Tanpa Disadari, Gejala-gejala Ini Adalah Tanda Awal Hipertensi
17 July 2023 |
16:00 WIB
Gejalanya sering tersembunyi dan berbahaya, itulah hipertensi. Penyakit ini juga sering disebut Si Pembunuh Senyap karena saking seringnya terlambat dideteksi Banyak orang yang akhirnya baru menyadari memiliki penyakit ini saat kondisinya sudah cukup fatal.
Dokter Spesialis Jantung Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) Bambang Widyantoro bahwa sebutan itu bukan bualan belaka. Dia menyebut lebih dari 70 persen penderita hipertensi memang tidak mengalami gejala apa pun. Hal ini membuat hipertensi sulit dideteksi.
Baca juga: Cegah Kondisi Seperti Indra Bekti, Cek 5 Cara Turunkan Hipertensi Secara Alami
Namun, hal ini sebenarnya bisa diminimalkan jika setiap orang punya kesadaran lebih terhadap kondisi kesehatannya. Dengan mengecek tekanan darah secara berkala, dokter umumnya akan bisa mengetahui penyakit ini secara lebih dini.
Hipertensi adalah suatu kondisi yang ditandai oleh kenaikan tekanan darah. Diagnosis ini biasanya dilakukan setelah pengukuran tekanan darah di klinik atau fasilitas kesehatan. Mereka yang terkena penyakit ini adalah yang memiliki TB sistolik lebih dari 140 mmHg dan atau TD diastolik lebih dari 90 mmHg.
Kurangnya kepedulian untuk mengecek secara rutin membuat penyakit ini seolah bersembunyi. Hasilnya, jika tidak terdeteksi secara ini, hipertensi ini mampu membuat banyak efek penyakit lain jadi muncul. Sebut saja jantung, pembuluh darah, otak, mata, ginjal, dan bahkan saraf.
Bambang mengatakan bahwa angka penyakit hipertensi ini cukup mengkhawatirkan sebab. Jumlahnya terus mengalami kenaikan dalama beberapa tahun terakhir. Kenaikan itu juga bisa dilihat dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam tiga periode terakhir.
Pada 2007, besaran masalah hipertensi di Indonesia mencapai 31,7 persen. Angkanya sempat menurun pada Riskesdas 2013 menjadi 29,8 persen. Namun, kembali naik pada Riskesdas 34,1 persen.
Dalam penelitian yang dilakukan Bambang pada 2021, angkanya masih di kisaran 30 persen. Hal ini menunjukkan bahwa angka hipertensi masih tinggi. Jika dikalkulasikan secara sederhana, angka tersebut menunjukkan bahwa satu dari tiga orang Indonesia yang berusia 18 tahun ke atas mengalami hipertensi.
“Skrining memang direkomendasikan kepada pasian di atas usia 18 tahun. Untuk usia 50 tahun ke atas, bahkan pemeriksaan mesti ditingkatkan,” ungkap dia saat acara Pengabdian Dokter Jantung dan Pembuluh Darah Indonesia Untuk Morotai, di RSJPDHK, Jakarta, Senin (17/7).
Bambang mengatakan bahwa seseorang mesti waspada ketika fungsi indera mulai melemah. Misalnya, penglihatan yang tadinya terasa jelas, kini mulai kabur. Kemudian, telinga jadi lebih sering berdenging dan hidung jadi lebih sering mimisan.
Selain itu, gejala hipertensi juga bisa ditandai dengan jantung yang berdebar-debar seperti tidak pada umumnya. Gejala ini juga akan membuat orang jadi lebih mudah lelah dan lesu.
Penderita juga kerap kali merasa sakit kepala yang luar biasa atau vertigo. Di sisi lain, bagian tengkuk juga terkadang terasa berat dan sampai menganggu aktivitas. Gejala seperti ini mesti dideteksi lebih lanjut apakah memang pertanda hipertensi atau hanya penyakit biasa.
Dokter Bambang menyarankan agar setiap orang menjaga pola hidup dengan baik. Sebaiknya kurangi makanan yang memiliki kandungan garam tambahan tinggi. Selain itu, berat badan dan olahraga juga mesti lebih diatur agar tetap berada di kategori ideal.
Dokter Spesialis Jantung Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) Bambang Widyantoro bahwa sebutan itu bukan bualan belaka. Dia menyebut lebih dari 70 persen penderita hipertensi memang tidak mengalami gejala apa pun. Hal ini membuat hipertensi sulit dideteksi.
Baca juga: Cegah Kondisi Seperti Indra Bekti, Cek 5 Cara Turunkan Hipertensi Secara Alami
Namun, hal ini sebenarnya bisa diminimalkan jika setiap orang punya kesadaran lebih terhadap kondisi kesehatannya. Dengan mengecek tekanan darah secara berkala, dokter umumnya akan bisa mengetahui penyakit ini secara lebih dini.
Hipertensi adalah suatu kondisi yang ditandai oleh kenaikan tekanan darah. Diagnosis ini biasanya dilakukan setelah pengukuran tekanan darah di klinik atau fasilitas kesehatan. Mereka yang terkena penyakit ini adalah yang memiliki TB sistolik lebih dari 140 mmHg dan atau TD diastolik lebih dari 90 mmHg.
Kurangnya kepedulian untuk mengecek secara rutin membuat penyakit ini seolah bersembunyi. Hasilnya, jika tidak terdeteksi secara ini, hipertensi ini mampu membuat banyak efek penyakit lain jadi muncul. Sebut saja jantung, pembuluh darah, otak, mata, ginjal, dan bahkan saraf.
Bambang mengatakan bahwa angka penyakit hipertensi ini cukup mengkhawatirkan sebab. Jumlahnya terus mengalami kenaikan dalama beberapa tahun terakhir. Kenaikan itu juga bisa dilihat dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam tiga periode terakhir.
Pada 2007, besaran masalah hipertensi di Indonesia mencapai 31,7 persen. Angkanya sempat menurun pada Riskesdas 2013 menjadi 29,8 persen. Namun, kembali naik pada Riskesdas 34,1 persen.
Dalam penelitian yang dilakukan Bambang pada 2021, angkanya masih di kisaran 30 persen. Hal ini menunjukkan bahwa angka hipertensi masih tinggi. Jika dikalkulasikan secara sederhana, angka tersebut menunjukkan bahwa satu dari tiga orang Indonesia yang berusia 18 tahun ke atas mengalami hipertensi.
“Skrining memang direkomendasikan kepada pasian di atas usia 18 tahun. Untuk usia 50 tahun ke atas, bahkan pemeriksaan mesti ditingkatkan,” ungkap dia saat acara Pengabdian Dokter Jantung dan Pembuluh Darah Indonesia Untuk Morotai, di RSJPDHK, Jakarta, Senin (17/7).
Kenali Gejala dan Tetap Jaga Hidup Sehat
Ilustrasi alat pengukur tekanan darah. (Sumber foto: Pexels/Shvets Production)
Selain rutin skrining dan terus menjaga kesehatan, setiap orang juga sebaiknya memperhatikan tanda-tanda sederhana yang menunjukkan gejala hipertensi. Gejala ini masih umum, tetapi bisa menjadi deteksi awal.
Selain itu, gejala hipertensi juga bisa ditandai dengan jantung yang berdebar-debar seperti tidak pada umumnya. Gejala ini juga akan membuat orang jadi lebih mudah lelah dan lesu.
Penderita juga kerap kali merasa sakit kepala yang luar biasa atau vertigo. Di sisi lain, bagian tengkuk juga terkadang terasa berat dan sampai menganggu aktivitas. Gejala seperti ini mesti dideteksi lebih lanjut apakah memang pertanda hipertensi atau hanya penyakit biasa.
Dokter Bambang menyarankan agar setiap orang menjaga pola hidup dengan baik. Sebaiknya kurangi makanan yang memiliki kandungan garam tambahan tinggi. Selain itu, berat badan dan olahraga juga mesti lebih diatur agar tetap berada di kategori ideal.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.