Mengintip Semesta Bebas & 'Liar' Syakieb Sungkar
04 July 2023 |
16:00 WIB
1
Like
Like
Like
Sejak menggelar pameran tunggal perdananya dua tahun silam di Ubud, Bali, Syakieb Sungkar memantapkan diri untuk menjadi seorang pelukis. Lukisan-lukisannya kala itu yang cenderung bergaya realis mendapatkan respons dan apresiasi yang positif di kalangan pelaku seni rupa Indonesia.
Kini, dalam pameran tunggal keduanya bertajuk Dreams yang digelar di Galeri Cemara 6, Syakieb menunjukkan lagi kemampuannya yang lain, melukis dengan pendekatan surealisme dan kekayaan absurditas. Sebanyak 16 lukisan yang dipajang dalam eksibisi itu merupakan wujud keliaran imajinasi dan ekspresinya dalam menciptakan dunia alternatif yang absurd.
Jika sebelumnya Syakieb lebih banyak melukis kejadian-kejadian, tokoh-tokoh, dan suasana yang ada di sekelilingnya mulai dari teman, istri, hingga dirinya sendiri, dalam karya-karya kali ini, dia menampilkan lukisan yang lebih surealistik dan sedikit politis yang dibalut dengan metafora.
Baca juga: Mengenal Dunia dari Sudut Pandang Seniman Syakieb Sungkar
Berbeda dari koleksi sebelumnya, karya-karya Syakieb dalam pameran Dreams lebih banyak mengeksplorasi bentuk, warna, dan gaya. Seperti judulnya, lukisan-lukisannya adalah perwujudan mimpi-mimpi, lamun, renungan dan khayalan yang mulanya hanya konsep, sketsa, atau coretan di buku harian.
Dalam Dreams, semesta yang diciptakan Syakieb terlihat kacau, tidak logis, berantakan, dan salah tempat. Ketika melihat lukisan-lukisannya hampir dipastikan kita tidak akan mendapatkan penjelasan subjek dalam lukisannya sedang apa. Sebaliknya, karya-karyanya yang terlihat ngepop itu seperti mengajak pergi ke negeri antah-berantah dimana semua tokoh di dalamnya tidak mempunyai motif yang jelas.
Misalnya kekacauan itu tampak pada lukisan berjudul The Journey. Karya berdimensi 150 x 150 cm itu menampilkan tokoh anime, Uzumaki Naruto dan Monkey D. Luffy, yang sedang menaiki Going Merry, perahu kelompok bajak laut topi jerami. Di sekelilingnya, hadir pula sosok perempuan lengkap dengan mahkota, ular kobra, hingga pesawat tempur.
Ketidaklogisan lain juga tampak pada karyanya yang berjudul Bustle on the Side Road. Lukisan berdimensi 145 x 145 cm itu memiliki latar belakang lanskap seperti di sebuah gurun pasir dan hampir dipenuhi oleh sederet karakter fiktif yang tidak begitu jelas bentuknya. Ada yang bermain piano, membawa papan salib, hingga terbang dengan kuda.
Di beberapa karya lain, Syakieb juga menghadirkan sosok-sosok figur publik Tanah Air seperti Presiden RI pertama, Bung Karno, sastrawan Goenawan Mohamad, hingga Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim.
Dalam lukisan berjudul Merdeka Belajar misalnya, sang perupa melukis potret Nadiem Makarim yang sedang tersenyum dengan latar belakang sketsa doodle yang memenuhi seluruh ruang bidang kanvas. Di sampingnya, lukisan berdimensi 100 x 160 cm itu juga menampilkan potret anak-anak sekolah dan seorang laki-laki yang tergeletak di bahu jalan.
Syakieb mengatakan dalam karya-karyanya, dia mencoba untuk mewujudkan realitas yang tumpang tindih yang merupakan buah mimpi-mimpi atau khayalan di alam bawah sadar manusia. Dalam mimpi, tak jarang realitas satu berbenturan dengan realitas yang lain dan menciptakan ketidaklogisan.
Tak hanya berangkat dari khayalannya atau intuisinya, karya-karyanya juga merupakan buah ekspresi dari pembacaannya terhadap sumber-sumber lain seperti karya sastra, film, media sosial, hingga diskusi-diskusi. "Jadi kali ini saya lebih bebas, saya lebih bisa mengekspresikan ide-ide saya. Makanya pameran ini bertema tentang dreams atau mimpi-mimpi," katanya.
Meskipun baru dua kali menggelar pameran tunggal lukisan, Syakieb bukanlah orang baru dalam dunia seni rupa. Selama tiga dekade dia menjadi kolektor lukisan sekaligus aktif untuk mengulik seputar kekaryaan seni rupa. Seiring waktu, tabungan pengalaman dan pengetahuannya itu justru menjadi pijakan kuatnya untuk mantap menjadi seorang pelukis.
Terlebih, sejak kecil, dia mengaku terinspirasi dengan sang ayah yang juga memiliki hobi melukis di samping menekuni karier profesionalnya. Meski tidak pernah mengenyam pendidikan seni rupa, Syakieb mengaku ilmu-ilmu yang didapatkannya selama menempuh pendidikan teknik di Institut Teknologi Bandung (ITB) turut mempengaruhi kemampuannya dalam menggambar, ditambah dia juga pernah mengikuti sejumlah workshop.
"Sebenarnya sudah ada skill ke arah sana, cuma keseriusan untuk melukis dengan cat minyak itu baru lima tahun belakangan dan ternyata ada bakatnya," ucapnya sambil tertawa.
Dalam karya-karyanya di pameran Dreams ini, Syakieb juga sengaja menggunakan palet warna yang lebih menyala dengan figur dan tokoh yang lebih populer dan kekinian untuk menarik minat kolektor dari kalangan anak muda. Terbukti, pada pekan pertama pamerannya, mayoritas atau lebih dari 50 persen lukisannya terjual ke tangan kolektor muda.
Kurator Asmudjo J Irianto mengatakan dibandingkan dengan pameran tunggal perdananya dua tahun silam, Syakieb memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi dalam berekspresi dan melukis dalam karya-karyanya.
Dengan berbagai latar belakang yang melekat pada dirinya sebagai kolektor, lulusan sarjana filsafat, dan menjadi pengusaha, sang perupa menunjukkan kecenderungan yang tidak umum dengan menampilkan kemungkinan yang sangat beragam di atas kanvas.
Dari sisi teknik melukis, Asmudjo juga melihat Syakieb telah mengalami peningkatan dan eksplorasi artistik yang lebih luas dibandingkan dengan koleksi dalam pameran tunggal perdananya. Menurutnya, salah satu hal yang menjadi kekuatan dari karya-karya Syakieb adalah menampilkan konsep atau tema eklektik dan plural.
Dia menilai di tengah digitalisasi yang kian masif, dalam karya-karyanya, Syakieb mencoba menawarkan visualisasi yang beragam dan memang karib dengan keseharian masyarakat, namun tetap disajikan dengan teknik melukis yang konvensional. "Itu yang menjadikan lukisan-lukisannya [tampak] segar," katanya.
Selain itu, sebagai pelukis, Syakieb juga dipandang cukup berani untuk mengeksplorasi berbagai gaya atau corak lukis yang berbeda-beda, alih-alih hanya memfokuskan diri pada satu karakter atau kecenderungan teknik tertentu. Mulai dari surealis, kubisme, hingga komik.
Asmudjo berpendapat, di era seni rupa kontemporer plural saat ini, keputusan Syakieb untuk mengeksplorasi beragam kemungkinan corak artistik justru menjadi kekuatan tersendiri dalam medan seni rupa Indonesia. Menurutnya, suatu kebaruan justru bisa diambil dengan cara menolak adanya singular identity dari karya seorang seniman, karena saat ini hidup berjalan dengan pola eklektik.
"Saya duga ke depan, mungkin dia akan makin gila-gilaan. Cuma tantangannya apakah hanya akan di seni lukis dan tidak berani untuk menggunakan medium lain?".
Baca juga: Syakieb Sungkar Punya Kriteria Khusus Dalam Meminang Karya Untuk Dikoleksi
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Kini, dalam pameran tunggal keduanya bertajuk Dreams yang digelar di Galeri Cemara 6, Syakieb menunjukkan lagi kemampuannya yang lain, melukis dengan pendekatan surealisme dan kekayaan absurditas. Sebanyak 16 lukisan yang dipajang dalam eksibisi itu merupakan wujud keliaran imajinasi dan ekspresinya dalam menciptakan dunia alternatif yang absurd.
Jika sebelumnya Syakieb lebih banyak melukis kejadian-kejadian, tokoh-tokoh, dan suasana yang ada di sekelilingnya mulai dari teman, istri, hingga dirinya sendiri, dalam karya-karya kali ini, dia menampilkan lukisan yang lebih surealistik dan sedikit politis yang dibalut dengan metafora.
Baca juga: Mengenal Dunia dari Sudut Pandang Seniman Syakieb Sungkar
Berbeda dari koleksi sebelumnya, karya-karya Syakieb dalam pameran Dreams lebih banyak mengeksplorasi bentuk, warna, dan gaya. Seperti judulnya, lukisan-lukisannya adalah perwujudan mimpi-mimpi, lamun, renungan dan khayalan yang mulanya hanya konsep, sketsa, atau coretan di buku harian.
Dalam Dreams, semesta yang diciptakan Syakieb terlihat kacau, tidak logis, berantakan, dan salah tempat. Ketika melihat lukisan-lukisannya hampir dipastikan kita tidak akan mendapatkan penjelasan subjek dalam lukisannya sedang apa. Sebaliknya, karya-karyanya yang terlihat ngepop itu seperti mengajak pergi ke negeri antah-berantah dimana semua tokoh di dalamnya tidak mempunyai motif yang jelas.
Misalnya kekacauan itu tampak pada lukisan berjudul The Journey. Karya berdimensi 150 x 150 cm itu menampilkan tokoh anime, Uzumaki Naruto dan Monkey D. Luffy, yang sedang menaiki Going Merry, perahu kelompok bajak laut topi jerami. Di sekelilingnya, hadir pula sosok perempuan lengkap dengan mahkota, ular kobra, hingga pesawat tempur.
Bustle on the Side Road (2023), Syakieb Sungkar, 145x145 cm, oil on canvas. (Sumber gambar: Galeri Cemara 6)
Di beberapa karya lain, Syakieb juga menghadirkan sosok-sosok figur publik Tanah Air seperti Presiden RI pertama, Bung Karno, sastrawan Goenawan Mohamad, hingga Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim.
Dalam lukisan berjudul Merdeka Belajar misalnya, sang perupa melukis potret Nadiem Makarim yang sedang tersenyum dengan latar belakang sketsa doodle yang memenuhi seluruh ruang bidang kanvas. Di sampingnya, lukisan berdimensi 100 x 160 cm itu juga menampilkan potret anak-anak sekolah dan seorang laki-laki yang tergeletak di bahu jalan.
Syakieb mengatakan dalam karya-karyanya, dia mencoba untuk mewujudkan realitas yang tumpang tindih yang merupakan buah mimpi-mimpi atau khayalan di alam bawah sadar manusia. Dalam mimpi, tak jarang realitas satu berbenturan dengan realitas yang lain dan menciptakan ketidaklogisan.
Tak hanya berangkat dari khayalannya atau intuisinya, karya-karyanya juga merupakan buah ekspresi dari pembacaannya terhadap sumber-sumber lain seperti karya sastra, film, media sosial, hingga diskusi-diskusi. "Jadi kali ini saya lebih bebas, saya lebih bisa mengekspresikan ide-ide saya. Makanya pameran ini bertema tentang dreams atau mimpi-mimpi," katanya.
Masriadeep (2023), Syakieb Sungkar, 80x100 cm, oil on canvas. (Sumber gambar: Galeri Cemara 6)
Terlebih, sejak kecil, dia mengaku terinspirasi dengan sang ayah yang juga memiliki hobi melukis di samping menekuni karier profesionalnya. Meski tidak pernah mengenyam pendidikan seni rupa, Syakieb mengaku ilmu-ilmu yang didapatkannya selama menempuh pendidikan teknik di Institut Teknologi Bandung (ITB) turut mempengaruhi kemampuannya dalam menggambar, ditambah dia juga pernah mengikuti sejumlah workshop.
"Sebenarnya sudah ada skill ke arah sana, cuma keseriusan untuk melukis dengan cat minyak itu baru lima tahun belakangan dan ternyata ada bakatnya," ucapnya sambil tertawa.
Dalam karya-karyanya di pameran Dreams ini, Syakieb juga sengaja menggunakan palet warna yang lebih menyala dengan figur dan tokoh yang lebih populer dan kekinian untuk menarik minat kolektor dari kalangan anak muda. Terbukti, pada pekan pertama pamerannya, mayoritas atau lebih dari 50 persen lukisannya terjual ke tangan kolektor muda.
Eklektik & Plural
Kurator Asmudjo J Irianto mengatakan dibandingkan dengan pameran tunggal perdananya dua tahun silam, Syakieb memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi dalam berekspresi dan melukis dalam karya-karyanya.Dengan berbagai latar belakang yang melekat pada dirinya sebagai kolektor, lulusan sarjana filsafat, dan menjadi pengusaha, sang perupa menunjukkan kecenderungan yang tidak umum dengan menampilkan kemungkinan yang sangat beragam di atas kanvas.
Dari sisi teknik melukis, Asmudjo juga melihat Syakieb telah mengalami peningkatan dan eksplorasi artistik yang lebih luas dibandingkan dengan koleksi dalam pameran tunggal perdananya. Menurutnya, salah satu hal yang menjadi kekuatan dari karya-karya Syakieb adalah menampilkan konsep atau tema eklektik dan plural.
Dia menilai di tengah digitalisasi yang kian masif, dalam karya-karyanya, Syakieb mencoba menawarkan visualisasi yang beragam dan memang karib dengan keseharian masyarakat, namun tetap disajikan dengan teknik melukis yang konvensional. "Itu yang menjadikan lukisan-lukisannya [tampak] segar," katanya.
Selain itu, sebagai pelukis, Syakieb juga dipandang cukup berani untuk mengeksplorasi berbagai gaya atau corak lukis yang berbeda-beda, alih-alih hanya memfokuskan diri pada satu karakter atau kecenderungan teknik tertentu. Mulai dari surealis, kubisme, hingga komik.
Asmudjo berpendapat, di era seni rupa kontemporer plural saat ini, keputusan Syakieb untuk mengeksplorasi beragam kemungkinan corak artistik justru menjadi kekuatan tersendiri dalam medan seni rupa Indonesia. Menurutnya, suatu kebaruan justru bisa diambil dengan cara menolak adanya singular identity dari karya seorang seniman, karena saat ini hidup berjalan dengan pola eklektik.
"Saya duga ke depan, mungkin dia akan makin gila-gilaan. Cuma tantangannya apakah hanya akan di seni lukis dan tidak berani untuk menggunakan medium lain?".
Baca juga: Syakieb Sungkar Punya Kriteria Khusus Dalam Meminang Karya Untuk Dikoleksi
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.