Seniman Daniel Kho dalam pameran Castaneda Factor. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Himawan L Nugraha)

Sosok Daniel Kho, Semakin Berwarna Semakin Bahagia & Ngepop

01 August 2023   |   20:00 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Semangat membahagiakan diri sendiri dan orang lain merupakan bentuk praktik seni Daniel Kho. Penuh daya dan gembira, itulah kalimat yang pas untuk menggambarkan seniman asal Klaten, Jawa Tengah Itu agar tetap kritis terhadap realitas.

Bagaimana tidak, dalam pembukaan pamerannya yang bertajuk Castaneda Factor di Jagad Gallery belum lama ini dia tampil sederhana tapi tetap ngejreng. kesederhanaan itu juga tercermin lewat lontaran kalimat-kalimatnya yang bersahaja tapi kontemplatif, ndugal tapi penuh daya dobrak.

Baca juga: Seni Merayakan Hidup Ala Daniel Kho dalam Pameran Castaneda Factor

Lahir dan besar dalam kultur Jawa pada 1956, memang tak urung membuat Daniel banyak menyerap nilai-nilai tradisi ketimuran yang apa adanya. Meski pada dekade 1970-an dia harus hijrah ke Eropa untuk studi, tapi Daniel tetap teguh memegang akar yang selama ini membesarkannya.

Sebelum bertualang ke Benua Biru itu, Daniel banyak mempelajari seni rupa dalam bingkai tradisi, seperti membatik dan membuat lukisan batik bersama seniman-seniman Yogyakarta. Selain itu, dia juga mendalami tatah sungging atau seni pembuatan wayang kulit yang kelak muncul di karya-karyanya dalam konteks seni rupa etnik.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Daniel Kho (@daniel.kho.art)


Setelah melanglang buana, Daniel Kho mulai memetik sukses ketika berpameran di Jerman. Karya-karyanya menarik perhatian karena menunjukkan gejala etnik yang khas dan otentik. Dewi fortuna juga berpihak padanya pada 1998, saat dia mendapat beasiswa untuk belajar praktik seni dari Jacob Eschweiler Art Foundation.

Bahkan pada 1999 dia juga diminta untuk mengajar seluk beluk seni rupa dan performance, di MUSE Artists in Schools, di Cologne, Jerman. Program tersebut merupakan proyek pengembangan seni rupa yang diorganisasikan Yehudi Menuhin Foundation. Di tempat tersebut Daniel mengajar hingga 2006, sembari berkarya di tiga studionya di Cologne Barcelona, Spanyol, dan Ubud Bali

Kembali ke Akar
Selain mengajar, sejak dekade 1990-an hingga sekarang, Daniel pun aktif terlibat dalam berbagai pameran mancanegara. Di antaranya yang cukup signifikan seperti pameran Neo Ethno Art di Marta Torres Art Gallery, Ibiza, Spanyol 2001, lalu pameran Ethno Pop Art di Teh Gallery, Berlin (2003), dan pameran Dreams–Wishes-Hope di GTZ Eschborn, Jerman.

Selama berkarya, Daniel memang kritis pada kebudayaan Barat, demikian pula pada situasi kebudayaan Timur. Namun, dia memilih untuk kembali ke akarnya, sebagai manusia dengan akar tradisi Timur, termasuk lewat persinggungannya dengan tradisi Bali yang kaya akan budaya rupa.

Oleh karena itu, sudah sejak lama menurut sang seniman segala hal menjadi cantik di Bali (beautified). Daniel Kho pun segera sadar, nilai-nilai keindahan di balik budaya rupa Bali ini adalah tradisi yang menjadi acuan nilai-nilai bersama dalam pembuatan karya seni, yang lebih otentik dan terlepas dari dunia kapitalistik.

Caranya memandang hidup yang kadang filosofis itu juga dapat dilihat dari deretan bentuk karya-karyanya yang transformatif. Alih-alih menggunakan figur manusia, Daniel lebih banyak menggunakan makhluk mitologi, wayang kulit, hingga sosok alien yang dinamai sebagai makhluk ethno-extraterrestrial-pop yang penuh warna.

"Karya-karya saya itu kalau diperhatikan seperti batik modern, banyak pernak-perniknya. Ada juga deformasi wayang yang bentuknya surealis dan saya adaptasi secara hibrida dengan penggunaan warna mencolok, biar bahagia dan ngepop," kata Daniel.

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Mengenal Hari Childfree yang Diperingati Tiap 1 Agustus

BERIKUTNYA

Hypereport: Risiko Pembajakan di Tengah Maraknya Platform Streaming Musik Digital

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: