Review Film Asteroid City, Semesta Multiperan Wes Anderson yang Keren Sekaligus Membingungkan
28 August 2023 |
18:52 WIB
1
Like
Like
Like
Duka akibat kehilangan acapkali membuat kehidupan seseorang terguncang. Namun, pertemuan dengan orang baru atau idom waktu bakal membilas luka sepertinya memang berlaku untuk semua orang meski alam bawah sadar masih menyimpan memori tersebut.
Perasaan duka, kehilangan, dan kebingungan itulah yang coba digali Wes Anderson dalam film terbarunya berjudul Asteroid City. Lewat rentetan peristiwa yang sedikit obskur sutradara berusia 54 tahun itu seolah ingin mengomentari berbagai isu dengan cara yang ribet.
Film feature kesebelas Wes Anderson dibuka dengan dialog Bryan Cranston sebagai pembawa acara TV yang mengenalkan penonton pada produksi sandiwara berjudul 'Asteroid City'. Mengambil latar Amerika 1950-an, sang sutradara masih menghadirkan visual yang memikat lewat penggunaan warna-warna khas darinya.
Baca juga: Debut di Cannes, Film Asteroid City Besutan Wes Anderson Dapat Standing Ovation 8 Menit
Kali ini, ciri khas itu dia gunakan untuk melatari kisah yang kental dengan perkara sains, terutama astronomi, UFO, dan alien. Sepintas film ini memang membingungkan, terutama dibanding film-filmnya yang lain, misalnya The French Dispatch (2021) yang menurut penulis merangkum semuanya gayanya.
Penonton dari awal memang mesti teliti. Sebab kisah yang dia reka bersama Roman Coppola ini dibagi dalam tiga jalan cerita yang saling berkelindan. Babak pertama dan kedua berjarak satu hari, sementara babak ketiganya tayang sepekan kemudian.
Namun, di antara jeda produksi itu, kisah di balik layar berjalan dalam lini waktu yang berbeda. Kisah-kisah di balik layar ditampilkan dalam gambar hitam-putih, dan hanya sandiwara 'Asteroid City' yang ditampilkan berwarna, meski pola ini kadang juga membingungkan penonton.
Alih-alih fokus, Wes Anderson justru menghancurkan rasio pemisahan warna yang telah dibangunnya sendiri. Sebab, warna-warna lain sesekali menyeruak ke dalam kisah di balik layar yang sejatinya hitam putih. Bryan Cranston, sang pembawa acara bahkan sempat tersesat dalam struktur yang dia terangkan dalam segmen yang berwarna.
Adapun, sandiwara Asteroid City juga melibatkan berbagai karakter unik di dalamnya, seperti dramawan Conrad Earp (diperankan oleh Edward Norton), sutradara Schubert Green (Adrien Brody), dan seluruh pemeran drama, seperti Jones Hall (Jason Schwartzman) dan Mercedes Ford (Scarlett Johansson).
Alkisah, Jones Hall yang memerankan fotografer perang bernama Augie Steenbeck membawa putranya, Woodrow (Jake Ryan) menuju Konvensi Junior Stargazer and Space Cadet di Asteroid City. Sedangkan, di saat bersamaan Augie sebenarnya juga tengah bergelut dengan duka akibat kematian istrinya.
Di kota gurun itu, Augie kelak menemukan koneksi baru dengan aktris terkenal Midge Campbell yang diperankan Mercedes Ford-yang diperankan Scarlett Johansson. Dari sini, Anderson seolah mengajak penonton untuk memasuki semesta multi peran lewat semaraknya karakter di dalamnya yang cenderung chaos dan asyik sendiri.
Benang semesta 'sandiwara di balik sandiwara' itu pun kian diramaikan dengan momen kemunculan alien yang menggemparkan warga kota. Batas kenyataan yang kabur, hubungan disfungsionalitas keluarga, dan lapisan realitas semakin membuat film ini kian kompleks dan sulit dikunyah.
Kendati begitu film ini masih ditopang dengan elemen-elemen familier ala Wes Anderson. Misalnya lewat humor kering yang tidak membuat penonton terbahak, tapi sudah lucu dari sifatnya. Obsesinya pada detail adegan, dan diorama kehidupan juga masih hadir dalam film berdurasi 1 jam 45 menit itu.
Munculnya aktris debutan seperti Scarlett Johansson dengan aktingnya yang cukup ciamik juga memberi warna sendiri bagi film ini. Aktor gaek Tom Hanks yang berperan sebagai seorang veteran dengan sebagian besar aktingnya yang tanpa emosi, berhasil juga memberikan cita rasa yang berbeda.
Selain aktor dan aktris di muka, Asteroid City diramaikan oleh Tilda Swinton, Jeffrey Wright, Maya Hawke, Steve Carell, dan Liev Schreiber. Ada pula aktor Hope Davis, Stephen Park, Rupert Frind, Matt Dillon, Margot Robbie, Tony Revolori, Jeff Goldblum, Hong Chau, Willem Dafoe, dan sebagainya.
Secara keseluruhan, kompleksitas film ini memang sulit untuk diikuti, terutama bila hanya menontonnya satu kali. Ibarat lapisan bawang, sutradara berusia 54 tahun itu sepertinya memang ingin membuat penonton terus menguliti apa yang ingin disampaikan secara perlahan.
Entah disengaja atau tidak, Anderson seakan tidak begitu peduli untuk mengesankan publik secara luas. Terlebih film ini cenderung membuat penonton berpikir alih-alih terhibur. Kelak, ketika penulis menonton film ini untuk kedua atau ketiga kalinya, mungkin bakal ada hal-hal baru yang akan terurai dari makna implisit yang ingin dibagi sang auteur pada publik.
Baca juga: Wes Anderson Kumpulkan Bintang Hollywood di Film Terbaru Asteroid City
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Perasaan duka, kehilangan, dan kebingungan itulah yang coba digali Wes Anderson dalam film terbarunya berjudul Asteroid City. Lewat rentetan peristiwa yang sedikit obskur sutradara berusia 54 tahun itu seolah ingin mengomentari berbagai isu dengan cara yang ribet.
Film feature kesebelas Wes Anderson dibuka dengan dialog Bryan Cranston sebagai pembawa acara TV yang mengenalkan penonton pada produksi sandiwara berjudul 'Asteroid City'. Mengambil latar Amerika 1950-an, sang sutradara masih menghadirkan visual yang memikat lewat penggunaan warna-warna khas darinya.
Baca juga: Debut di Cannes, Film Asteroid City Besutan Wes Anderson Dapat Standing Ovation 8 Menit
Kali ini, ciri khas itu dia gunakan untuk melatari kisah yang kental dengan perkara sains, terutama astronomi, UFO, dan alien. Sepintas film ini memang membingungkan, terutama dibanding film-filmnya yang lain, misalnya The French Dispatch (2021) yang menurut penulis merangkum semuanya gayanya.
Penonton dari awal memang mesti teliti. Sebab kisah yang dia reka bersama Roman Coppola ini dibagi dalam tiga jalan cerita yang saling berkelindan. Babak pertama dan kedua berjarak satu hari, sementara babak ketiganya tayang sepekan kemudian.
Namun, di antara jeda produksi itu, kisah di balik layar berjalan dalam lini waktu yang berbeda. Kisah-kisah di balik layar ditampilkan dalam gambar hitam-putih, dan hanya sandiwara 'Asteroid City' yang ditampilkan berwarna, meski pola ini kadang juga membingungkan penonton.
Alih-alih fokus, Wes Anderson justru menghancurkan rasio pemisahan warna yang telah dibangunnya sendiri. Sebab, warna-warna lain sesekali menyeruak ke dalam kisah di balik layar yang sejatinya hitam putih. Bryan Cranston, sang pembawa acara bahkan sempat tersesat dalam struktur yang dia terangkan dalam segmen yang berwarna.
Adapun, sandiwara Asteroid City juga melibatkan berbagai karakter unik di dalamnya, seperti dramawan Conrad Earp (diperankan oleh Edward Norton), sutradara Schubert Green (Adrien Brody), dan seluruh pemeran drama, seperti Jones Hall (Jason Schwartzman) dan Mercedes Ford (Scarlett Johansson).
Alkisah, Jones Hall yang memerankan fotografer perang bernama Augie Steenbeck membawa putranya, Woodrow (Jake Ryan) menuju Konvensi Junior Stargazer and Space Cadet di Asteroid City. Sedangkan, di saat bersamaan Augie sebenarnya juga tengah bergelut dengan duka akibat kematian istrinya.
Di kota gurun itu, Augie kelak menemukan koneksi baru dengan aktris terkenal Midge Campbell yang diperankan Mercedes Ford-yang diperankan Scarlett Johansson. Dari sini, Anderson seolah mengajak penonton untuk memasuki semesta multi peran lewat semaraknya karakter di dalamnya yang cenderung chaos dan asyik sendiri.
Benang semesta 'sandiwara di balik sandiwara' itu pun kian diramaikan dengan momen kemunculan alien yang menggemparkan warga kota. Batas kenyataan yang kabur, hubungan disfungsionalitas keluarga, dan lapisan realitas semakin membuat film ini kian kompleks dan sulit dikunyah.
Kendati begitu film ini masih ditopang dengan elemen-elemen familier ala Wes Anderson. Misalnya lewat humor kering yang tidak membuat penonton terbahak, tapi sudah lucu dari sifatnya. Obsesinya pada detail adegan, dan diorama kehidupan juga masih hadir dalam film berdurasi 1 jam 45 menit itu.
Munculnya aktris debutan seperti Scarlett Johansson dengan aktingnya yang cukup ciamik juga memberi warna sendiri bagi film ini. Aktor gaek Tom Hanks yang berperan sebagai seorang veteran dengan sebagian besar aktingnya yang tanpa emosi, berhasil juga memberikan cita rasa yang berbeda.
Selain aktor dan aktris di muka, Asteroid City diramaikan oleh Tilda Swinton, Jeffrey Wright, Maya Hawke, Steve Carell, dan Liev Schreiber. Ada pula aktor Hope Davis, Stephen Park, Rupert Frind, Matt Dillon, Margot Robbie, Tony Revolori, Jeff Goldblum, Hong Chau, Willem Dafoe, dan sebagainya.
Secara keseluruhan, kompleksitas film ini memang sulit untuk diikuti, terutama bila hanya menontonnya satu kali. Ibarat lapisan bawang, sutradara berusia 54 tahun itu sepertinya memang ingin membuat penonton terus menguliti apa yang ingin disampaikan secara perlahan.
Entah disengaja atau tidak, Anderson seakan tidak begitu peduli untuk mengesankan publik secara luas. Terlebih film ini cenderung membuat penonton berpikir alih-alih terhibur. Kelak, ketika penulis menonton film ini untuk kedua atau ketiga kalinya, mungkin bakal ada hal-hal baru yang akan terurai dari makna implisit yang ingin dibagi sang auteur pada publik.
Baca juga: Wes Anderson Kumpulkan Bintang Hollywood di Film Terbaru Asteroid City
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.