Kapal Miniatur Muslim Makassar (Sumber: Islamic Museum of Australia)

Menelusuri Jejak Islam hingga ke Australia

04 May 2021   |   17:41 WIB
Image
Nirmala Aninda Manajer Konten Hypeabis.id

Keberadaan Islam di Australia telah tercatat sejak ratusan tahun lalu dan mempengaruhi masyarakatnya hingga bagaimana komunitas Muslim di negeri kangguru itu terbentuk.

Museum Islam Australia (Islamic Museum of Australia) memamerkan berbagai warisan artistik yang kaya dan kontribusi sejarah umat Islam di Australia dan luar negeri melalui pameran seni dan benda-benda bersejarah.

Ini adalah pusat seni dan budaya pertama yang terkait dengan Islam di Australia yang menampilkan beragam seni Islam termasuk arsitektur, kaligrafi, lukisan, kaca, keramik dan tekstil serta koleksi seni kontemporer dari seniman Muslim Australia.
 

Museum Islam Australia

Museum Islam Australia



Direktur Pendidikan dan Hubungan Masyarakat Museum Islam Australia Sherene Hassan menuturkan bahwa museum ini didirikan oleh Moustafa Fahour dan keluarganya dengan kontribusi dana sebesar US$4 juta, pada awal tahun 2014.

Inisasi untuk mendirikan museum ini dimulai sebagai yayasan nirlaba yang didirikan pada Mei 2010 dengan tujuan mendirikan museum Islam pertama di Australia.

Lewat Museum Islam Australia, Fahour berambisi untuk menunjukkan keindahan Islam dan sebagai media edukasi kepada masyarakat luas di Australia dan dunia.

Bangunan dengan gaya arsitektur unik ini dirancang oleh Desypher, sebuah perusahaan arsitek yang berbasis di Melbourne.

80% pengunjung museum adalah non-muslim dan keberadaan pusat kebudayaan ini disambut positif oleh komunitas di Melbourne.

Museum Islam Australia terdiri dari lima bagian galeri yakni Islamic Faith, Islamic Contribution to Civilization, Islamic Art, Islamic Architecture dan Australian Muslim History galleries yang seluruhnya menunjukkan sekilas gambaran unik tentang kontribusi yang kaya dari Islam terhadap komunitas di Australia dan dunia.

Di area depan menuju ke dalam museum, pengunjung dapat melihat pajangan berupa kain Batik Parang yang diberikan oleh pemerintah Indonesia pada 2014 sebagai bentuk dukungan dan tanda terima kasih kepada Muslim di Melbourne.

Beberapa koleksi museum bahkan menunjukkan bagaimana Islam di Australia juga memiliki pengaruh dari Indonesia.

Ada banyak cara Islam masuk ke Australia sejak tahun 1700 silam dan sejarah menunjukkan bahwa hal ini beberawal dari kedatangan para pelaut asal Makassar sejak 300 tahun yang lalu.

Sejak abad ke-18, komunitas adat dan muslim telah berdagang satu sama lain, bersosialisasi hingga kawin campur di Australia.
 

Museum Islam Australia

Museum Islam Australia


Pada awal 1700-an, para nelayan muslim dari Makassar mulai melakukan kunjungan tahunan, melakukan perjalanan ke pantai utara dan barat laut Australia untuk mencari siput laut atau teripang.

Mereka sering mengunjungi Pantai Kimberley, Arnhem Land, Groote Eylandt, dan wilayah Utara Australia lainnya.

Dengan menggunakan angin muson untuk mengarungi perahu mereka, armada yang terdiri dari 50 atau lebih kapal akan melakukan perjalanan pada bulan Desember setiap tahun ke pantai utara Arnhem Land, yang dikenal oleh orang Makassar sebagai Marege, dan mereka akan tiba empat bulan kemudian.

Sejarah ini diceritakan melalui lukisan kuno di atas batu yang dibuat oleh suku Aboirigin menunjukkan berbagai jenis kapal yang mengunjungi pantai utara Arnhem Land selama berabad-abad dari Makasar pada tahun 1700-an hingga kapal uap Eropa.

Sherene menambahkan bahwa jejak Islam di Australia juga datang dari para perantau asal Afganistan, beberapa abad setelah muslim Indonesia.

Mereka datang dengan unta sebagai satu-satunya hewan yang dapat bertahan di lingkungan gurun yang keras di Australia.

Tidak hanya membawa Islam ke pulau itu, para penunggang unta Afganistan juga membangun rel rel, jalur telegraf, bahkan mendistribusikan berbagai barang ke seluruh negeri.

Masjid pertama yang pernah dibangun di Australia didirikan pada tahun 1861 di Marree, Australia Selatan, terlihat sangat mirip dengan masjid-masjid awal yang dibangun di Mekah dan Madinah pada saat kedatangan Islam.

Editor: Purboyo

SEBELUMNYA

Seni Bangkit Lagi, Museum MACAN Gelar Kolaborasi LaboKarya dengan Perupa Kontemporer

BERIKUTNYA

Sensasi Kelezatan Barbeque Khas Korea

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: