penyiram api yang bisa mendeteksi asap maupun api secara cepat, meskipun gedung tempat penyimpanan koleksi bersejarah tersebut terbilang tua. “Kasus museum nasional, jangan-jangan tidak ada sprinkler,” ucap Asep menduga.
Selain itu, penting adanya keberadaan hydrant yang mudah dijangkau petugas pemadam. Dengan demikian, jika terjadi kebakaran, petugas bisa langsung menyalurkan air dari hydrant menggunaan selang, tanpa harus memasukkan mobil pemadam ke area gedung.
Keberadaan alat pemadam api ringan (APAR) juga patut diperhitungkan. Asep menyarankan agar setiap ruangan setidaknya memiliki 1-2 APAR yang mudah dijangkau. “Kalau di dalam ruangan tiba-tiba ada api, petugas museum bisa membantu memadamkan tanpa menunggu petugas damkar,” jealasnya.
Training pelatihan pemadaman api menjadi tamabahan. Menurut Asep perlu dilakukan secara berkala, terutama kepada petugas museum hingga pengunjung.
Sistem air conditioning jangan dilewatkan demi keamanan, kenyamanan, dan keselamatan pengunjung. Asep menuturkan bahwa koleksi bersejarah biasanya berjamur. Oleh karena itu, sistem penyejuk udara menjadi penting, termasuk membuat suhu ruang tidak panas demi menjaga barang koleksi tetap awet.
Plt. Kepala Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (MCB) Ahmad Mahendra sebelumnya menyampaikan sebanyak 817 barang koleksi di Gedung A Museum Nasional rusak ringan maupun berat. Mayoritas ratusan koleksi benda bersejarah yang terdampak kebakaran itu berbahan perunggu, keramik, dan terakota.
“Ada juga kayu serta koleksi minatur dan replika benda prasejarah yang ditemukan dalam kondisi utuh maupun rusak ringan sampai berat,” katanya dalam siaran pers.
Sejauh ini, MCB belum dapat memberi rincian atas koleksi yang terdampak kebakaran Sabtu lalu. Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Kepolisian Republik Indonesia dikabarkan tengah melakukan investigasi.
Baca juga: Museum Nasional Indonesia Kebakaran, 817 Koleksi Rusak Ringan dan Berat
Editor: Dika Irawan
Pendiri Komunias Historia Indonesia (KHI) Asep Kambali menyampaikan kebakaran menjadi salah satu modus yang biasa dilakukan untuk mencuri benda bersejarah di museum. “Saya curiga, jangan-jangan ini ada pencurian besar-besaran untuk menghilangkan jejak, sudah kita bikin kebakaran saja. Jadi enggak ketahuan tuh yang hilang yang mana,” ujarnya saat dihubungi Hypeabis.id, Selasa (19/9/2023).
Baca juga: Ini Kata Kepolisian Tentang Barang Koleksi Museum Nasional Indonesia di Gedung yang Terbakar
Sejauh ini, kepolisian masih menyelidiki penyebab kebakaran museum tersebut. Puluhan saksi telah diperiksa untuk mencari titik terang dari perkara ini. Termasuk menelusuri unsur pidana dalam insiden tersebut.
Asep melanjutkan bahwa modus pencurian yang terjadi di museum juga bisa berupa pemalsuan koleksi melalui pemadaman lampu. Oleh karena itu, Asep meminta agar sistem keamanan di museum baik yang dikelola pemerintah maupun swasta ditingkatkan dan diperketat.
Dia menilai, sekelas Museum Nasional seharusnya memiliki sistem keamanan yang ketat dan canggih, lebih dari perbankan. Pasalnya, museum tersebut menyimpan koleksi benda bersejarah yang tidak ternilai harganya dan tidak tergantikan.
“Makanya sistem keamanan di museum harus lebih canggih daripada minimarket. Minimarket diawasi CCTV, museum kadang gak ada CCTV,” singgungnya.
Setiap museum wajib memiliki sprinkler atau penyiram api yang bisa mendeteksi asap maupun api secara cepat, meskipun gedung tempat penyimpanan koleksi bersejarah tersebut terbilang tua. “Kasus museum nasional, jangan-jangan tidak ada sprinkler,” ucap Asep menduga.
Selain itu, penting adanya keberadaan hydrant yang mudah dijangkau petugas pemadam. Dengan demikian, jika terjadi kebakaran, petugas bisa langsung menyalurkan air dari hydrant menggunaan selang, tanpa harus memasukkan mobil pemadam ke area gedung.
Keberadaan alat pemadam api ringan (APAR) juga patut diperhitungkan. Asep menyarankan agar setiap ruangan setidaknya memiliki 1-2 APAR yang mudah dijangkau. “Kalau di dalam ruangan tiba-tiba ada api, petugas museum bisa membantu memadamkan tanpa menunggu petugas damkar,” jealasnya.
Training pelatihan pemadaman api menjadi tamabahan. Menurut Asep perlu dilakukan secara berkala, terutama kepada petugas museum hingga pengunjung.
Sistem air conditioning jangan dilewatkan demi keamanan, kenyamanan, dan keselamatan pengunjung. Asep menuturkan bahwa koleksi bersejarah biasanya berjamur. Oleh karena itu, sistem penyejuk udara menjadi penting, termasuk membuat suhu ruang tidak panas demi menjaga barang koleksi tetap awet.
Plt. Kepala Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (MCB) Ahmad Mahendra sebelumnya menyampaikan sebanyak 817 barang koleksi di Gedung A Museum Nasional rusak ringan maupun berat. Mayoritas ratusan koleksi benda bersejarah yang terdampak kebakaran itu berbahan perunggu, keramik, dan terakota.
“Ada juga kayu serta koleksi minatur dan replika benda prasejarah yang ditemukan dalam kondisi utuh maupun rusak ringan sampai berat,” katanya dalam siaran pers.
Sejauh ini, MCB belum dapat memberi rincian atas koleksi yang terdampak kebakaran Sabtu lalu. Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Kepolisian Republik Indonesia dikabarkan tengah melakukan investigasi.
Baca juga: Museum Nasional Indonesia Kebakaran, 817 Koleksi Rusak Ringan dan Berat
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.