The Team of Red karya Christine Ay Tjoe. (Sumber foto: Sotheby's)

Lukisan Abstrak Seniman Bandung Christine Ay Tjoe Dilelang di Singapura Rp 14,5 Miliar

03 July 2023   |   13:52 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Nama Christine Ay Tjoe dalam lanskap seni rupa memang telah melegenda. Baru-baru ini pelukis asal Bandung Jawa Barat itu kembali melambungkan nama Indonesia di kancah global setelah lukisannya The Team of Red dilelang di balai lelang Sotheby's Asia, di Singapura, Minggu, (2/7/23).

Tidak tanggung-tanggung, karya abstrak yang dibuat pada 2013 itu ditaksir senilai Rp7,2 sampai Rp14,5 miliar. Menggunakan komposisi warna merah yang dominan karya itu bahkan menjadi salah satu karya perupa yang dinanti-nanti kolektor untuk segera muncul di balai lelang.

Baca juga: 5 Lukisan Termahal Karya Seniman Wassily Kandinsky, Bapak Seni Abstrak Dunia

The Team of Red merupakan karya Ay Tjoe yang secara kuat mengekspresikan aspek-aspek intangible dari ranah pribadinya yang kompleks. Dalam karyanya kali ini sang seniman menggunakan kanvas sebagai wahana untuk fokus pada kondisi manusia yang disaring melalui pengalaman subjektif secara personal.

"Dipenuhi dengan guratan merah dan jingga cerah yang mengalir di atas kanvas, komposisi The Team of Red berdenyut dengan ritme khusus yang mencerminkan spontanitas dan intensitas emosional dari pendekatan seniman," tulis keterangan Sotheby's.

Ritme garis yang semarak dalam gambar The Time of Red juga menampilkan satu hasrat yang kuat dari Ay Tjoe. Bahkan sang seniman juga tidak mengabaikan artikulasi perpaduan teknik artistiknya yang khas dan kerap menampilkan semangat berapi-api terhadap berbagai media yang digunakan.

 

The Team of Red karya Christine Ay Tjoe. (Sumber gambar: Sotheby's)

Dibuat satu dekade silam, karya berdimensi 125 cm x 150 cm ini juga menandai salah satu masa terpenting dalam kariernya. Menggunakan cat minyak, komposisi-komposisi perupa alumni ITB Bandung itu memang menjadi lebih penuh serta mewujud dalam palet warna yang lebih ekspresif dan liar.

Kurator Ganjar Gumilar mengatakan, gestur karya Ay Tjoe memang memiliki ciri khas tersendiri bila dibanding dengan seniman-seniman segenerasinya. Terlebih dalam konteks Boom Bandung Kontemporer 2000-an awal, yang kala itu cenderung lebih banyak menjadi 'tekstual' dan representatif.

Menurutnya, operasi market mengenai karya-karya Ay Tjoe juga terus berjalan. Namun, tanpa kebesaran nama dari sang seniman sepertinya tidak akan menjadi seperti sekarang. Terlebih jika diperluas ke seniman-seniman Sakato di Yogyakarta yang pada dekade sebelumnya berhasil mengangkat Indonesia ke sirkuit seni internasional pada pameran perennial (bienal dan trienal).

"Ay Tjoe dengan abstraknya memang terkesan 'melawan' semangat postmo kala itu, tapi justru dengan gayanya ini dia bisa terus eksis dan mendapat rekognisi," kata Ganjar yang juga satu almamater dengan sang seniman.

Dengan melambungnya nama Ay Tjoe, Ganjar mengungkap bahwa seni rupa Indonesia memiliki elan yang setara dengan seniman dari negara-negara lain, khususnya Eropa. Tak hanya itu, dari segi wacana, perupa Tanah Air pun sudah mampu bersaing di lingkar pasar seni global yang kini semakin plural di medan seni kontemporer.

Sekadar informasi, pertengahan tahun ini merupakan momen terpenting bagi skena seni rupa di wilayah Asia. Pasalnya, lelang  yang menjadi bagian dari perayaan ulang tahun Sotheby's digelar di Marina Bay Sands, di Singapura. Selain karya Ay Tjoe, sejumlah karya seni yang dilelang termasuk karya Yayoi Kusama, Jane Lee, Liu Kang , hingga Srihadi Soedarsono.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda
 

SEBELUMNYA

Sedih! Shani Umumkan Lulus dari JKT48, Intip Makna di Balik Istilah Graduation?

BERIKUTNYA

Presale Tiket Konser Kris Dayanti Ludes Dalam 1 Hari, Tanda Karier Diva Indonesia Ini Belum Habis

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: