5 Makna & Sejarah Perlombaan 17 Agustusan, Bakiak sampai Panjat Pinang
16 August 2023 |
13:55 WIB
Besok, 17 Agustus 2023, Indonesia akan merayakan hari jadinya yang ke-78 tahun. Pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI, biasanya masyarakat akan merayakannya dengan mengadakan ragam perlombaan tradisional, mulai dari lomba makan kerupuk, tarik tambang, balap karung, hingga panjat pinang.
Serangkaian perlombaan itu biasanya diadakan di satu wilayah RT, dan bisa diikuti oleh warga setempat. Meski kegiatan perlombaan sudah populer di kalangan masyarakat, mungkin tak banyak orang yang tahu makna di balik sejumlah perlombaan yang rutin hadir saat momentum 17 Agustus itu.
Di balik kegiatannya yang seru, sejumlah perlombaan 17 Agustusan ternyata menyimpan histori dan filosofi lho Genhype. Apa saja itu? Yuk simak informasi berikut ini.
Baca juga: Ide Ucapan Selamat dan Caption untuk Rayakan Hari Kemerdekaan Indonesia
Pada masa peperangan dan krisis ekonomi 1930-an hingga 1940-an, kerupuk menjadi makanan andalan rakyat kecil untuk bertahan hidup karena harganya yang terjangkau. Pada 1950-an, muncul beragam lomba untuk memperingati Hari Kemerdekaan salah satunya makan kerupuk sebagai pengingat akan masa-masa sulit itu.
Lomba satu ini biasanya diikuti oleh dua tim yang masing-masing akan beradu kuat untuk menarik tali tambang hingga mampu menjatuhkan lawan. Bukan hanya beradu kekuatan, lomba tarik tambang juga memerlukan kekompakkan tim untuk meraih kemenangan.
Secara tidak langsung, lomba tarik tambang mencerminkan semangat kebersamaan, gotong royong, dan solidaritas. Selain itu, persatuan dalam tim bahu membahu menarik tambang juga mengingatkan betapa kerasnya para pejuang dulu untuk mendapatkan kemerdekaan dari tangan penjajah kolonial.
Hal ini karena hanya karung goni yang mudah ditemukan dan dimiliki oleh orang Indonesia saat masa penjajahan Jepang. Penderitaan tersebut pun dilampiaskan dengan menginjak-injak karung goni pada lomba balap karung. Selain itu, lomba ini juga mengajarkan seseorang arti kerja keras dan gigih untuk mencapai tujuan.
Lomba satu ini juga tak kalah seru dengan yang lain. Seperti namanya, aktivitas ini akan mengadu beberapa tim untuk berjalan secepat mungkin menggunakan sandal bakiak yang terbuat dari kayu dan karet ban.
Dahulu, alas kaki ini banyak dipakai oleh masyarakat kalangan bawah karena mudah dibuat sendiri. Di samping itu, lomba bakiak juga menyimbolkan spirit gotong royong untuk mencapai kemerdekaan atau tujuan bersama.
Pada zaman kolonial, peserta lomba panjat pinang adalah rakyat pribumi, sedangkan orang-orang Belanda hanyalah sebagai penonton. Orang-orang pribumi dengan susah payah saling injak-menginjak temannya untuk berusaha mendapatkan hadiah berupa barang-barang pokok yang saat itu bernilai tinggi, menggambarkan bahwa saat itu masyarakat Indonesia miskin.
Sedangkan orang-orang Belanda hanya menonton, yang menurut mereka itu adalah pertunjukan menarik. Aktivitas rakyat pribumi yang melakukan panjat pinang hingga terjatuh, terinjak-injak dan, kesulitan menjadi hiburan tersendiri bagi orang-orang Belanda.
Di sisi lain, permainan yang mengharuskan peserta memanjat pohon pinang yang sudah dikuliti dan diberi cairan pelicin untuk memperebutkan hadiah itu juga menyimpan makna yang lain, yakni semangat gotong royong, kerja sama , dan solidaritas untuk mencapai tujuan bersama.
Baca juga: Rekomendasi 10 Film Tentang Pahlawan Indonesia, Pas Ditonton pada Momen 17 Agustusan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Serangkaian perlombaan itu biasanya diadakan di satu wilayah RT, dan bisa diikuti oleh warga setempat. Meski kegiatan perlombaan sudah populer di kalangan masyarakat, mungkin tak banyak orang yang tahu makna di balik sejumlah perlombaan yang rutin hadir saat momentum 17 Agustus itu.
Di balik kegiatannya yang seru, sejumlah perlombaan 17 Agustusan ternyata menyimpan histori dan filosofi lho Genhype. Apa saja itu? Yuk simak informasi berikut ini.
Baca juga: Ide Ucapan Selamat dan Caption untuk Rayakan Hari Kemerdekaan Indonesia
1. Lomba Makan Kerupuk
Lomba satu ini nyaris tidak pernah absen dalam peringatan 17 Agustusan. Sembari tangan diikat ke belakang, tiap peserta harus adu cepat melahap kerupuk seraya mendongakkan kepala. Di balik riuhnya suara gelak tawa karena ekspresi-ekspresi lucu yang ditampilkan peserta, ternyata lomba ini memiliki filosofi yang cukup dalam.Pada masa peperangan dan krisis ekonomi 1930-an hingga 1940-an, kerupuk menjadi makanan andalan rakyat kecil untuk bertahan hidup karena harganya yang terjangkau. Pada 1950-an, muncul beragam lomba untuk memperingati Hari Kemerdekaan salah satunya makan kerupuk sebagai pengingat akan masa-masa sulit itu.
2. Lomba Tarik Tambang
Ilustrasi lomba tarik tambang (Sumber gambar: Celvin Zaky/Unsplash)
Secara tidak langsung, lomba tarik tambang mencerminkan semangat kebersamaan, gotong royong, dan solidaritas. Selain itu, persatuan dalam tim bahu membahu menarik tambang juga mengingatkan betapa kerasnya para pejuang dulu untuk mendapatkan kemerdekaan dari tangan penjajah kolonial.
3. Lomba Balap Karung
Dalam lomba ini, setiap peserta harus melompat hingga garis finis dengan kedua kaki berada di dalam karung goni atau karung beras. Lomba ini menyimpan makna tentang betapa sulitnya rakyat Indonesia ketika dijajah Jepang dulu sampai-sampai tidak mampu membeli kain untuk dijadikan pakaian. Akhirnya, mereka menggunakan pakaian dari karung goni.Hal ini karena hanya karung goni yang mudah ditemukan dan dimiliki oleh orang Indonesia saat masa penjajahan Jepang. Penderitaan tersebut pun dilampiaskan dengan menginjak-injak karung goni pada lomba balap karung. Selain itu, lomba ini juga mengajarkan seseorang arti kerja keras dan gigih untuk mencapai tujuan.
4. Lomba Bakiak
Ilustrasi lomba bakiak (Sumber gambar: Squid Ward/Unsplash)
Dahulu, alas kaki ini banyak dipakai oleh masyarakat kalangan bawah karena mudah dibuat sendiri. Di samping itu, lomba bakiak juga menyimbolkan spirit gotong royong untuk mencapai kemerdekaan atau tujuan bersama.
5. Lomba Panjat Pinang
Panjat Pinang adalah permainan warisan Belanda. Saat itu bangsa Belanda menggunakan panjat pinang sebagai hiburan pada acara perayaan-perayaan penting, seperti pesta pernikahan, ulang tahun orang-orang kenamaan, dan perayaan penting lainnya.Pada zaman kolonial, peserta lomba panjat pinang adalah rakyat pribumi, sedangkan orang-orang Belanda hanyalah sebagai penonton. Orang-orang pribumi dengan susah payah saling injak-menginjak temannya untuk berusaha mendapatkan hadiah berupa barang-barang pokok yang saat itu bernilai tinggi, menggambarkan bahwa saat itu masyarakat Indonesia miskin.
Sedangkan orang-orang Belanda hanya menonton, yang menurut mereka itu adalah pertunjukan menarik. Aktivitas rakyat pribumi yang melakukan panjat pinang hingga terjatuh, terinjak-injak dan, kesulitan menjadi hiburan tersendiri bagi orang-orang Belanda.
Di sisi lain, permainan yang mengharuskan peserta memanjat pohon pinang yang sudah dikuliti dan diberi cairan pelicin untuk memperebutkan hadiah itu juga menyimpan makna yang lain, yakni semangat gotong royong, kerja sama , dan solidaritas untuk mencapai tujuan bersama.
Baca juga: Rekomendasi 10 Film Tentang Pahlawan Indonesia, Pas Ditonton pada Momen 17 Agustusan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.