Imbas Persaingan Dagang Online, IKAPPI Sebut Sejumlah Pasar Turun Omzet Sebesar 60 Persen
19 September 2023 |
16:20 WIB
Persaingan dagang di platform ecommerce serta kian masifnya aktivitas belanja online di kalangan masyarakat membuat para penjual konvensional gigit jari. Salah satu yang terdampak adalah para pedagang di Pasar Tanah Abang. Tak sedikit penjual yang kesulitan untuk bersaing bahkan terpaksa bisnisnya harus gulung tikar.
Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menemukan bahwa adanya penurunan omzet sebesar 60 persen secara keseluruhan yang dialami oleh pasar-pasar tekstil di berbagai daerah di Indonesia. Sementara untuk pasar tematik seperti Tanah Abang mengalami penurunan hingga 75 persen.
Baca juga: 82% Konsumen Indonesia Belanja Elektronik, Rumah Tangga, & Kesehatan di E-commerce
Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI Reynaldi Sarijowan mengatakan tak hanya di Tanah Abang, sejumlah pedagang tekstil di berbagai daerah termasuk di pasar-pasar tradisional juga mengalami kebangkrutan.
Salah satu penyebabnya, paparnya, saat ini para pedagang konvensional berhadapan dengan media sosial yang menjual barang-barang dari luar negeri mulai dari China, Thailand, dan lain-lain. Sedangkan, pemerintah juga dinilai tidak melakukan advokasi pendampingan terhadap pedagang untuk melakukan penjualan di platform social commerce.
Di sisi lain, Reynaldi juga menuturkan para pedagang konvensional harus berhadapan dengan gempuran produk luar negeri yang harganya jauh lebih murah daripada produk dalam negeri.
"Disini kehadiran pemerintah diharapkan dan mencari solusi agar ada titik temu antara modernisasi berjualan dapat juga digunakan oleh pedagang-pedagang kita yang masih kecil," katanya melalui keterangan resmi, Selasa (19/9/2023).
Oleh karena itu, Reynaldi berharap pemerintah bisa bekerja sama dengan sejumlah pihak social commerce baik itu TikTok, Shopee, dan beberapa aplikasi lainnya untuk dapat mendorong algoritma pedagang-pedagang UMKM lokal dapat diperkuat.
Dia meyakini bahwa jika ada keberpihakan dari pemerintah untuk dapat mendorong agar aplikasi-aplikasi tersebut justru menampakkan keunggulan UMKM lokal atau produk dalam negeri, itu akan bisa membantu masyarakat atau UMKM untuk bertahan.
"Kita harapkan agar pemerintah melakukan upaya serius dalam menjaga agar eksistensi pasar tradisional yang mengutamakan tawar-menawar dan silaturahmi tetap terjaga walaupun di online shop," imbuhnya.
Isu tentang banyaknya pedagang konvensional yang gulung tikar akibat persaingan dagang di media sosial dan e-commerce belakangan memang menjadi topik perbincangan hangat. Isu ini mencuat berkat salah satu pedagang pakaian di Tanah Abang yang mengungkapkan keluhannya di TikTok melalui akun @boutiq_jakarta.
Dalam akun TikTok @boutiq_jakarta, diceritakan Pasar Tanah Abang kini makin sepi pembeli. Para pedagang mengungkapkan pasokan barang yang terus datang, tetapi jumlah pembelian terus berkurang setiap harinya.
“Pasar pun sudah pindah alam, sudah banyak orang nyaman dengan belanja daring. [Belanja] luring pun menjadi korban, setiap hari pasar sepi pengunjung,” tulis akun TikTok @boutiq_jakarta.
Para pedagang pun kini berusaha untuk mengikuti cara berjualan para artis yakni dengan menggunakan live shopping atau live streaming melalui platform media sosial seperti TikTok. Namun, upaya tersebut acapkali berujung nihil. Hal yang dirasakan para artis tidak berlaku sama dengan mereka.
“Sangking sepinya pasar offline, kita [yang] bukan artis live pun tidak ada yang menonton. Kenapa ya sekarang orang pada tidak mau datang lagi ke pasar,” ujar akun tersebut.
Pedagang pun mengeluhkan sepinya pengunjung membuat gaji mereka dikurangi. Alhasil, biaya operasional para pedagang menjadi lebih tinggi daripada pemasukan. “Habis dan malah menombok,” ujar pedagang di akun TikTok tersebut.
Lebih lanjut, hal ini juga berdampak pada para pekerja di sekitar Pasar Tanah Abang seperti para porter hingga penjual makanan. Oleh karena itu, mereka pun berharap agar pemerintah terutama Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk lebih memerhatikan nasib para pedagang terutama para pedagang UMKM.
Selain itu, mereka juga berharap para pelanggan yang ada di daerah juga kembali berbelanja di Pasar Tanah Abang. “Jangan dibiarkan berlarut seperti ini. Pak Presiden, kami toko offline tidak dibunuh tetapi dibiarkan mati secara perlahan,” ujar akun tersebut.
Baca juga: Tren Live Selling Makin Populer, Perlu Ada Regulasi Khusus?
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menemukan bahwa adanya penurunan omzet sebesar 60 persen secara keseluruhan yang dialami oleh pasar-pasar tekstil di berbagai daerah di Indonesia. Sementara untuk pasar tematik seperti Tanah Abang mengalami penurunan hingga 75 persen.
Baca juga: 82% Konsumen Indonesia Belanja Elektronik, Rumah Tangga, & Kesehatan di E-commerce
Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI Reynaldi Sarijowan mengatakan tak hanya di Tanah Abang, sejumlah pedagang tekstil di berbagai daerah termasuk di pasar-pasar tradisional juga mengalami kebangkrutan.
Salah satu penyebabnya, paparnya, saat ini para pedagang konvensional berhadapan dengan media sosial yang menjual barang-barang dari luar negeri mulai dari China, Thailand, dan lain-lain. Sedangkan, pemerintah juga dinilai tidak melakukan advokasi pendampingan terhadap pedagang untuk melakukan penjualan di platform social commerce.
Di sisi lain, Reynaldi juga menuturkan para pedagang konvensional harus berhadapan dengan gempuran produk luar negeri yang harganya jauh lebih murah daripada produk dalam negeri.
"Disini kehadiran pemerintah diharapkan dan mencari solusi agar ada titik temu antara modernisasi berjualan dapat juga digunakan oleh pedagang-pedagang kita yang masih kecil," katanya melalui keterangan resmi, Selasa (19/9/2023).
Oleh karena itu, Reynaldi berharap pemerintah bisa bekerja sama dengan sejumlah pihak social commerce baik itu TikTok, Shopee, dan beberapa aplikasi lainnya untuk dapat mendorong algoritma pedagang-pedagang UMKM lokal dapat diperkuat.
Dia meyakini bahwa jika ada keberpihakan dari pemerintah untuk dapat mendorong agar aplikasi-aplikasi tersebut justru menampakkan keunggulan UMKM lokal atau produk dalam negeri, itu akan bisa membantu masyarakat atau UMKM untuk bertahan.
"Kita harapkan agar pemerintah melakukan upaya serius dalam menjaga agar eksistensi pasar tradisional yang mengutamakan tawar-menawar dan silaturahmi tetap terjaga walaupun di online shop," imbuhnya.
Ilustrasi salah satu toko di pasar. (Sumber gambar: Shot Ed/Unsplash)
Dalam akun TikTok @boutiq_jakarta, diceritakan Pasar Tanah Abang kini makin sepi pembeli. Para pedagang mengungkapkan pasokan barang yang terus datang, tetapi jumlah pembelian terus berkurang setiap harinya.
“Pasar pun sudah pindah alam, sudah banyak orang nyaman dengan belanja daring. [Belanja] luring pun menjadi korban, setiap hari pasar sepi pengunjung,” tulis akun TikTok @boutiq_jakarta.
Para pedagang pun kini berusaha untuk mengikuti cara berjualan para artis yakni dengan menggunakan live shopping atau live streaming melalui platform media sosial seperti TikTok. Namun, upaya tersebut acapkali berujung nihil. Hal yang dirasakan para artis tidak berlaku sama dengan mereka.
“Sangking sepinya pasar offline, kita [yang] bukan artis live pun tidak ada yang menonton. Kenapa ya sekarang orang pada tidak mau datang lagi ke pasar,” ujar akun tersebut.
Pedagang pun mengeluhkan sepinya pengunjung membuat gaji mereka dikurangi. Alhasil, biaya operasional para pedagang menjadi lebih tinggi daripada pemasukan. “Habis dan malah menombok,” ujar pedagang di akun TikTok tersebut.
Lebih lanjut, hal ini juga berdampak pada para pekerja di sekitar Pasar Tanah Abang seperti para porter hingga penjual makanan. Oleh karena itu, mereka pun berharap agar pemerintah terutama Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk lebih memerhatikan nasib para pedagang terutama para pedagang UMKM.
Selain itu, mereka juga berharap para pelanggan yang ada di daerah juga kembali berbelanja di Pasar Tanah Abang. “Jangan dibiarkan berlarut seperti ini. Pak Presiden, kami toko offline tidak dibunuh tetapi dibiarkan mati secara perlahan,” ujar akun tersebut.
Baca juga: Tren Live Selling Makin Populer, Perlu Ada Regulasi Khusus?
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.