Ilustrasi Esports (Sumber gambar: Freepik)

Mengenal Sistem Liga Esports Franchise, Keuntungan, dan Kekurangannya

09 August 2023   |   19:09 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Like
Sistem liga esports franchise belakangan jadi topik yang menarik di dunia gamer. Meski terdengar cukup asing, sebenarnya sistem liga franchise bukanlah hal baru. Banyak kompetisi esports ternama memakai format ini, bahkan cabang olahraga lain lebih banyak yang sudah dahulu menerapkannya.

Liga franchise atau juga disebut North American System merupakan liga olahraga yang tidak menerapkan sistem promosi dan degradasi. Oleh karena itu, tim yang bisa bermain di liga ini cenderung lebih aman karena bisa tetap bertahan di kompetisi ini dalam jangka waktu tertentu.

Untuk bisa memasuki liga berformat ini, tim pun akan dilakukan seleksi. Liga ini hanya bisa dimainkan oleh tim-tim tertentu saja yang ibaratnya telah memenuhi syarat khusus.

Baca juga: Hypereport: Masa Depan Esports yang Kian Kompetitif

Dalam hal ini, pemilik tim atau investor harus melengkapi persyaratan tertentu untuk masuk ke liga, termasuk biaya investasi yang jadi salah satu kriterianya. Ya, ada semacam biaya komitmen yang diberikan agar sebuah tim bisa bertanding di liga bergengsi tersebut.

Oleh karena itu, tak sedikit juga yang menyebut sistem liga ini cukup ekslusif. Sebab, tak semua tim bisa masuk ke sana karena tak ada sistem promosi dan degradasi yang terjadi.

Namun, apakah sistem liga ini cukup fair jika dijalankan. Apa dampak yang akan terjadi jika sistem ini diterapkan di liga esports di Indonesia? Berikut ulasannya.


Kekurangan Sistem Liga Esports Franchise

Menurut pengamat game Zilbest Yabes Elia, kehadiran liga esports franchise akan berdampak pada sulitnya organisasi tim baru untuk berkembang. Organisasi tim esports baru cenderung akan lebih sulit bersaing dengan mereka yang lebih dahulu terbentuk, apalagi yang punya uang dan bisa menembus liga esports franchise tersebut.

Dengan demikian, regenerasi tim esports baru akan lebih sulit terbentuk. Sebab, mereka akan kesulitan untuk menembus panggung liga karena aturan-aturan yang ada. Mereka juga harus menyiapkan uang yang tak sedikit untuk bisa menembus liga franchise.

Namun, apakah hal ini juga akan menghambat regenerasi pemain atau pro player? Jawabannya adalah tidak. Sebab, para pemain baru dan muda masih bisa berkarier jika mereka bisa masuk ke dalam tim-tim top yang sudah masuk sistem liga.

Kemudian, sistem liga ini juga akan membuat publisher gim punya kekuasaan yang lebih kuat. Lantaran sudah ada biaya komitmen di awal, maka pemilik tim mau tidak mau harus mengikuti aturan, bahkan jika tiba-tiba ada regulasi yang berubah di tengah-tengah.

“Kalau di awal tidak membayar, pemilik tim bisa dengan mudah mencabut timnya. Namun, karena sudah ada uang yang keluar di awal, tentu akan berpikir seratus kali jika ingin mundur,” jelas Yabes kepada Hypeabis.id.

Di sisi lain, model ini juga juga berpotensi mengurangi sisi kompetitif setiap tim. Hal ini terjadi karena tidak adanya sistem turun kasta liga. Artinya, mereka yang di papan bawah bisa tetap tenang karena tahun depan masih bisa bermain lagi di liga tersebut meski berada di peringkat paling akhir sekali pun.


Kelebihan Sistem Liga Esports Franchise

Tak selalu buruk, liga esports franchise juga memiliki kelebihan dan dampak yang baik juga. Yabes mengatakan bahwa sistem ini cenderung menjamin stabilitas dalam hal pendapatan dan eksposure untuk tim dan pemain.

Tanpa liga franchise, organisasi esports atau pemain hanya bisa buat rencana jangka pendek. Sebab, pada format liga degradasi, tidak ada kepastian bahwa musim depan mereka masih berada di panggung utama atau tidak.

“Hal ini terbukti di DOTA 2 yang emang enggak pakai sistem franchise. Tim-tim yang timbul dan tenggelam jauh lebih banyak ketimbang tim-tim yang ada di LoL, yang mana memakai sistem franchise,” jelasnya.

Selain itu, sistem ini juga seakan memaksa gim publisher untuk berkomitmen lebih panjang. Format gim ini juga cenderung memiliki sisi storytelling yang lebih baik. Sebab, ada karakteristik dari masing-masing tim yang akan terbentuk dan akan jadi daya tarik tersendiri. Hal ini akan jauh lebih sulit terjadi jika sistemnya adalah degradasi, di mana setiap tim bisa terpental dari liga utama sewaktu-waktu.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

3 Merek Jam Tangan Mewah Penyandang Gelar The Holy Trinity of Watches, Tidak Ada Rolex

BERIKUTNYA

Sinopsis Cobweb, Teror Nyata di Balik Dinding Kamar

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: