Ilustrasi pekerja yang mengalami burnout-Yan Krukov (Pexels)

5 Kiat Jitu agar Terhindar dari Burnout

27 July 2021   |   11:51 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Pekerjaan dengan tingkat kesulitan tinggi memang rentan membuat seorang pekerja mudah mengalami burnout. Ketika ingin melakukan kegiatan lain, seolah hal itu terasa lebih berat. Kondisi seperti ini memiliki dampak yang menyebabkan seseorang menjadi frustrasi dalam menyelesaikan pekerjaannya. Kondisi demikian sering disebut burnout.

Psikolog Prita Yulia Maharani mengatakan burnout seringkali menjadi masalah bagi karyawan saat sedang melakukan rutinitas pekerjaan, apalagi di tengah situasi pandemi sekarang yang mengharuskan karyawan untuk bekerja di rumah.

“Kondisi yang dialami umumnya seperti stres berat, frustrasi, kurang motivasi, dan mudah merasa lelah,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Hypeabis.id, Selasa (27/7/2021).

Prita juga mengungkapkan kondisi burnout yang tidak segera diatasi bisa mengganggu ketenangan emosional. Bukan hanya dari sisi karyawan, pihak perusahaan juga bisa membuat beberapa kebijakan untuk mengurangi risiko burnout pada karyawannya. Berikut 5 kiat yang bisa diterapkan.

1. Memahami pengaruh negatif burnout bagi karyawan.
Salah satu hal terpenting yang perlu dilakukan adalah memberikan usulan kepada manajer tentang cara mengatur stres dan perasaan lelah saat bekerja. Lokakarya dapat menjadi ide yang tepat dan bisa memberikan wawasan kepada karyawan untuk mengatasi burnout.

2. Mengubah jam kerja karyawan.
Perhatikan ulang jam kerja di kantor, jika ada karyawan yang masuk kerja pukul 8 pagi, tetapi masih belum diizinkan pulang pukul 9 malam, maka bicarakan kepada atasan. Beri tahu tentang penyesuaian biaya dan dampak burnout pada karyawan. Produktivitas internal perusahaan dapat menurun akibat dampak dari burnout yang mengganggu ketahanan kerja.
 

Ilustrasi-Redd (Unsplash)

Ilustrasi-Redd (Unsplash)
 

3. Memperbaiki budaya kerja.
Mencegah burnout sebenarnya sangat mudah dilakukan. Budaya kerja perusahaan yang transparan, atasan selalu mengapresiasi usaha karyawan, dan memperhatikan work life balance akan lebih meningkatkan kesejahteraan karyawan, sehingga keinginan karyawan untuk resign makin berkurang.

4. Mengadakan partnership untuk membuat program kesehatan mental.
Stres berat bisa menjadi masalah kesehatan mental yang sering dihadapi karyawan. Untuk itu, perusahaan dapat mengadakan program kesehatan mental dengan suatu partnership. Ada beragam layanan mulai dari asesmen kesehatan mental, self help content, sampai konseling kepada psikolog berpengalaman dan profesional yang dapat diperoleh hanya dalam satu akses.

5. Atur jadwal pertemuan untuk evaluasi.
Mengadakan pertemuan dengan karyawan juga dapat menangkal ‘penyakit’ pikiran yang disebabkan oleh burnout, misalnya saling berinteraksi dalam membenahi masalah pekerjaan seperti waktu dan sistem kerja.

Selalu tampung setiap pendapat dari masing-masing karyawan karena ‘suara’ mereka sangat penting sebagai bahan evaluasi atas kemajuan perusahaan. Dengan begitu, karyawan seakan lebih dihargai dan terhindari dari sikap tak acuh.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Wow, Obat Khusus Covid-19 Bersiap Masuk Tahap Uji Klinis di Jepang

BERIKUTNYA

Hati-hati Konsumsi Kopi Berlebihan Bisa Picu Demensia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: