Menu Makanan Ternyata Berpengaruh terhadap Risiko Covid-19, Kok Bisa?
30 July 2021 |
07:30 WIB
Genhype tahu enggak kalau menu makanan yang biasa dikonsumsi dalam keseharian ternyata berpengaruh terhadap risiko Covid-19. Pasalnya setiap asupan akan turut membentuk daya tahan tubuh kita. Berdasarkan studi terbaru pada Juni 2021 yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Northwestern di Chicago, Amerika Serikat, keterkaitan antara keduanya memang sangat erat.
Dalam hasil studi yang diunggah secara daring di situs ResearchGate, studi ini meneliti 38.000 partisipan yang diambil dari bank data UK Biobank dengan melihat pola makan selama periode 2006-2010 dan kasus Covid-19 sejak Maret-November 2020 pada partisipan yang sama.
Para partisipan yang dipilih adalah mereka yang sudah menerima tes Covid-19, di mana 17 persen di antaranya telah terindikasi positif.
Dalam proses studi ini, para peneliti melihat keterkaitan antara beberapa jenis makanan seperti ASI, kopi, teh, ikan berlemak, daging olahan, daging merah, buah-buahan, dan sayuran terhadap sistem daya tahan tubuh pada beberapa studi terhadap manusia dan hewan yang telah lebih dulu dilakukan.
Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa kopi dengan konsumsi satu atau lebih gelas dalam sehari, sayuran mentah maupun matang dengan porsi 2/3 sajian kecuali kentang, dan telah melewati proses konsumsi ASI saat masih bayi bisa menurunkan risiko Covid-19 hingga 10 persen.
Sementara itu, teh, buah-buahan, dan daging merah tidak memiliki pengaruh terhadap risiko Covid-19. Sebaliknya, penelitian ini justru melihat bahwa daging olahan seperti sosis dan daging iris (deli meat) bisa meningkatkan risiko Covid-19 persen hingga 10 persen.
Meski penyebab pasti dan efek dari konsumsi makanan itu sendiri belum diteliti, tetapi para ahli memastikan bahwa keterkaitan antara nutrisi dan Covid-19 ada pada pengaruh inflamasinya pada tubuh ketimbang pada bahan makanan yang dikonsumsi.
Pada akhirnya, studi ini secara tidak langsung mengonfirmasi bahwa gaya hidup yang sehat bisa mengurangi risiko Covid-19 dengan membantu menjaga daya tahan tubuh.
Mengingat studi ini dilakukan dengan metode observasi data, para penelitinya menyarankan perlunya konfirmasi independen terkait dengan perilaku pola makan tertentu sebagai indikator tambahan untuk memperketat panduan perlindungan Covid-19 di masyarakat untuk mencegah penyebaran virus corona.
Editor: Fajar Sidik
Dalam hasil studi yang diunggah secara daring di situs ResearchGate, studi ini meneliti 38.000 partisipan yang diambil dari bank data UK Biobank dengan melihat pola makan selama periode 2006-2010 dan kasus Covid-19 sejak Maret-November 2020 pada partisipan yang sama.
Para partisipan yang dipilih adalah mereka yang sudah menerima tes Covid-19, di mana 17 persen di antaranya telah terindikasi positif.
Dalam proses studi ini, para peneliti melihat keterkaitan antara beberapa jenis makanan seperti ASI, kopi, teh, ikan berlemak, daging olahan, daging merah, buah-buahan, dan sayuran terhadap sistem daya tahan tubuh pada beberapa studi terhadap manusia dan hewan yang telah lebih dulu dilakukan.
Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa kopi dengan konsumsi satu atau lebih gelas dalam sehari, sayuran mentah maupun matang dengan porsi 2/3 sajian kecuali kentang, dan telah melewati proses konsumsi ASI saat masih bayi bisa menurunkan risiko Covid-19 hingga 10 persen.
Sementara itu, teh, buah-buahan, dan daging merah tidak memiliki pengaruh terhadap risiko Covid-19. Sebaliknya, penelitian ini justru melihat bahwa daging olahan seperti sosis dan daging iris (deli meat) bisa meningkatkan risiko Covid-19 persen hingga 10 persen.
Meski penyebab pasti dan efek dari konsumsi makanan itu sendiri belum diteliti, tetapi para ahli memastikan bahwa keterkaitan antara nutrisi dan Covid-19 ada pada pengaruh inflamasinya pada tubuh ketimbang pada bahan makanan yang dikonsumsi.
Pada akhirnya, studi ini secara tidak langsung mengonfirmasi bahwa gaya hidup yang sehat bisa mengurangi risiko Covid-19 dengan membantu menjaga daya tahan tubuh.
Mengingat studi ini dilakukan dengan metode observasi data, para penelitinya menyarankan perlunya konfirmasi independen terkait dengan perilaku pola makan tertentu sebagai indikator tambahan untuk memperketat panduan perlindungan Covid-19 di masyarakat untuk mencegah penyebaran virus corona.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.