3 Alasan Smartphone Kamu Butuh Perlindungan Ekstra
14 August 2023 |
15:00 WIB
Penggunaan smartphone menjadi tren di tengah perkembangan teknologi dan digitalisasi. Kendati demikian, ponsel cerdas ini juga rentan terhadap ancaman siber malicious software atau malware yang dapat merugikan pengguna, seperti menghilangkan uang tabungan dalam sekejap.
Ya, dalam beberapa waktu terakhir marak laporan mengenai serangan siber. Selain kebocoran data, ada juga serangan yang menyasar para pengguna smartphone yakni pengelabuan digital (phishing) dengan modus undangan digital di aplikasi WhatsApp.
Memiliki format PDF, target yang membukanya tanpa sadar akan dicuri informasi pribadinya. Ketika sudah mendapatkan informasi tersebut, tak butuh waktu lama untuk penipu membobol rekening pribadi korban, terutama mereka yang memiliki aplikasi mobile banking di ponsel cerdasnya.
Baca juga: Bukan Sekadar Angka, Ini Fungsi IMEI pada Smartphone
Oleh karena itu, penting pemilik smartphone untuk memberi perlindungan. Tak hanya itu, berikut ini adalah beberapa alasan kenapa kalian memerlukan perlindungan ekstra untuk perangkat ponsel cerdas yang dipakai.
Penelitian Kaspersky tentang pembayaran digital mengungkapkan bahwa ponsel cerdas Android menjadi perangkat yang paling banyak digunakan untuk transaksi keuangan online di wilayah Asia Tenggara. Empat dari lima (82 persen) pengguna pembayaran digital di Indonesia dan Filipina menggunakan perangkat Android mereka untuk transaksi seluler. Sementara Malaysia 76 persen, Thailand 73 persen, Vietnam 67 pesen, dan Singapura 54 persen.
Pada 2022, Kaspersky tercatat telah memblokir total 1.083 Trojan mobile banking yang hampir menginfeksi penggunanya di Asia Tenggara serta 207.506 insiden mobile malware. Dibandingkan dengan ancaman seperti phishing dan ransomware, pendeteksian trojan mobile banking masih relatif rendah volumenya karena masih banyak pengguna yang mengabaikan solusi keamanan pada perangkat seluler.
“Uang, rekening bank, e-wallet seluler, dan bahkan investasi kita benar-benar ada di ponsel cerdas sekarang. Baik itu perangkat Android atau iOS” ujar Adrian Hia, Managing Director Kaspersky untuk Asia Pasifik dalam pernyataannya, Senin (14/8/2023).
Perangkat seluler adalah risiko bisnis yang patut diwaspadai. Di luar mobile banking, ponsel digunakan untuk mengakses surat elektronik (email) dan aset perusahaan. Faktanya, 96 ponsel cerdas yang dapat terhubung dan mengakses jaringan perusahaan tidak digunakan untuk pekerjaan, melainkan ditujukan untuk penggunaan pribadi.
Peneliti Kaspersky selama bertahun-tahun melihat kasus Advanced Persistent Threats (APTs) yang memasuki sistem perusahaan melalui perangkat seluler yang terinfeksi. APT malware seluler seperti Pegasus dan Chrysor adalah spyware yang disebarkan melalui eksploitasi Android atau iOS yang diinstal pada ponsel cerdas korban.
Kaspersky pada 2022, juga mendeteksi sebanyak 10.543 installer trojan mobile ransomware secara global. “Kami mengakui adanya kemudahan dari BYOD, tetapi perusahaan juga harus mendorong karyawan untuk memasang perlindungan pada ponsel yang memiliki akses terhubung ke jaringan perusahaan yang kritis,” imbau Hia.
Banyak yang tetap tidak peduli untuk mengamankan identitas mereka dari pencurian dan penipuan online. Kebanyakan penipuan terjadi di media sosial, sebagian besar diakses melalui perangkat seluler.
Studi lain yang dilakukan Kaspersky menunjukkan hampir satu dari empat (38 persen) pengguna media sosial mengatakan bahwa mereka mengenal seseorang secara pribadi yang telah mengalami peretasan data saat menggunakan media sosial. Untuk mereka yang berusia 18-34 tahun, angka ini meningkat menjadi lebih dari setengahnya (52 persen).
Sebanyak tujuh persen pengguna di seluruh dunia mengatakan bahwa mereka telah menjadi korban penipuan melalui medsos. Laporan phishing Kaspersky pada 2022 juga mengungkapkan bahwa mereka memblokir 360.185 upaya untuk mengeklik tautan phishing dari messenger.
Dari jumlah tersebut, 82,71 persen berasal dari WhatsApp, 14,12 persen dari Telegram dan 3,17 persen lainnya dari Viber. Hia menilai perangkat seluler adalah harta karun dari media sosial dan aplikasi perpesanan yang digunakan. Di setiap aplikasi itu, kita memiliki percakapan, foto, dan informasi pribadi yang wajib dilindungi dari tangan jahil.
Sisi lainnya adalah bahwa penjahat siber juga bersembunyi di platform ini, menunggu mangsa jatuh ke dalam perangkap mereka. “Jaring pengamanan diperlukan jika kita ingin menikmati manfaat dari ponsel cerdas dan demi mengamankan reputasi serta identitas digital,” tambahnya.
Baca juga: 5 Cara Mudah Mengoptimalkan Performa Smartphone Android
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Ya, dalam beberapa waktu terakhir marak laporan mengenai serangan siber. Selain kebocoran data, ada juga serangan yang menyasar para pengguna smartphone yakni pengelabuan digital (phishing) dengan modus undangan digital di aplikasi WhatsApp.
Memiliki format PDF, target yang membukanya tanpa sadar akan dicuri informasi pribadinya. Ketika sudah mendapatkan informasi tersebut, tak butuh waktu lama untuk penipu membobol rekening pribadi korban, terutama mereka yang memiliki aplikasi mobile banking di ponsel cerdasnya.
Baca juga: Bukan Sekadar Angka, Ini Fungsi IMEI pada Smartphone
Oleh karena itu, penting pemilik smartphone untuk memberi perlindungan. Tak hanya itu, berikut ini adalah beberapa alasan kenapa kalian memerlukan perlindungan ekstra untuk perangkat ponsel cerdas yang dipakai.
1. Tempat Menyimpan Uang
Menyimpan uang atau bertransaksi kini tidak perlu lagi harus ke bank maupun anjungan tunai mandiri (ATM). Cukup mengunduh aplikasi bank yang dipakai, kamu bisa melakukan aktivitas finansial semudah genggaman.Penelitian Kaspersky tentang pembayaran digital mengungkapkan bahwa ponsel cerdas Android menjadi perangkat yang paling banyak digunakan untuk transaksi keuangan online di wilayah Asia Tenggara. Empat dari lima (82 persen) pengguna pembayaran digital di Indonesia dan Filipina menggunakan perangkat Android mereka untuk transaksi seluler. Sementara Malaysia 76 persen, Thailand 73 persen, Vietnam 67 pesen, dan Singapura 54 persen.
Pada 2022, Kaspersky tercatat telah memblokir total 1.083 Trojan mobile banking yang hampir menginfeksi penggunanya di Asia Tenggara serta 207.506 insiden mobile malware. Dibandingkan dengan ancaman seperti phishing dan ransomware, pendeteksian trojan mobile banking masih relatif rendah volumenya karena masih banyak pengguna yang mengabaikan solusi keamanan pada perangkat seluler.
“Uang, rekening bank, e-wallet seluler, dan bahkan investasi kita benar-benar ada di ponsel cerdas sekarang. Baik itu perangkat Android atau iOS” ujar Adrian Hia, Managing Director Kaspersky untuk Asia Pasifik dalam pernyataannya, Senin (14/8/2023).
2. Akses Email Lewat Ponsel
Perangkat seluler adalah risiko bisnis yang patut diwaspadai. Di luar mobile banking, ponsel digunakan untuk mengakses surat elektronik (email) dan aset perusahaan. Faktanya, 96 ponsel cerdas yang dapat terhubung dan mengakses jaringan perusahaan tidak digunakan untuk pekerjaan, melainkan ditujukan untuk penggunaan pribadi.Peneliti Kaspersky selama bertahun-tahun melihat kasus Advanced Persistent Threats (APTs) yang memasuki sistem perusahaan melalui perangkat seluler yang terinfeksi. APT malware seluler seperti Pegasus dan Chrysor adalah spyware yang disebarkan melalui eksploitasi Android atau iOS yang diinstal pada ponsel cerdas korban.
Kaspersky pada 2022, juga mendeteksi sebanyak 10.543 installer trojan mobile ransomware secara global. “Kami mengakui adanya kemudahan dari BYOD, tetapi perusahaan juga harus mendorong karyawan untuk memasang perlindungan pada ponsel yang memiliki akses terhubung ke jaringan perusahaan yang kritis,” imbau Hia.
3. Semua Aplikasi Sosial Ada di Smartphone
Perangkat seluler menampung semua aplikasi sosial. Sebuah survei mengungkapkan satu dari empat pengguna internet di Asia Pasifik telah menjadi korban penipuan identitas. Tetapi bagian yang paling menarik adalah bahwa pengguna tidak peduli.Banyak yang tetap tidak peduli untuk mengamankan identitas mereka dari pencurian dan penipuan online. Kebanyakan penipuan terjadi di media sosial, sebagian besar diakses melalui perangkat seluler.
Studi lain yang dilakukan Kaspersky menunjukkan hampir satu dari empat (38 persen) pengguna media sosial mengatakan bahwa mereka mengenal seseorang secara pribadi yang telah mengalami peretasan data saat menggunakan media sosial. Untuk mereka yang berusia 18-34 tahun, angka ini meningkat menjadi lebih dari setengahnya (52 persen).
Sebanyak tujuh persen pengguna di seluruh dunia mengatakan bahwa mereka telah menjadi korban penipuan melalui medsos. Laporan phishing Kaspersky pada 2022 juga mengungkapkan bahwa mereka memblokir 360.185 upaya untuk mengeklik tautan phishing dari messenger.
Dari jumlah tersebut, 82,71 persen berasal dari WhatsApp, 14,12 persen dari Telegram dan 3,17 persen lainnya dari Viber. Hia menilai perangkat seluler adalah harta karun dari media sosial dan aplikasi perpesanan yang digunakan. Di setiap aplikasi itu, kita memiliki percakapan, foto, dan informasi pribadi yang wajib dilindungi dari tangan jahil.
Sisi lainnya adalah bahwa penjahat siber juga bersembunyi di platform ini, menunggu mangsa jatuh ke dalam perangkap mereka. “Jaring pengamanan diperlukan jika kita ingin menikmati manfaat dari ponsel cerdas dan demi mengamankan reputasi serta identitas digital,” tambahnya.
Baca juga: 5 Cara Mudah Mengoptimalkan Performa Smartphone Android
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.