Masyarakat Indonesia Makin Demen ke Konser Musik, Ini Acara yang Paling Disukai
20 July 2023 |
15:19 WIB
Sunyinya panggung konser selama pandemi membuat masyarakat haus akan hiburan pertunjukan musik. Tak ayal, kini, setelah kondisi pandemi semakin mereda, gairah dan minat masyarakat untuk menonton konser sangat tinggi. Konser dan festival musik dari berbagai skala selalu dipadati oleh penonton.
Tak hanya konser musik lokal, sederet hajatan musik tingkat internasional pun ramai diserbu penonton. Harga tiket yang terbilang tidak murah juga tampaknya tidak menyurutkan minat masyarakat untuk menonton konser dan festival musik.
Kondisi itu pun tertuang dalam hasil survei yang dilakukan oleh lembaga riset Jakpat. Laporan berjudul Music Concert Trends 2023 menyebutkan bahwa sebanyak 38 persen responden mengaku telah menonton konser musik rata-rata sebanyak 2 sampai 3 kali selama kurun waktu 6 bulan pertama 2023.
Selain itu, sebanyak 36 responden mengaku setidaknya telah sekali datang ke konser musik selama awal tahun ini, disusul 15 persen responden yang menonton sebanyak 4-5 kali, dan 10 persen responden sebanyak 6-9 kali.
Menariknya, masyarakat rupanya lebih menyukai gelaran festival musik dengan skala acara yang lebih besar dan ramai sebagaimana dipilih oleh 5,29 persen responden. Sementara sisanya menyukai gelaran acara konser musik solo (5,28 persen), dan gigs atau acara musik dengan skala yang lebih kecil dan intimate (4,80 persen).
Adapun, lima gelaran konser dan festival musik yang paling banyak diminati oleh masyarakat pada paruh pertama tahun 2023 yakni konser Sheila On 7: Tunggu Aku di Jakarta sebagaimana dipilih oleh 33 persen responden, Dewa 19: Pesta Rakyat 30 Tahun Berkarya (32 persen), Festival Pasar Musik 2023 (32 persen), NOAH: The Great Journey of NOAH (27 persen), dan Java Jazz Festival 2023 (25 persen).
Di samping itu, ada pula lima konser dan festival musik mendatang yang paling dinantikan oleh masyarakat meskipun beberapa acara telah dilaksanakan seperti Coldplay: Music of the Spheres sebagaimana dipilih oleh 50 persen responden, Jakarta Fair (46 persen), Slank: Album Tujuh 25th Anniversary Tour (36 persen), aespa:Live Tour 2023-SYNK: Hyper Line in Jakarta (34 persen), dan Pertunjukan Tutur Batin Yura Yunita (29 persen).
Alasan Memilih Konser
Survei yang melibatkan sebanyak 1620 responden itu juga menuliskan bahwa ada sederet faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih sebuah konser musik. Harga tiket merupakan faktor utamanya sebagaimana dipilih oleh 66 persen responden, disusul dengan alasan jajaran lineup atau musisi (65 persen), dan waktu penyelenggaraan acara (56 persen).
Selain itu, sejumlah alasan lainnya yakni lokasi acara (50 persen), akses menuju lokasi/venue (47 persen), venue (38 persen), faktor teman (32 persen), tempat/platform untuk pembelian tiket (26 persen), warung/stan makanan (13 persen), pengaturan area VIP dan festival (13 persen), dan mengikuti tren (12 persen).
Terkait bujet, laporan tersebut menemukan bahwa rata-rata alokasi bujet yang dikeluarkan masyarakat untuk menonton konser musik yakni sebesar Rp721.109.
Kendati begitu, mayoritas dari mereka atau sebanyak 73 persen responden mengaku tidak mengalokasikan bujet yang spesifik untuk keperluan hiburan. Hanya 27 persen responden yang mengalokasikan bujet mereka secara spesifik untuk kebutuhan hiburan termasuk konser musik.
Hal inilah yang membuat menurut mayoritas responden mengaku bahwa pengeluaran bujet untuk konser musik mempengaruhi pengeluaran lain mereka pada bulan yang sama sebagaimana dipilih oleh 36 persen responden, bahkan 30 persen dari mereka menyatakan hal itu sangat berpengaruh. Adapun, hanya kurang dari 20 persen responden yang menyatakan bahwa membeli tiket konser musik tidak mempengaruhi pengeluaran bulanan mereka.
Minat masyarakat untuk datang ke konser dan festival musik pada paruh kedua 2023 pun diprediksi akan makin meningkat. Hal itu tergambar dari hasil survei yang menyebutkan bahwa sebanyak 39 persen responden mengaku tertarik dan berencana untuk pergi ke konser atau festival musik pada kurun waktu enam bulan mendatang.
Diikuti sebanyak 32 persen responden yang mengaku tertarik untuk pergi ke konser musik tapi tidak merencanakannya, bahkan 8 persen dari mereka mengaku telah membeli setidaknya satu tiket konser musik. Di sisi lain, sebanyak 22 persen responden lainnya mengaku tidak tertarik untuk pergi ke konser atau festival musik pada paruh kedua tahun ini.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Promotor Musik Indonesia Dino Hamid, saat ini penikmat konser lebih didominasi oleh generasi Z dan Alpha yang baru menginjak usia remaja, di mana ketika pandemi, mereka tidak bisa keluar rumah untuk menikmati konser.
"Tapi hari ini, mereka merasakan pertama kali pengalaman berinteraksi di medium festival atau konser. Makanya sekarang setiap minggu konser atau festival dengan berbagai skala itu penuh," imbuhnya.
Dino juga menuturkan, pandemi Covid-19 yang lalu menciptakan semacam era dan kultur baru dalam industri konser musik. Hal tersebut membuat baik dari sisi promotor sebagai penyelenggara ataupun penonton, dapat menyesuaikan perubahan tersebut.
Seperti misalnya dari sisi penonton. Dia mengatakan jika sebelumnya masyarakat menonton konser karena ingin melihat pertunjukan dari musisi atau grup musik idola, saat ini penonton juga harus memastikan kredibilitas dari promotor yang menyelenggarakan konser tersebut.
Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya permasalahan akibat ketidakprofesionalan promotor dalam menggelar konser seperti beberapa waktu lalu, yang dapat memberikan efek domino kepada promotor lainnya.
"Kami juga sekarang sedang mengedukasi market agar mereka mempelajari secara keseluruhan. Enggak cuma [melihat] artisnya saja, tapi juga profiling dan kapabilitas promotornya," tambahnya.
Editor: Indyah Sutriningrum
Tak hanya konser musik lokal, sederet hajatan musik tingkat internasional pun ramai diserbu penonton. Harga tiket yang terbilang tidak murah juga tampaknya tidak menyurutkan minat masyarakat untuk menonton konser dan festival musik.
Kondisi itu pun tertuang dalam hasil survei yang dilakukan oleh lembaga riset Jakpat. Laporan berjudul Music Concert Trends 2023 menyebutkan bahwa sebanyak 38 persen responden mengaku telah menonton konser musik rata-rata sebanyak 2 sampai 3 kali selama kurun waktu 6 bulan pertama 2023.
Selain itu, sebanyak 36 responden mengaku setidaknya telah sekali datang ke konser musik selama awal tahun ini, disusul 15 persen responden yang menonton sebanyak 4-5 kali, dan 10 persen responden sebanyak 6-9 kali.
Menariknya, masyarakat rupanya lebih menyukai gelaran festival musik dengan skala acara yang lebih besar dan ramai sebagaimana dipilih oleh 5,29 persen responden. Sementara sisanya menyukai gelaran acara konser musik solo (5,28 persen), dan gigs atau acara musik dengan skala yang lebih kecil dan intimate (4,80 persen).
Adapun, lima gelaran konser dan festival musik yang paling banyak diminati oleh masyarakat pada paruh pertama tahun 2023 yakni konser Sheila On 7: Tunggu Aku di Jakarta sebagaimana dipilih oleh 33 persen responden, Dewa 19: Pesta Rakyat 30 Tahun Berkarya (32 persen), Festival Pasar Musik 2023 (32 persen), NOAH: The Great Journey of NOAH (27 persen), dan Java Jazz Festival 2023 (25 persen).
Di samping itu, ada pula lima konser dan festival musik mendatang yang paling dinantikan oleh masyarakat meskipun beberapa acara telah dilaksanakan seperti Coldplay: Music of the Spheres sebagaimana dipilih oleh 50 persen responden, Jakarta Fair (46 persen), Slank: Album Tujuh 25th Anniversary Tour (36 persen), aespa:Live Tour 2023-SYNK: Hyper Line in Jakarta (34 persen), dan Pertunjukan Tutur Batin Yura Yunita (29 persen).
38 persen masyarakat telah pergi ke konser musik sebanyak 2-3 kali pada paruh pertama 2023 (Sumber gambar: Pexels Teddy Yang)
Survei yang melibatkan sebanyak 1620 responden itu juga menuliskan bahwa ada sederet faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih sebuah konser musik. Harga tiket merupakan faktor utamanya sebagaimana dipilih oleh 66 persen responden, disusul dengan alasan jajaran lineup atau musisi (65 persen), dan waktu penyelenggaraan acara (56 persen).
Selain itu, sejumlah alasan lainnya yakni lokasi acara (50 persen), akses menuju lokasi/venue (47 persen), venue (38 persen), faktor teman (32 persen), tempat/platform untuk pembelian tiket (26 persen), warung/stan makanan (13 persen), pengaturan area VIP dan festival (13 persen), dan mengikuti tren (12 persen).
Terkait bujet, laporan tersebut menemukan bahwa rata-rata alokasi bujet yang dikeluarkan masyarakat untuk menonton konser musik yakni sebesar Rp721.109.
Kendati begitu, mayoritas dari mereka atau sebanyak 73 persen responden mengaku tidak mengalokasikan bujet yang spesifik untuk keperluan hiburan. Hanya 27 persen responden yang mengalokasikan bujet mereka secara spesifik untuk kebutuhan hiburan termasuk konser musik.
Hal inilah yang membuat menurut mayoritas responden mengaku bahwa pengeluaran bujet untuk konser musik mempengaruhi pengeluaran lain mereka pada bulan yang sama sebagaimana dipilih oleh 36 persen responden, bahkan 30 persen dari mereka menyatakan hal itu sangat berpengaruh. Adapun, hanya kurang dari 20 persen responden yang menyatakan bahwa membeli tiket konser musik tidak mempengaruhi pengeluaran bulanan mereka.
Minat masyarakat untuk datang ke konser dan festival musik pada paruh kedua 2023 pun diprediksi akan makin meningkat. Hal itu tergambar dari hasil survei yang menyebutkan bahwa sebanyak 39 persen responden mengaku tertarik dan berencana untuk pergi ke konser atau festival musik pada kurun waktu enam bulan mendatang.
Diikuti sebanyak 32 persen responden yang mengaku tertarik untuk pergi ke konser musik tapi tidak merencanakannya, bahkan 8 persen dari mereka mengaku telah membeli setidaknya satu tiket konser musik. Di sisi lain, sebanyak 22 persen responden lainnya mengaku tidak tertarik untuk pergi ke konser atau festival musik pada paruh kedua tahun ini.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Promotor Musik Indonesia Dino Hamid, saat ini penikmat konser lebih didominasi oleh generasi Z dan Alpha yang baru menginjak usia remaja, di mana ketika pandemi, mereka tidak bisa keluar rumah untuk menikmati konser.
"Tapi hari ini, mereka merasakan pertama kali pengalaman berinteraksi di medium festival atau konser. Makanya sekarang setiap minggu konser atau festival dengan berbagai skala itu penuh," imbuhnya.
Dino juga menuturkan, pandemi Covid-19 yang lalu menciptakan semacam era dan kultur baru dalam industri konser musik. Hal tersebut membuat baik dari sisi promotor sebagai penyelenggara ataupun penonton, dapat menyesuaikan perubahan tersebut.
Seperti misalnya dari sisi penonton. Dia mengatakan jika sebelumnya masyarakat menonton konser karena ingin melihat pertunjukan dari musisi atau grup musik idola, saat ini penonton juga harus memastikan kredibilitas dari promotor yang menyelenggarakan konser tersebut.
Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya permasalahan akibat ketidakprofesionalan promotor dalam menggelar konser seperti beberapa waktu lalu, yang dapat memberikan efek domino kepada promotor lainnya.
"Kami juga sekarang sedang mengedukasi market agar mereka mempelajari secara keseluruhan. Enggak cuma [melihat] artisnya saja, tapi juga profiling dan kapabilitas promotornya," tambahnya.
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.