Usung Isu Perempuan, Perupa Sari Koeswoyo Gelar Pameran Tunggal Lakonmu Apa? di Ruang Garasi
22 August 2023 |
23:34 WIB
Perempuan seniman Sari Koeswoyo menggelar pameran tunggal bertajuk Lakonmu Apa? di Ruang Garasi, Gandaria, Jakarta Selatan. Mengambil lanskap tradisi, mantan penyanyi cilik itu mendefinisikan ulang wayang sebagai inspirasi karya yang dipacak hingga 31 Agustus 2023.
Setidaknya ada belasan karya yang dipacak dalam pameran ini, meliputi lukisan dan drawing. Uniknya, karya tersebut mewujud dalam deformasi wayang yang tidak merujuk pada karakter tertentu di berbagai epos yang dikenal publik.
Baca juga: Profil Zamrud Setya Negara, Perupa yang Karyanya Dikoleksi Pemimpin Negara Sahabat
Tak hanya itu, pegiat seni kelahiran 1968 itu juga banyak menghadirkan figur wayang perempuan. Motif tersebut salah satunya untuk menghormati peran perempuan sebagai sosok yang berperan penting dalam kehidupan manusia.
Hal itu misalnya terejawantah dalam karya berjudul Portal Kehidupan (2023). Lukisan berukuran 120 X 140 cm dengan media akrilik di atas kanvas itu menggambarkan wayang perempuan yang dibelit makhluk seperti ular berkepala merak.
Menggunakan dominasi palet merah muda, keunikan karya ini adalah latar belakang yang menjadi simbol wayang tersebut. Alih-alih menggambarkan lanskap alam, Sari justru melukiskan fajri atau vagina perempuan sebagai sebuah portal asal-usul kehidupan berlangsung.
Narasi lain dengan tema yang sama juga tertuang lewat karya Bukan Wani Ditata (PerEMPUan) 2023, yang digores dengan latar palet cerah. Lukisan berdimensi 120 X 140 cm menggunakan media akrilik di atas kanvas itu juga menggambarkan karakter wayang perempuan sebagai fokus utama gambar.
Sementara itu, di sekitar karakter dilukiskan berbagai jari yang entah menuding, mendaku, atau memerintah dengan berbagai gestur. Namun, karakter tersebut seolah tampil dengan senyum manis, yang tak bisa dijinakkan laiknya judul dari lukisannya sendiri.
Selain pola gambar wayang, Sari juga melukiskan figur perempuan lewat sosok Mbok Mbik (Mbok Emban) 2022. Dalam masyarakat Jawa, idiom Mbok Emban biasanya merujuk pada pengasuh anak yang tugasnya momong bayi. Kendati begitu, di masa kerajaan karakter tersebut juga memiliki privilege yang dapat memengaruhi keputusan raja.
"Peran perempuan tidak harus menyamai peran laki- laki dalam konteks egaliter, akan tetapi dan terpenting adalah bagaimana mereka bisa bekerja sama dan saling mengisi menurut peran dan fungsinya," kata Sari.
Kurator pameran Mayek Prayitno mengatakan, wayang merupakan rangkaian representasi yang kompleks dari karakter dan sifat arkaik manusia. Sesuai namanya yang berasal dari kata bayangan, wayang merupakan wujud dari ekspresi sifat-sifat dasar manusia, seperti baik-buruk, cinta-benci, dan lainnya.
Oleh sang perupa sifat-sifat itu direfleksikan kembali dalam persoalan yang relevan dengan zaman. Termasuk sang seniman mencoba memaknainya lewat berbagai represen-represen yang mewujud dalam deretan tema yang ada di dalam karyanya.
Menurut Mayek, bagi sang seniman ada begitu banyak hikmah yang bisa diambil dari kisah pewayangan, salah satunya mengenai peran perempuan. Dengan kata lain, wayang-wayang Sari secara keseluruhan dalam pameran yang sebagian besar bergender perempuan juga itu juga memiliki pesan mendalam.
"Dalam pandangannya, problem sosial politik yang terjadi saat ini juga tergambarkan dalam kisah-kisah pewayangan ratusan tahun lalu itu. Hal ini merupakan penanda agar bagaimana sejarah menjadi pelajaran berharga untuk masa depan," kata Mayek.
Baca juga: Profil Mella Jaarsma, Seniman Komisi Terpilih di ARTJOG 2023
Editor : Puput Ady Sukarno
Setidaknya ada belasan karya yang dipacak dalam pameran ini, meliputi lukisan dan drawing. Uniknya, karya tersebut mewujud dalam deformasi wayang yang tidak merujuk pada karakter tertentu di berbagai epos yang dikenal publik.
Baca juga: Profil Zamrud Setya Negara, Perupa yang Karyanya Dikoleksi Pemimpin Negara Sahabat
Tak hanya itu, pegiat seni kelahiran 1968 itu juga banyak menghadirkan figur wayang perempuan. Motif tersebut salah satunya untuk menghormati peran perempuan sebagai sosok yang berperan penting dalam kehidupan manusia.
Hal itu misalnya terejawantah dalam karya berjudul Portal Kehidupan (2023). Lukisan berukuran 120 X 140 cm dengan media akrilik di atas kanvas itu menggambarkan wayang perempuan yang dibelit makhluk seperti ular berkepala merak.
Menggunakan dominasi palet merah muda, keunikan karya ini adalah latar belakang yang menjadi simbol wayang tersebut. Alih-alih menggambarkan lanskap alam, Sari justru melukiskan fajri atau vagina perempuan sebagai sebuah portal asal-usul kehidupan berlangsung.
Karya Sari Koeswoyo berjudul Portal Kehidupan (2023) (sumber gambar Hypeabis.id/ Prasetyo Agung Ginanjar)
Narasi lain dengan tema yang sama juga tertuang lewat karya Bukan Wani Ditata (PerEMPUan) 2023, yang digores dengan latar palet cerah. Lukisan berdimensi 120 X 140 cm menggunakan media akrilik di atas kanvas itu juga menggambarkan karakter wayang perempuan sebagai fokus utama gambar.
Sementara itu, di sekitar karakter dilukiskan berbagai jari yang entah menuding, mendaku, atau memerintah dengan berbagai gestur. Namun, karakter tersebut seolah tampil dengan senyum manis, yang tak bisa dijinakkan laiknya judul dari lukisannya sendiri.
Selain pola gambar wayang, Sari juga melukiskan figur perempuan lewat sosok Mbok Mbik (Mbok Emban) 2022. Dalam masyarakat Jawa, idiom Mbok Emban biasanya merujuk pada pengasuh anak yang tugasnya momong bayi. Kendati begitu, di masa kerajaan karakter tersebut juga memiliki privilege yang dapat memengaruhi keputusan raja.
"Peran perempuan tidak harus menyamai peran laki- laki dalam konteks egaliter, akan tetapi dan terpenting adalah bagaimana mereka bisa bekerja sama dan saling mengisi menurut peran dan fungsinya," kata Sari.
Karya Sari Koeswoyo berjudul Mbok Mbik (Mbok Emban) 2022, (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)
Kurator pameran Mayek Prayitno mengatakan, wayang merupakan rangkaian representasi yang kompleks dari karakter dan sifat arkaik manusia. Sesuai namanya yang berasal dari kata bayangan, wayang merupakan wujud dari ekspresi sifat-sifat dasar manusia, seperti baik-buruk, cinta-benci, dan lainnya.
Oleh sang perupa sifat-sifat itu direfleksikan kembali dalam persoalan yang relevan dengan zaman. Termasuk sang seniman mencoba memaknainya lewat berbagai represen-represen yang mewujud dalam deretan tema yang ada di dalam karyanya.
Menurut Mayek, bagi sang seniman ada begitu banyak hikmah yang bisa diambil dari kisah pewayangan, salah satunya mengenai peran perempuan. Dengan kata lain, wayang-wayang Sari secara keseluruhan dalam pameran yang sebagian besar bergender perempuan juga itu juga memiliki pesan mendalam.
"Dalam pandangannya, problem sosial politik yang terjadi saat ini juga tergambarkan dalam kisah-kisah pewayangan ratusan tahun lalu itu. Hal ini merupakan penanda agar bagaimana sejarah menjadi pelajaran berharga untuk masa depan," kata Mayek.
Baca juga: Profil Mella Jaarsma, Seniman Komisi Terpilih di ARTJOG 2023
Editor : Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.