Jay Subiyakto berdiri di depan karya foto yang dipamerkannya bertajuk Antartika pada Februari 2020 di MAEN, Menteng, Jakarta. (Jibi)

Menengok Lagi Petualangan Fotografi Jay Subyakto & Yori Antar ke Antartika

02 August 2021   |   12:13 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Sutradara kenamaan Jay Subyakto ternyata punya hobi fotografi sejak lama loh. Bahkan pada Februari 2020, dia menampilkan karya-karya hasil jepretannya dalam pameran fotografi bertemakan Antartika yang saat itu ditampilkan di MAEN, Menteng, Jakarta. 

Di balik kesibukannya sebagai sutradara pertunjukan dan penata artistik, Jay diketahui sangat menyukai fotografi. "Sejak SMA saya suka fotografi. Mulai menekuni saat kuliah karena saya kuliah arsitektur di Universitas Indonesia, saya melakukan banyak perjalanan. Yang paling enak sih rekamnya pakai foto," ujarnya saat ditemui beberapa waktu lalu.

Dari perjalanan arsitektur itu, sudah 5 buku fotografi yang diterbitkan Jay bersama para sahabatnya. Termasuk di dalamnya buku Antartika yang beberapa fotonya ditampilkan dalam pameran tersebut.

Sejatinya, foto-foto yang ditampilkan Jay bersama Yori Antar, Benny Soetrisno, dan Krishna Suharnoko diambil dalam trip pada 2013 lalu.  Bertolak dari Jakarta, transit di Dubai (Uni Emirat Arab), berlanjut ke Rio De Janerio (Brasil), kemudian Puntas Arenas (Cili), Buenos Aires (Argentina), hingga tiba di Kutub Selatan.

Jay mengaku dia sangat penasaran dengan Kutub Selatan, sebuah benua yang tidak memiliki negara, tidak dikuasai siapapun, namun menjadi tolok ukur bagi kehidupan di bumi. Selain itu, dia dan rekan-rekannya sudah menjelajahi 5 benua lainnya, belum pada Antartika.

"Kurang satu (benua) sayang. Kita nabung, kita rencanain 4 tahun. Kita sepakat untuk pergi ke Antartika karena benua ke-6 dan mulai terlihat ada krisis iklim padahal waktu itu belum sehangat sekarang," sebutnya.

Selama 9 hari di Antartika dari 1 bulan trip yang dilakukan, Jay amat takjub dengan keindahan benua putih bersalju yang megah namun begitu sepi itu. Dia pun merasa sangat kecil di mata Tuhan. 

Di sisi lain Jay merasa miris. Dari penglihatannya, banyak es yang mencair karena pemanasan global. "Ternyata yang saya lihat bahwa pengrusak bumi adalah manusia," imbuhnya.

Terlebih saat ini, pemanasan global semakin terasa. Pertama kali dalam sejarah, pada 9 Februari 2020 tim peneliti Brasil di Pulau Seymour mencatatkan suhu 20,75 derajat celcius di Antartika. Suhu itu hampir 1 derajat lebih tinggi dari rekor sebelumnya, 19,8 derajat celcius di Pulau Signy pada Januari 1982. 

Pada 6 Februari 2020 pun Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) merilis rekor tertinggi suhu di Pangkalan Esperanza di ujung utara Semenanjung Antartika tercatat mencapai 18,3 derajat celsius.

Kondisi inilah yang membuat Jay dan rekan-rekannya untuk menampilkan kondisi Antartika 7 tahun lalu dalam sebuah buku. Bukan hanya asal, Jay ingin mengingatkan kepada masyarakat bahwa ancaman pemanasan global dan berujung pada tenggelamnya Jakarta tidak akan lama lagi. 

"Ada puluhan kota pelabuhan di dunia yang akan tergenang air salah satunya Jakarta pada tahun 2050. Sebentar lagi krisis ini, tapi kita kayaknya tenang-tenang saja," tegasnya.

Melalui 120 karya fotografi itu Jay dan rekan-rekannya juga berpesan agar masyarakat harus mulai untuk menyelamatkan bumi dengan meminimalisir polusi, tidak menggunakan plastik, dan tidak merusak hutan.

Apalagi nyatanya, Indonesia adalah paru-paru dunia. "Kita punya hutan tropis yang paling besar tapi kok kita malah menghancurkan enggak ada sedikitpun upaya yang menomorsatukan lingkungan. Padahal semua generasi penerus tergantung dari situ," tegas Jay. 

Dalam misi peduli lingkungan ini, Jay tidak mau berhenti di Antartika. Dia berencana menjelajahi tempat-tempat lain yang rusak karena ulah manusia. Pada perjalanan berikutnya, Jay ingin ke Chernobyl, sebuah kota kecil, Pripyat yang berada di Ukraina yang pada waktu itu masih menjadi bagian dari Uni Soviet. Lokasi tersebut bekas kecelakaan reaktor nuklir terburuk sepanjang sejarah.

"Kita ingin ke tempat-tempat yang terkena teknologi, ternyata orang-orang nggak bisa mengontrol teknologi sehingga menghancurkan lingkungan hidup dan manusia." 

 

Yori Antar menceritakan karya fotonya bertajuk Antartika. (jibi)

Yori Antar menceritakan karya fotonya bertajuk Antartika. (jibi)



MAKNA DI BALIK FOTO
Selalu ada makna di balik sebuah foto. Hal inilah yang membuat Gregorius Antar Awal atau kerap disapa Yori Antar jatuh hati kepada fotografi. Pria yang dikenal sebagai pendekar arsitektur nusantara melalui proyek rumah asuhnya ini ternyata sudah lama menyukai dunia potret memotret. 

"Satu foto bisa menjadi 1000 kata. Dari SMP saya suka fotografi. Semenjak kuliah saya bikin buku bersama teman-teman saya si Jay dan sebagainya," ujarnya kepada Bisnis.

Ya, saat kuliah, Yori dan Jay sering kali melakukan perjalan untuk mengetahui arsitektur dunia.
Dalam perjalanan itu, dia selalu mendokumentasikannya melalui sebuah foto. Hingga tak terasa sudah ada 3 buku fotografi yang diterbitkannya bersama Jay. 

Dalam memotret, Yori sangat menyukai pemandangan atau landscape untuk didokumentasikan. Namun sejak bertemu seorang jurnalis yang juga kurator foto jurnalistik Oscar Motuloh, foto-fotonya lebih memiliki nilai berita.

Dalam foto-fotonya yang bertajuk Antartika, karya-karya fotografinya menyajikan pemandangan eksotis dari benua di Kutub Selatan itu. Namun di sisi lain, menjadi tragis karena banyak es yang mencair akibat pemanasan global. 

Yori, Jay, dan dua rekannya Benny Soetrisno dan Krish Suharnoko memilih Antartika sebagai trip fotografinya pada 2013, karena penasaran dengan benua tanpa batas negara itu. "Rasanya seperti berada di planet lain. Berawal dari rasa penasaran," katanya.

Melalui trip ini, sekaligus dalam rangka mencari inspirasi model arsitektur yang berdasar dari kepedulian terhadap lingkungan di tengah ancaman pemanasan global. 

Salah satu karya Yori yakni foto bongkahan es yang memiliki celah di laut Antartika. Di sekelilingnya penuh dengan serpihan es yang mengambang. Ada cerita seru di balik foto itu. 

Tadinya, kapal yang ditumpangi Yori bersama teman-temannya ingin melintasi bongkahan es tersebut. Namun, air di sekitar bongkahan es perlahan mulai mengeras dan menjadi batu. Kapal yang ditumpanginya lantas memacu kecepatan untuk menghindari agar tidak terdampar di tengah laut yang berubah menjadi es padat itu. 

"Dari air menjadi es, itu berbahaya buat pelayaran kami. Air tenang jadi butiran pasir, jadi batu es, berkumpul jadi satu akhirnya membeku. Fenomena seperti ini kita ga bisa temui di tempat lain kecuali di Kutub Selatan," terangnya.

Antartika, sebuah benua yang membeku namun menjadi tolak ukur masa depan bumi. Sayangnya, lama kelamaan kondisinya memang mengkonsumsi. Bahkan pada Februari 2020, suhu di Antartika 20,75 derajat celcius, pertama kali terjadi sepanjang sejarah. Padahal waktu Yori ke sana, tepatnya saat musim panas, suhunya minus 30 derajat celsius. 

"Masa Kutub Selatan bisa dapat temperatur seperti itu, kan banyak es yang mencair. Terbukti banyak daratan yang terbuka setelah es mencair. Mulai kelihatan mineral-mineral yang selama ini tidak pernah terlihat. Udang banyak mati, mengganggu komunitas pinguin yang juga kepanasan," ucapnya sedih. 

Dia berharap melalui karya fotografi berjudul Antartika ini, para pemimpin, pengusaha, hingga masyarakat menyadari betapa ancaman pemanasan global bisa mengancam kehidupan yang ada di bumi. Pemanasan global yang bukan lain adalah perbuatan manusia. 

"Kita tidak bisa bayangkan yang terjadi di tahun berikutnya. Mudah-mudahan negara, penambang dan sebagainya ini ikut menyadari bahwa bumi kita semakin mengkhawatirkan karena orang membangun tidak ada habisnya, polusi, merusak kandungan alam tidak ada habisnya," kritik Yori.

Tak mau berhenti di Antartika, Yori dan rekan-rekannya berencana melakukan trip lanjutan untuk menyampaikan pesan lingkungan kepada dunia melalui fotografi. Dia berencana mengunjungi Chernobyl, daerah bekas ledakan nuklir. 

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Netizen Kudu Tahu WWW, Hari Ini Pengubah Sejarah Internet Itu Diperingati

BERIKUTNYA

Billie Eilish Tumpahkan Perasaannya dalam Album Baru Happier Than Ever

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: