Menjaring Cuan Besar dari Hobi Bermain Gim
29 July 2021 |
10:11 WIB
Bermain gim kini tak bisa dianggap lagi sebagai aktivitas yang remeh dan tidak memberikan manfaat. Seiring dengan perkembangan terkini, aktivitas tersebut bagi sebagian orang justru dilakukan untuk menyambung hidup alias bisa menghasilkan uang.
Menurut CEO Tim Esports Rex Regum Qeon (RRQ) Andrian Pauline, bermain gim apabila ditekuni bisa menghasilkan uang dengan jumlah yang tak sedikit. Dia menyebut bayaran yang diterima oleh atlet esports profesional bisa mencapai Rp 80 juta setiap bulannya.
Bayaran tersebut belum termasuk uang yang diterima dari paid promote atau endorsement di sosial media mereka masing-masing, live streaming, hak siar televisi, iklan, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, tak heran jika atlet esports profesional menjadi salah satu profesi idaman banyak anak-anak usia sekolah di Tanah Air.
“Kariernya menjanjikan, beberapa pro player (sebutan bagi atlet esports profesional) di usianya yang sangat muda bisa membeli mobil, memberikan uang untuk orang tuanya,” katanya.
Walaupun demikian, Andrian tak menampik bahwa masih ada stigma negatif yang melekat pada aktivitas bermain gim. Oleh sebagian orang tua, bermain gim masih sering dianggap sebagai aktivitas yang tak bermanfaat dan menghabiskan uang.
Hal tersebut tentunya ikut menjadi penghalang bagi mereka yang berupaya untuk merintis karier sebagai atlet esports profesional sejak dini.
“Orang tua biasanya sudah mengerti bahwa main game itu ada untungnya setelah anaknya bisa memberikan uang bulanan dari bermain game,” selorohnya.
Andrian mengingatkan untuk menjadi atlet esports profesional dengan bayaran tinggi tentunya butuh usaha yang tak asal-asalan. Perlu latihan rutin dengan pola hidup sehat untuk menjaga refleks, ketajaman mata, kecepatan, dan fokus saat bertanding melawan musuh di berbagai turnamen dari dalam maupun luar negeri.
Berbicara mengenai latihan, Manager EVOS Esports Yansen Wijaya menyebut atlet esports profesional bisa menghabiskan waktu selama delapan jam dalam sehari hanya untuk berlatih. Tak hanya itu, mereka juga harus mengikuti jadwal yang sudah diatur untuk makan, berolahraga, dan beristirahat.
Adapun, terkait dengan bayaran yang diperoleh setiap bulannya, atlet esports profesional setidaknya bisa menerima uang yang jumlahnya lebih dari upah minimum regional (UMR) setempat setiap bulannya. Bayaran yang diberikan tentunya menyesuaikan dengan kemampuan yang mereka miliki dan prestasinya.
Atlet esports profesional yang bergabung dalam tim inti tentunya menerima bayaran lebih besar daripada mereka yang bergabung dalam tim lapis kedua atau ketiga. Perlu, dicatat bayaran yang diterima setiap bulannya belum termasuk bonus apabila berhasil memenangkan turnamen.
Editor: Roni Yunianto
Menurut CEO Tim Esports Rex Regum Qeon (RRQ) Andrian Pauline, bermain gim apabila ditekuni bisa menghasilkan uang dengan jumlah yang tak sedikit. Dia menyebut bayaran yang diterima oleh atlet esports profesional bisa mencapai Rp 80 juta setiap bulannya.
Bayaran tersebut belum termasuk uang yang diterima dari paid promote atau endorsement di sosial media mereka masing-masing, live streaming, hak siar televisi, iklan, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, tak heran jika atlet esports profesional menjadi salah satu profesi idaman banyak anak-anak usia sekolah di Tanah Air.
“Kariernya menjanjikan, beberapa pro player (sebutan bagi atlet esports profesional) di usianya yang sangat muda bisa membeli mobil, memberikan uang untuk orang tuanya,” katanya.
Walaupun demikian, Andrian tak menampik bahwa masih ada stigma negatif yang melekat pada aktivitas bermain gim. Oleh sebagian orang tua, bermain gim masih sering dianggap sebagai aktivitas yang tak bermanfaat dan menghabiskan uang.
Hal tersebut tentunya ikut menjadi penghalang bagi mereka yang berupaya untuk merintis karier sebagai atlet esports profesional sejak dini.
“Orang tua biasanya sudah mengerti bahwa main game itu ada untungnya setelah anaknya bisa memberikan uang bulanan dari bermain game,” selorohnya.
Andrian mengingatkan untuk menjadi atlet esports profesional dengan bayaran tinggi tentunya butuh usaha yang tak asal-asalan. Perlu latihan rutin dengan pola hidup sehat untuk menjaga refleks, ketajaman mata, kecepatan, dan fokus saat bertanding melawan musuh di berbagai turnamen dari dalam maupun luar negeri.
Berbicara mengenai latihan, Manager EVOS Esports Yansen Wijaya menyebut atlet esports profesional bisa menghabiskan waktu selama delapan jam dalam sehari hanya untuk berlatih. Tak hanya itu, mereka juga harus mengikuti jadwal yang sudah diatur untuk makan, berolahraga, dan beristirahat.
Adapun, terkait dengan bayaran yang diperoleh setiap bulannya, atlet esports profesional setidaknya bisa menerima uang yang jumlahnya lebih dari upah minimum regional (UMR) setempat setiap bulannya. Bayaran yang diberikan tentunya menyesuaikan dengan kemampuan yang mereka miliki dan prestasinya.
Atlet esports profesional yang bergabung dalam tim inti tentunya menerima bayaran lebih besar daripada mereka yang bergabung dalam tim lapis kedua atau ketiga. Perlu, dicatat bayaran yang diterima setiap bulannya belum termasuk bonus apabila berhasil memenangkan turnamen.
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.