Tanpa Jarum, Cek Manfaat Terapi Akupuntur Laser
29 August 2023 |
22:46 WIB
Terapi akupunktur efektif dalam mengatasi sejumlah masalah kesehatan seperti gangguan saraf, sendi, hormon, imunitas, serta gangguan psikologis. Teknik pengobatan asal Tiongkok ini biasanya menggunakan jarum kecil dan halus untuk kemudian ditusukkan pada titik-titik tertentu di tubuh.
Kendati demikian, terapi akupuntur kini sudah berkembang. Ada yang mengunakan laser dalam prosesnya loh. Disebut akupunktur laser, terapi ini menggunakan sinar laser sebagai pengganti jarum untuk merangsang titik akupunktur.
Baca juga: Mengenal Teknik Pengobatan Akupunktur Medik
Dwi Rachma Heianthi, dokter Spesialis Akupunktur Medik Subspesialis Akupunktur Analgesia dan Anestesia dari RS Pondok Indah menerangkan akupunktur laser memiliki fungsi yang sama dengan akupunktur jarum. Perbedaannya terletak pada efek fotobiomodulasi dari akupunktur laser yang ditimbulkan akibat paparan sinar laser terhadap sel dan jaringan.
Dia menyebut fotobiomodulasi pada akupuntur laser dapat meningkatkan kemampuan pembelahan sel, menurunkan peradangan pada tingkat jaringan, serta memicu perbaikan di tingkat sel maupun jaringan. “Proses inilah yang bekerja untuk meningkatkan kemampuan penyembuhan luka dan jaringan lunak, mengurangi peradangan, serta meredakan nyeri akut dan kronis,” ujar Dwi dalam keterangannya, dikutip Hypeabis, Selasa (29/8/2023).
Keunggulan lainnya, akupunktur laser merupakan terapi non-invasive, sehingga tidak menimbulkan rasa sakit yang berlebihan, tidak menimbulkan rasa panas, dan relatif lebih aman. Modalitas ini katanya dapat mencapai titik-titik akupunktur yang cukup berisiko jika dilakukan dengan penusukan jarum.
Dwi menyampaikan, pada pasien anak maupun pasien dewasa yang takut dengan jarum, akupunktur laser dapat menjadi pilihan terapi yang lebih nyaman. Terapi ini juga dapat dikombinasikan dengan metode akupunktur lainnya.
Lebih lanjut, ketika pasien akan menjalani akupunktur laser, maka sebelumnya dokter akan melakukan penapisan (screening) melalui anamnesis atau wawancara medis. Pertanyaanya seputar, apakah pasien pernah menderita kanker, di mana letak kanker, dan stadium berapa, apakah pasien mengidap epilepsi atau autoimun, apakah pada tubuh pasien terdapat implan atau prostese.
Bicara soal efek samping, Dwi menyebut efek sampingnya terbilang minimal, tetapi dalam penggunaanya tetap harus berhati-hati. Jarak antar terapi akupunktur laser tidak boleh terlalu dekat agar tidak terjadi stimulasi yang berlebihan.
Selama terapi berlangsung, pasien wajib mengenakan kacamata pelindung untuk melindungi mata dari sinar laser. Adapun alat laser yang digunakan memiliki daya minimum 20 mW untuk dapat menstimulasi titik akupunktur.
“Penggunaan akupunktur laser pada ibu hamil dan pasien dengan riwayat kanker juga harus dilakukan dengan sangat berhati-hati,” tambahnya.
Manfaat Terapi Akupuntur Laser
Layaknya akupunktur konvensional, akupunktur laser juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keluhan kesehatan. Modalitas ini utamanya ditujukan kepada pasien dengan kasus nyeri yang penyebabnya berada di area yang sulit dilakukan penusukan jarum karena berisiko menimbulkan komplikasi, seperti area leher dan tulang belakang. “Dengan akupunktur laser, risiko jarum tertusuk ke saraf, pembuluh darah, atau organ dalam dapat diminimalisir,” jelasnya.
Adapun beberapa kondisi medis yang dapat memanfaatkan akupunktur laser diantaranya manajemen nyeri, radang sendi, neuropati diabetik, carpal tunnel syndrome, stroke. Kemudian parkinson, cerebral palsy, bell’s palsy, hingga berbagai gangguan kejiwaan seperti kecemasan, depresi, gangguan tidur, dan adiksi.
Selain itu, terapi akupunktur laser juga dilakukan untuk mendukung keberhasilan proses bayi tabung. Dwi menyebut dalam sejumlah penelitian, calon ibu yang melakukan terapi akupunktur laser pada waktu sehari sebelum dan sehari setelah proses transfer embrio, memiliki angka keberhasilan penempelan embrio yang lebih tinggi dibandingkan dengan calon ibu yang melakukan terapi akupunktur dengan jarum.
Akupunktur laser juga menjadi solusi bagi pasien yang tidak boleh ditindak menggunakan jarum akibat kondisi medis tertentu. Sebagai contoh pasien yang rutin mengonsumsi obat pengencer darah, pasien dengan gangguan pembekuan darah seperti hemofilia, dan pasien dengan sistem imun yang rendah seperti penyandang diabetes di mana gula darah tidak terkontrol, atau orang dengan HIV maupun AIDS.
“Akupunktur laser biasanya juga dipilih dalam terapi untuk berbagai kondisi medis anak, seperti asma, cerebral palsy, overactive bladder (OAB), enuresis atau kebiasaan mengompol, gangguan psikologis, serta gangguan tumbuh kembang,” tambah Dwi.
Baca juga: Begini Tren Kosmetik Medik, Tak Sebatas Filler atau Botox
Hadirnya akupunktur laser menurutnya menjadi solusi bagi pasien anak untuk mengikuti sesi terapi dengan tenang tanpa rasa takut akan jarum.
Editor: Fajar Sidik
Kendati demikian, terapi akupuntur kini sudah berkembang. Ada yang mengunakan laser dalam prosesnya loh. Disebut akupunktur laser, terapi ini menggunakan sinar laser sebagai pengganti jarum untuk merangsang titik akupunktur.
Baca juga: Mengenal Teknik Pengobatan Akupunktur Medik
Dwi Rachma Heianthi, dokter Spesialis Akupunktur Medik Subspesialis Akupunktur Analgesia dan Anestesia dari RS Pondok Indah menerangkan akupunktur laser memiliki fungsi yang sama dengan akupunktur jarum. Perbedaannya terletak pada efek fotobiomodulasi dari akupunktur laser yang ditimbulkan akibat paparan sinar laser terhadap sel dan jaringan.
Dia menyebut fotobiomodulasi pada akupuntur laser dapat meningkatkan kemampuan pembelahan sel, menurunkan peradangan pada tingkat jaringan, serta memicu perbaikan di tingkat sel maupun jaringan. “Proses inilah yang bekerja untuk meningkatkan kemampuan penyembuhan luka dan jaringan lunak, mengurangi peradangan, serta meredakan nyeri akut dan kronis,” ujar Dwi dalam keterangannya, dikutip Hypeabis, Selasa (29/8/2023).
Keunggulan lainnya, akupunktur laser merupakan terapi non-invasive, sehingga tidak menimbulkan rasa sakit yang berlebihan, tidak menimbulkan rasa panas, dan relatif lebih aman. Modalitas ini katanya dapat mencapai titik-titik akupunktur yang cukup berisiko jika dilakukan dengan penusukan jarum.
Dwi menyampaikan, pada pasien anak maupun pasien dewasa yang takut dengan jarum, akupunktur laser dapat menjadi pilihan terapi yang lebih nyaman. Terapi ini juga dapat dikombinasikan dengan metode akupunktur lainnya.
Lebih lanjut, ketika pasien akan menjalani akupunktur laser, maka sebelumnya dokter akan melakukan penapisan (screening) melalui anamnesis atau wawancara medis. Pertanyaanya seputar, apakah pasien pernah menderita kanker, di mana letak kanker, dan stadium berapa, apakah pasien mengidap epilepsi atau autoimun, apakah pada tubuh pasien terdapat implan atau prostese.
Bicara soal efek samping, Dwi menyebut efek sampingnya terbilang minimal, tetapi dalam penggunaanya tetap harus berhati-hati. Jarak antar terapi akupunktur laser tidak boleh terlalu dekat agar tidak terjadi stimulasi yang berlebihan.
Selama terapi berlangsung, pasien wajib mengenakan kacamata pelindung untuk melindungi mata dari sinar laser. Adapun alat laser yang digunakan memiliki daya minimum 20 mW untuk dapat menstimulasi titik akupunktur.
“Penggunaan akupunktur laser pada ibu hamil dan pasien dengan riwayat kanker juga harus dilakukan dengan sangat berhati-hati,” tambahnya.
Manfaat Terapi Akupuntur Laser
Layaknya akupunktur konvensional, akupunktur laser juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keluhan kesehatan. Modalitas ini utamanya ditujukan kepada pasien dengan kasus nyeri yang penyebabnya berada di area yang sulit dilakukan penusukan jarum karena berisiko menimbulkan komplikasi, seperti area leher dan tulang belakang. “Dengan akupunktur laser, risiko jarum tertusuk ke saraf, pembuluh darah, atau organ dalam dapat diminimalisir,” jelasnya.
Adapun beberapa kondisi medis yang dapat memanfaatkan akupunktur laser diantaranya manajemen nyeri, radang sendi, neuropati diabetik, carpal tunnel syndrome, stroke. Kemudian parkinson, cerebral palsy, bell’s palsy, hingga berbagai gangguan kejiwaan seperti kecemasan, depresi, gangguan tidur, dan adiksi.
Selain itu, terapi akupunktur laser juga dilakukan untuk mendukung keberhasilan proses bayi tabung. Dwi menyebut dalam sejumlah penelitian, calon ibu yang melakukan terapi akupunktur laser pada waktu sehari sebelum dan sehari setelah proses transfer embrio, memiliki angka keberhasilan penempelan embrio yang lebih tinggi dibandingkan dengan calon ibu yang melakukan terapi akupunktur dengan jarum.
Akupunktur laser juga menjadi solusi bagi pasien yang tidak boleh ditindak menggunakan jarum akibat kondisi medis tertentu. Sebagai contoh pasien yang rutin mengonsumsi obat pengencer darah, pasien dengan gangguan pembekuan darah seperti hemofilia, dan pasien dengan sistem imun yang rendah seperti penyandang diabetes di mana gula darah tidak terkontrol, atau orang dengan HIV maupun AIDS.
“Akupunktur laser biasanya juga dipilih dalam terapi untuk berbagai kondisi medis anak, seperti asma, cerebral palsy, overactive bladder (OAB), enuresis atau kebiasaan mengompol, gangguan psikologis, serta gangguan tumbuh kembang,” tambah Dwi.
Baca juga: Begini Tren Kosmetik Medik, Tak Sebatas Filler atau Botox
Hadirnya akupunktur laser menurutnya menjadi solusi bagi pasien anak untuk mengikuti sesi terapi dengan tenang tanpa rasa takut akan jarum.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.